Thursday, December 29, 2011

BANDEL !!!!

Bingung isi Liburan

Yaaa, dalam rangka nyari acara ngisi waktu selama anak-anak liburan, si emak selalu keabisan gaya. Rasanya seharian itu jadi pegel banget liat kelakuan bocah. Pegelnya sih dalam artian bagus2 aja ya, cuma ya gitu, suka bingung gimana ngasih mereka kegiatan yang lebih terstruktur dan ga ngasal.

Selama seminggu kemarin sih liburan mereka sempat 3 hari dihabiskan di Bandung ke rumah pak dhe nya bocah. Tapi ya emang perjalanan ke Bandung nya ga terlalu nyaman karena cuaca yang melulu hujan dan kondisi dompet yang pas pas-an. :) . Waktu hanya dihabiskan di rumah, mereka main barengan, kucing-kucingan ama kucing beneran, main bola kertas plus berantem. Kalo emaknya cukup di kamar aja internetan yang sinyalnya sungguh tidak smart dan akhirnya nge-game air assault aja sampe pegel.

Okelah masalah kegiatan kadang bisa dilewati dengan baik, mereka tetap ga lupa shalat dan setor hapalan, tetep siang ga ♏ãű bobo, main sepakbola gebrak atau kartu apa itu namanya. Ada ajalah yang mereka kerjakan.

Nah pengen juga sih ngasih mereka kerjaan utk buat prakarya dengan ide2 yg udah aku simpen dari bu Vina, tapi emang belom kesampean, lantaran si emak masih sok sibuk. Sebetulnya juga sih mereka selama ini udah cukup kreatif, kadang bikin apa2 gitu dari kardus bekas atau bikin pesawat2an dari kertas bekas, gambar2 dan macem2nya. Cuma ya gitu, habis ngapa-ngapain suka pada males beresin, kalaupun diberesin, pasti hasilnya msh brantakan dan hasilnya si emak bakal cuap2... Huhuhuhu capedeeee.
Gimana kegiatan liburan temen2 nih... Pengen sih ngajak anak2 liburan kesana sini, tapi kluar rumah itu butuh dana yang sangat besar, bagi kami sih emang sedang tidak ada alokasi utk itu. Jadi ya cukup memuaskan diri libur di rumah, dan ngasah otak supaya waktu yang terlewati bisa bermanfaat.

--------


# Tips Mengisi Liburan agar Barokah #

Setiap menjelang akhir tahun nampak kesibukan manusia dlm mengisi liburan mrk. Sebenarnya ini sah2 saja sepanjang tdk melanggar syari'at.

Yg perlu diperhatikan adl bgm agar kegiatan liburan tsb membawa barokah dan dpt bernilai ibadah di sisi اَللّهُ سبحانه وتعالى.

Tips berikut mrp secuil langkah yg bisa dilakukan dlm mengisi liburan agar mjd barokah. Wabillahit taufiq.

1. Hendaknya liburan ini diniatkan utk mensyukuri segala nikmat Allah.

2. Mengisi liburan dgn kegiatan yg bermanfaat bagi dunia dan agama (dien). Spt silaturrahim ke tmp famili, mengikuti kajian/dauroh syar'iyah, kursus intensif bhs. Arab atau yg lainnya dlm rangka thalabul 'ilmi.

3. Jgn se-kali2 melalaikan shalat 5 wkt (maktubah) krn hal itu mrp dosa besar yg tdk akan diampuni kec dg taubat nasuha.

4. Jgn berlaku boros dng mengeluarkan uang utk hal2 yg tdk/ kurang bermanfaat. Lbh baik disedekahkan kpd yg membutuhkan.

5. Jgn meniru (tasyabbuh) kebiasaan kaum kuffar dng ikut merayakan malam tahun baru. Spt meniup terompet, membakar petasan, menyalakan kembang api atau laser, begadang semalam suntuk, dan kemaksiatan lainnya. Sgt bnyk nasihat ulama dlm mslh ini.

6. Liburan akhir tahun bukan berarti kegiatan ibadah juga libur. Hendaknya tetap melaksanakan ibadah nawafil (sunat) yg selama ini rutin dikerjakan meski sedikit, disamping tentu saja ibadah fardlu. Spt shalat malam/witir, shalat2 sunat lainnya, tilawah Al-Qur'an, dzikir pagi/petang, muraja'ah kitab dll.

Smg اَللّهُ سبحانه وتعالى senantiasa membimbing kita ke jalan yg dicintai dan diridloi-Nya.

(Ustdz Irfan Helmi).

Tuesday, December 27, 2011

Menghafal

Sayup-sayup terdengar suara anak-anakku yang sedang mengumandangkan ayat-ayat suci Al-Qur'an di kala kesenjangan waktu mereka. Aku terdiam di peraduan, menatap nanar langit kamar yang tiba-tiba merefleksikan kehidupanku di masa lampau. Letih diri yang berjibaku dengan keseharian semakin meletihkan hati dan memaksa butiran air mata menetes perlahan tanpa bisa tertahan.

Ya Allah, apakah aku termasuk makhluk munafik dihadapanMu, tatkala aku mengumandangkan kewajiban kepada anak-anakku untuk bisa menguasai ayat-ayatMu, namun diri sendiri terpaku pada titik yang masih enggan untuk melangkah lebih dari apa yang sudah ada. 

Pelan... perlahan... aku senandungkan ayat-ayat pendek milikMu, aku tercekat pada surat yang masih tergolong pendek dan bahkan belum mencapai 10 surat terakhirMU. Aku lemas, aku malu... Ternyata selama ini aku telah sombong, angkuh pada diriku sendiri. Astaghfirullah...

oo000oo
Hanya kepadaNyalah aku memohon perlindungan, Hanya kepadaNyalah aku memohon ampunan, Mudahkan jalanku untuk meniti jalan kebenaran, mentadabburi ayat-ayat indahMu, dengan kemampuan minimku... Aku berjanji ya Allah....

oo000oo

"Bu, mau ikut ga belajar ngaji di tempat bu Ustadz, anaknya mau bantu kita untuk belajar lagi dari awal"

SMS singkat di pagi itu seolah menjadi jawaban atas keinginanku yang kurang didukung oleh motivasi dan keteguhan diri. Tanpa berpikir panjang aku mengiyakan dan dengan semangat tinggi, tak sabar aku menanti waktu yang ditetapkan.

oo000oo

Begitulah, perjuangan dimulai, gadis muda itu dengan ikhlas mau meluangkan waktunya untuk kami-kami, ibu-ibu yang memiliki keinginan sama, untuk belajar, sedikit demi sedikit, membenahi diri yang masih terlalu banyak cacat dalam ibadah yang dijalani. 

Pelajaran pertama adalah mengucap hapalan dari permulaan, isyhhh malu sekali, tatkala ternyata dalam mengucap ta'awuz pun kami sudah salah. Dlanjut dengan Al Fatihah yang ternyata sangat tidak sempurna selama ini kami lafazkan. Ada perasaan bahagia, malu, sedih, tapi berusaha kami tutupi dengan semangat bahwa tiada kata terlambat untuk belajar dan membenahi diri. Kami sadar kesalahan yang telah nyaris mendarah daging akan sulit untuk diperbaiki, namun sulit bukan berarti tidak bisa, kami yakin bisa. Setapak demi setapak akan kami lewati untuk meraih kebenaran.

Setelah hapalan Qur;an, beralih ke hapalan doa dan dzikir... sekali lagi banyak doa dan dzikir yang salah kami terapkan, dan kami memulai lagi dari awal, tidak mengapa.... 

Membenahi memang lebih sulit ketimbang memulai, kami benar-benar harus merefresh ingatan kami, menyingkirkan bacaan yang tidak sesuai sunnah dan mulai mengisi ingatan kami dengan bacaan yang benar dan shahih. Kendala utama mungkin adalah masalah usia, otak kami yang sudah tidak terbiasa menghapal, dihari pertama itu terasa panas, tenggorokan kami kering, kepala kami berat. Merangkai satu kalimat hapalan doa, menjadi tugas yang berat bagi kami. Lalu kami saling menatap, dan tertawa terbahak kecil, ternyata kami merasakan hal sama.... Hihihiii...

Mungkin selama ini kami memang kurang mengasah memori kami dengan benar, mungkin selama ini kami terlalu sering dilenakan oleh pengaruh nikmat dunia, sehingga kami lebih sering lalai yang kemudian memalaskan diri ini untuk sekedar mengulang kalam illahi dengan hati dan merekamnya dalam diri. Berat... berat sekali.... namun harus... dan harusssss....

Hafalanku kali ini baru sempurna sampai surat Al-Quraisy, tidak mengapa... mungkin akan dicibirkan oleh sebagian besar teman disini, tapi memang itulah kenyataannya. Selama ini aku menganggap diri hapal nyaris banyak surat di juz 30, namun saat di test, bahkan surat Al-Quraisy pun butuh waktu 2 kali pertemuan untuk dinyatakan sempurna. Jadi yaaa... memang begitulah kemampuanku saat ini. 

Aku tidak malu, aku hanya berusaha untuk maju, menghafal, menghafal, menghafal.... walau lambat laksana kura-kura, namun aku yakin, tatkala otak mulai terbiasa untuk melakukan sesuatu yang rutin, maka dia akan lebih mudah untuk beradaptasi. Insya Allah...

Guruku di rumah adalah anak-anakku, aku tidak malu untuk dikoreksi bacaanku, mengingat mereka memiliki hapalan yang lebih sempurna daripadaku. Aku bersyukur, karena mereka bersedia dan menjadikan ajang hafal menghafal ini sebagai suatu kegiatan baru yang saling mendukung

oo000oo

Tulisan ini hanya untuk menjadi penyemangat diriku, deklarasi bahwa aku harus terus semangat belajar dan tidak mundur. Tulisan ini menjadi cambuk tentang keinginanku, yang harus kubuka disaat aku lelah dan malas. Semoga aku bisa istiqamah dengan keinginanku, perlahan namun maju... InsyaAllah...



Tuesday, December 20, 2011

Nulis lagi

Hari ini, aku mau pergi sama ΒЏņδą ke Jakarta.Þλрαќ sama ade Ƒāďђł juga ikut ke Jakarta. ǤђίƑƑāѓί dan ♏āίššāň masih sekolah. Aku sudah libur dari tanggal 17 Desember sampai 9 Januari. Lumayan lah.. Tapi hari 24 Desember aku akan menunjukan performance bersama teman-teman sekelasku saat pengambilan rapot. Yang akhwat (perempuan) performancenya adalah nyanyi lagu ayah.. Aku malu.. Suaraku tidak terlalu bagus.. :-p Yang ikhwan (laki") membaca surah an-naba. Itu kata wali kelasku.. Yah doakaj saja lah. Semoga performance nyya bagus saja ya.. Hahahaha

Thursday, November 24, 2011

[Fadhl] Fase gagap kembali datang

Ternyata semua anakku harus melewati fase ini,  karena saat ini, Fadhl juga sedang menjalani saat dimana dia kesulitan menata kata-kata yang akan keluar dari mulutnya.

Alhamdulillah sih, selama ini semua anak-anak tidak terlalu lama melewati fase ini, karena kami semua sudah paham bahwa ke-gagap-an jangan ditanggapi dengan tekanan, biarkan semua seperti biasa, normal apa adanya. Alhasil, semua berhasil melewati fase gagap ini tidak sampai 2 bulan.

Fadhl mulai terlihat gagap sejak 2 minggu lalu, ketika dia kesulitan meminta pertolongan untuk membukakan makanan. Saat itu ada begitu banyak yang ingin dia lakukan, dia sedang main di komputer, trus mau kebelakang untuk pipis, dilain pihak dia juga pengen makan, jadilah semua kegiatan itu berdesakan dalam pikirannya untuk segera dilakukan. Saat dia meminta untuk membuka plastik makanan, mulai dia terlihat gugup.

Seperti biasa yang kami lakukan, kami berikan pengertian padanya untuk perlahan mengucap keinginan, jika terasa sesak nafasnya, maka dia harus berhenti dan menarik nafas. Sedangkan untuk yang lain, kami ingat kan kembali untuk sama sekali tidak menyela disaat adiknya kesulitan mengucapkan kata. Jangan dibantu menyelesaikan kalimatnya dan tetap berekspresi datar seolah kegagapan itu bukan sesuatu yang aneh.

Gendong dong ...



Ini si bontot mulai berulah aneh, lagi senang minta gendong, padahal udah gede dan 16kg.

Kadang bangun tidur, langsung ke dapur, nyari emaknya, trus  nyodorin tangannya minta di gendong. Emang ga lama, paling Cuma sekedar dapat pelukan trus di bawa kembali ke kasur sekalian di puk-puk lagi, trus sambil gegulingan lagi deh, nyiumin tubuhnya yang masih bau iler… hehehe mumpung masih kecil dan masih mau dicium, jadi cuek ajah.

Udah dapat dari emaknya, nyari bapaknya, naik ke atas, trus naik ke pangkuan bapaknya yang lagi belajar.  Siapa yang ga terharu kalo pagi-pagi dapat pelukan , tapi ga lama kemudian dia akan minta bapaknya berdiri dan gendong sambil goyang-goyang.

Nanti, saat sedang bermain , kakaknya pun akan kena giliran, adalah  yang si mas di minta jadi kambing supaya dia bisa naikin, kadang minta di pangku ama abang sambil nonton TV, dan tak jarang mba Putri pun kena dimintain gendong saat mba nya baru pulang sekolah.

Senang aja sih, karena dia terlihat sayang kepada kakak2nya, begitupun yang tua , sangat mendengarkan dan mau mengikuti apa kata adeknya. Yaaa kadang sih kalo waktu nya ga pas, permintaan itu akan berakhir dengan berantem atau air mata. Hehehee…

Dan barusan, mas nya kena teriakan si bontot yang sedang berdiri di kursi makan.

“Mas, cepetan sini, gendong aku…. “

Si mas bergerutu, tapi tetap mendekati adiknya ..

“Sini mas gendong, tp Cuma sampe kasur dan mas ga mau lagi, nanti mas pendek kaya ibu … “

 

Ibu yang lagi di kamar , jadi melotot… loh kok bawa2 fisik seeehhh…. Huhuhuu 

Monday, October 31, 2011

Hujan

Musim hujan kembali bersua. Memang tidak  boleh dihindari atau disesali, karena ini adalah rizki dari Allah. Namun ya namanya manusia tidak pernah puas, selalu mengeluh, tak ayal hujan pun selalu menjadi alasan untuk berbagai macam hal.

Pagi tadi, Bogor kembali diguyur hujan, suami yang baru pulang dari mesjid tampak kuyup karena tidak siap membawa payung. Istri menggoda, "sudahlah, ga usah kerja, tar juga siswanya pada males dateng kalau hujan begini".  Sejenak kalimat itu memang terlintas seperti candaan, namun akal sehat langsung bekerja, istighfar kembali terucap seraya tatapan mata melihat raut suami yang terlihat tidak suka dengan candaan istrinya.

"hujan itu berkah, kerja ini amanah, jangan jadikan alasan untuk mengkhianati amanah, hanya karena alasan duniawi yang mungkin saja akan menghilangkan berkah dari Allah"

Istri tercenung, menunduk malu karena membiarkan syetan membisikkan kalimat sederhana yang sesungguhnya melemahkan diri. 
"Aku siapkan sekedar sarapan dan minuman hangat ya pa"
Suami tersenyum, membelai lembut rambut tipis sang istri dan kembali mempersiapkan diri untuk bekerja. 

                                           


o00oo

Sang istri kini bertugas menjadi seorang ibu, mempersiapkan anak-anak untuk menuntut ilmu. Sarapan telah sedia, pakaian sudah siap digunakan, hanya memikirkan bagaimana dua bocah lelakinya pergi dalam kondisi hujan. Kembali teringat untuk tidak menyalahkan kuasa Allah, sang ibu teringat pernah memiliki jas hujan untuk masing -masing mereka. 

Membuka laci penyimpanan, dan ternyata ada 2 buah jas hujan berwarna merah jambu, dan satu buah berwarna hijau. Mereka lelaki, semua menolak memakai pink... sang ibu sedikit memaksa dengan dalih itu hanya sebuah warna yang tidak bisa dijadikan simbol dari sebuah feminisme. Tetap menolak, ya sudahlah... solusi terakhir sweter woll plus topi untuk mencegah kepala mereka dari basah.

Ojek dipanggil, dan pergilah mereka teriring doa dari ibunya.

oo00oo

Wah, ternyata ada satu lagi si kecil yang tidak mau tertinggal dari rutinitas pagi. Jas hujan merah jambu dikenakan, dan meminta ijin kepada sang ibu untuk bermain sepeda di tengah derai hujan. Sang ibu hanya tersenyum, sadar bahwa penolakan hanya akan membentengi si kecil dari pengetahuan. Biarkan dia merasakan tetesan hujan diiringi tawa nya mendapati udara yang dingin. 

Sebentar , hanya sebentar telah tampak kebosanan pada wajahnya, sang ibu mengajaknya duduk di teras, membuka jas hujannya, dan memulai pembicaraan.
"Apa yang kamu lakukan tadi nak "
"Aku bermain hujan"
"Bagaimana rasanya'
"Sangat menyenangkan, ada suara tis tis tis di baju hujanku"
"Dari mana hujan berasal nak'"
"Dari langit bu"
"Siapa pencipta hujan"
"Allah"
"Mengapa hujan bisa jatuh ke bawah"
"Karena benda yang dari atas, turunnya selalu ke bawah"
"Apa rasanya hujan nak"
"Dingin, tapi menyegarkan"
"Mengapa ibu menyuruh kamu menggunakan penutup kepala"
"Supaya tidak sakit ya bu"
"Betul, karena perbedaan suhu dari tubuh dan hujan bisa membuka pembuluh darah di kepala , shingga bisa menyebabkan pusing, ibu tidak melarang ade bermain hujan, tapi tutuplah kepalamu"
"Aku rasa aku sudah cukup main hujannya, sekarang aku mau makan ya bu"

oo00oo

Sang ibu kembali beraktivitas, menatap dua bak pakaian kotor yang siap dicuci, namun pandangan beralih ke jemuran yang masih tersangkut beberapa pakaian dua hari lalu yang belum juga kering. Bingung..... namun kembali teringat, lakukan yang mesti dilakukan, tidak perlu berkeluh karena semua akan ada jalan.

Waktu sudah menunjukkan pukul 10 pagi, matahari masih enggan keluar dari peraduannya, seolah nyaman berselimutkan awan gelap. Rintik hujan sudah terhenti , namun udara dingin masih meniup .
Ya, sudahlah, kita gantung saja pakaian-pakaian ini, biarkanlah waktu yang akan mengeringkannya. 

Dan sang istri, si ibu tersenyum, puas dengan apa yang telah dilakukannya sepagi ini. Kini tinggal bersujud menghatur doa, seiring tetesan satu persatu air yang masih tercurah.




Bogor, November 1, 2011
Tersenyum diantara derai hujan 

Friday, October 28, 2011

[Rumah Kenangan] Persinggahan Dengan Sejuta Kenangan

[Rumah Kenangan] Persinggahan Dengan Sejuta Kenangan

Eva Syamsudin


Rumah, selayaknya adalah tempat berteduh

Bagi manusia yang berjuang dalam peluh

Membangun cinta, hidup dalam kasih

Menata diri, merangkak dan menuai benih

Perjuangan….

Wujud dari sebuah harapan …

Bersama,

Teriring ikhtiar, tawakal dan doa,

 

 

Serpong, 2002-2005

Boss kecil di rumah Serpong

Tiga tahun kami menempati rumah mungil itu, 72/98m2, 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, ruang tengah yang sengaja kami luruskan sampai belakang, dapur, serta tempat cuci dan jemur di bagian belakang. Sedikit taman kecil di depan kami sisakan untuk tempat kami bersenda dikala lelah.

Banyak kisah yang terjadi dalam kehidupan rumah tangga kami di rumah kecil itu. Suka, duka, kepedihan, kegelisahan, kebahagiaan, kecemburuan, kekhawatiran dan beribu perasaan lain yang mengiringi keseharian kami. Itulah sebuah perjalanan…

Rutinitas harus mempercayakan Putri hanya kepada dua orang asisten di pagi hari, tiada sanak saudara, hanya bermodal harapan pertolongan dari tetangga jika ternyata ada sesuatu yang terjadi kepada keluarga kami. Pasrah, dengan keyakinan bahwa hanya kepada Allah kami memohon perlindungan. Tak jarang aku berjalan dengan meneteskan air mata teriring suara tangisan Putri di kejauhan. Kenangan terberat bagi setiap ibu .

Lalu lahirlah Ghifari, kemudian Maisaan, menambah kesemarakan dan keramaian rumah kami. Rumah kecil itu sudah tidak mampu menampung 7 kepala di dalamnya. Sementara kami selalu kebingungan setiap orangtua kami datang, diantara kegembiraan mendapat kunjungan, ada kesedihan karena kami tidak dapat memberikan pelayanan terbaik bagi mereka. Kala mereka ingin menginap, maka kami harus menyulap ruang tengah menjadi kamar tidur bersama, tidur di bawah dengan suara kipas angin menderu yang tidak dapat mengurangi panasnya malam udara Serpong. Walau mereka berkata tidak mengapa, tetap ada rasa bersalah karena tidak bisa memberikan yang terbaik bagi mereka.

Kondisi kamar kami lebih parah, tempat tidur besar berisi aku, putri dan maisaan yang masih bayi, di bawah terdapat dua kasur ukuran single membentang berlainan arah untuk Suami dan Ghi. Dua lemari besar berada di sisi lain bersebrangan dengan tempat tidur. Kamar yang tidak luas itu sudah tidak layak disebut tempat istirahat, terlalu banyak isi dibanding wadah.

Kamar lainnya pun begitu, berisi tempat tidur tingkat untuk kedua pembantu kami, dua lemari kecil serta meja setrika yang semakin menjadikan kamar berukuran kecil itu semakin terlihat kecil. Tapi hanya itu kemampuan kami, harus menerima apa adanya, seraya memikirkan langkah ke depannya.

Sampai akhirnya kami harus memutuskan bahwa kehidupan ini harus berubah. Kami harus pindah…

Kami mulai merencanakan, menghitung, berdiskusi, mencari, dan segenap usaha dilakukan untuk mewujudkan impian kami, rumah baru dengan kondisi yang layak. Pada akhirnya, dengan pertimbangan yang sangat matang, kami memutuskan akan pindah ke Bogor .

Selamat tinggal Amarapura, selamat tinggal kenangan indah rumah kecil kami…

 

Destarata, 2005-2006

 


Dalam masa pembangunan bakal rumah kami di Bogor, kami mendapatkan begitu banyak kemudahan dari Allah. Rencana untuk menyewa rumah sementara, terbantukan dengan tawaran menempati rumah kosong milik sahabat dari kakak. Rumah besar di komplek perumahan elite tidak jauh dari lokasi perumahan kami. Biaya sewa yang kami anggarkan, akhirnya kami pergunakan untuk mengecat ulang rumah singgah ini dan membeli beberapa perlengkapan rumah.

Rumah Destarata ini memiliki luas sekitar 150m2, terdiri dari 3 kamar tidur dan 1 kamar pembantu, 2 kamar mandi, ruang tamu, ruang keluarga yang besar, dapur, dan garasi cukup untuk 2 kendaraan.  Kondisi rumah itu sebetulnya sudah kurang layak, rumah asli dari developer yang belum sempat diperbaiki. Banyak titik-titik kebocoran dari atap, dan kami hanya mampu membenahi seadanya, setidaknya kami bertahan dengan apa adanya kondisi rumah ini. Antisipasi kami hanya menyiapkan  bak dan ember di beberapa titik bocor tersebut di kala hujan.  

Sepuluh bulan kami menempati rumah ini, cukup singkat namun begitu banyak kenangan kami dapati disini. Disini, kami memahami arti Qadarallah, bahwa sehebat apapun kami menghindar, jika Allah berkata jadi, maka jadilah, jika Allah berkehendak mengambil apa yang menjadi milikNya, maka tiada kuasa kita sebagai manusia untuk menyesalinya.

Disini, aku kedapatan hamil walau kondisi sedang menggunakan alat kontrasepsi, pada awalnya kami cemas dengan kondisi ini, namun kami segera sadar bahwa anak adalah rizki,  kami bersuka cita atasnya.

Disini, kami tertatih-tatih mengumpulkan uang untuk pembangunan rumah kami, mengatur rizki yang ada sehingga bisa memenuhi semua kebutuhan.

Disini, kami menerima makna kehilangan, saat bayi dalam kandunganku ternyata meninggal diusia 4 bulan. Aku harus menjalani curratage, pemeriksaan berulang kali untuk mengetahui lokasi IUD yang tertinggal, dan akhirnya harus menjalani operasi pengangkatan  IUD yang ternyata berada di dalam rongga perut.

Disini, kami belajar makna sabar, menghadapi asisten yang berulang kali melakukan salah, berbuat sekehendaknya, pergi tanpa pamit dan membiarkan kami dalam masalah baru.

Disini, kami mengenal hidup sehat, belajar makna RUM (Rational Using of Medicine), berkat Dr.Eka yang membuka pola pikir kami akan makna sehat.

Disini, kami mulai mendalami kehidupan religi kami, belajar lebih dalam tentang Aqidah, Ibadah, fiqih, membenahi kekosongan dan keraguan jiwa dengan lebih mendekatkan diri pada Illahi.

Disini, aku melihat perkembangan anak-anak dengan lebih jelas, melihat mereka tertawa, bermain dalam kebebasan. Sakit pertama Ghi, langkah pertama Ican, gigi tanggal pertamanya Putri, dan perkembangan lainnya.

Sepuluh bulan yang singkat, menjadi jembatan bagi kami menuju rumah impian kami, yang akan membuka lembaran baru diri kami, dengan kisah baru, perjalanan baru, tantangan baru, dan akhirnya anak baru… J

 

Tasmania, 2006

Rumah Tasmania, saat pembangunan 2006


Bismillah, dengan berlindung kepada Allah Subhanallahuwatta’ala, kami akhirnya menempati rumah baru kami, rumah yang akan menemani kami dan anak-anak mengarungi perjalanan baru.

Rumah ini akan memberi kenangan baru bagi kami, hari demi hari, tantangan demi tantangan, dalam perbaikan jiwa dan raga, berusaha menjadi manusia yang selalu dalam RahmatNya.


Masa lalu adalah kenangan,

Proses pembelajaran,

Masa pendewasaan,

Waktu pemikiran,

Melewati tantangan,

Berat menjadi ringan,

Bersama…..

Dalam sebuah Rumah Tangga.

 

Diikutkan dalam lomba Rumah Kenangan yang diadakan oleh Mba Intan.

Wednesday, October 26, 2011

[ Bongkar file ] Photo studio

Waktu hanya punya Putri, kami sering sekali foto studio, kadang aku sama putri aja, atau kalau bapaknya lagi mau, ya ikutan juga. Terkadang juga kalau lagi jalan bertiga, ada photo box, langsung deh kita masuk dan gaya2 aneh di situ. Sayangnya, tadi bongkar2 di file komputer, ga nemu euy photo studio yang hanya aku ama putri, ya udah deh pass aja




Tuesday, October 25, 2011

Waktu


Malu... itu mungkin satu kata yang bisa menggambarkan betapa lalainya diri ini terhadap suatu komitmen abadi. Komitmen berupa dua kalimat syahadat yang harusnya dijalani dengan sepenuhnya dan paham dengan konsekwensi atas dua kalimat Illahi tersebut.

Sadar, begitu sadar bahwa banyak sekali waktu yang terbuang karena satu sifat bernama malas.
Mengatasnamakan kesibukan, kelemahan, keterbatasan, maka semua niat yang seharusnya mulia akan terlewatkan terhembus oleh detak jam yang bergerak semakin cepat.

Satu menit.... 
   Satu jam....
      Satu hari...
         Satu minggu... 
            Satu bulan.... 
               Satu tahun ...  

Waktu berlalu dengan konstan, mengurangi jatah sisa hidup di dunia.

Seharusnya waktu yang semakin pendek itu dapat menguatkan kita untuk semakin keras berlomba mencari bekal . Niat yang sudah dicanangkan seharusnya dapat dilaksanakan dengan mengingat adanya kematian. 

Namun sekali lagi.... iman begitu mudah tergoyah, hembusan nafas sang syaitan lebih terasa nyaman, melelapkan diri di malam yang tersisa. Maksiat yang berkelliaran berebut meminta jatahnya untuk diperhatikan. Tawaran-tawaran pekerjaan  yang tak jelas semakin mendesak dan meminta diri mengalihkan dari pemikiran halal dan haram. Rasa benci, marah, emosi, dendam, semua begitu mudah terpicu oleh sekedar jentikan tangan. 

Lemah... begitu lemah nyatanya diri ini . 
Hanya mampu berusaha untuk tetap berada di jalan kebenaran, berusaha sekuat mungkin untuk tetap berpegang pada ajaranNya yang Haq. Harus... harus bisa.....
Hingga waktu yang terlewati tidak sia-sia, dan menjadi tetesan air mata..

Tolong aku ya Allah....


Bogor, Oktober 2011
Sekedar pengingat diri 

Sunday, October 16, 2011

Sekedar diri ini

Bila ditanyakan apakah lelah menjadi seorang perempuan tanpa asisten sama sekali dengan anak yang lumayan banyak, maka dengan cepat saya akan berkata, sangat lelah.

Bila ditanyakan apakah bosan menjalani kehidupan yang sangat terbatas oleh ruang bernama rumah dan ketidakbisaan bebas seperti saat dulu masih bekerja, maka saya akan berkata dengan sedikit berpikir, yaaaa mungkin sedikit bosan.

Bila ditanyakan apakah menyesal dengan segala keputusan, meninggalkan pekerjaan, yang berarti meninggalkan begitu banyak nikmat dunia (walau tetap berkonsekwensi)  untuk menjadi hanya sebagai perempuan rumahan yang benar-benar mengandalkan suami sebagai pencari nafkah,  maka dengan sangat tegas saya berkata tidak pernah ada rasa sesal.

Terkadang terucap oleh keluarga besar tatkala melihat saya sedang berjibaku dengan setumpuk yaaa kadang beberapa tumpuk pakaian kotor dan disisi lain ruang, bertumpuk-tumpuk pula pakaian bersih yang harus dirapikan ... 

Kemana pendidikan yang kamu pelajari sejak kecil jika hanya berakhir di ruang cuci setrika..
Kemana semua argumen yang biasa kamu kuasai dalam berdebat jika hanya berakhir di dalam rumah,
Kemana semua sifat dirimu yang biasa bersenang-senang jika hanya akan kamu habiskan dalam kesendirian ...

Apa iya saya merasa tersia-sia ? Apa iya saya merasa terkukung dan tidak bahagia ?  
Maka jawabnya adalah tidak, saya baik baik saja ..

Tidak saya pungkiri bahwa saat awal perubahan itu saya agak sedih dengan apa yang terjadi, perubahan perekonomian secara drastis, perubahan pola hidup yang harus diatur sedemikian rupa, pengertian tiada henti kepada anak-anak tentang kondisi kami, semua itu sedikit banyak menjatuhkan air mata di saat-saat kelemahan saya. 

Namun waktu berlalu, kekuatan datang dari berbagai jalan, sahabat yang begitu pengertian baik dari dunia maya ataupun nyata, teman-teman senasib yang sedang berjuang atas nama keyakinan dan ketakwaan, dan tak lupa dari mata yang terbuka dengan melihat sekitar, kenyataan bahwa masih begitu banyak yang memiliki masalah lebih dari apa yang saya alami. 
Dan tatkala kisah-kisah perjuangan menggulirkan air mata kekaguman, saya bangkit dan menata senyum untuk keluarga, untuk mereka yang kepadanya saya serahkan cinta karena Allah, karena saya yakin, semua kekuatan itu berasal dari kepasrahan dan cinta kepada NYA.

Dan kini, 
setiap air yang terperas adalah tetesan syukur kepada Nya
setiap alunan tangan di atas pakaian itu adalah ucapan dzikir padaNya
Mensugesti diri bahwa ada pahala di akhir sana
menyakini diri bahwa ada keridhaanNya atas segalanya
Menyemangati diri bahwa ada syurga yang menanti disana

Sabar... hanya sabar yang kami punya, karena tiada ada yang bisa menguatkan diri yang lemah ini selain cintaNya.

Beberapa waktu lalu , di salah satu group FB (sunni homeschooling), ada seorang ummahat yang bertanya tentang pembagian waktu sebagai ibu RT tanpa asisten, apakah bisa mengatur itu semua plus anak yang HS. Lalu saya berpikir, sejujurnya semua bisa dilaksanakan dengan baik, hanya terkadang kemalasan dan sedikit kelelahan fisik yang membuat kita lengah dan jenuh . Yaaa memang bila ada yang membantu mungkin kita bisa sedikit menghemat tenaga, tapi bilapun tidak memungkinkan, semua bisa berjalan baik-baik saja kok.

Ritme keseharian sudah dikuasai, pagi menyiapkan anak-anak sekolah, membuat sarapan dan bekal mereka, di waktu bersamaan merendam pakaian dan memutar mesin cuci. Anak-anak berangkat, mulai konsentrasi pada cucian hingga selesai, diselingi dengan mencuci piring dan menyapu + mengepel lantai. Biasanya jam 9 smua sudah selesai, instruksi supaya fadhl mandi dan menyiapkan diri untuk belajar dan bermain. Dilanjut dengan shalat dhuha dan sedikit membaca buku agama. Selesai sudah tugas sementara..
Acara santai, mulai bermain dengan fadhl dan mengajarkan sedikit banyak hal, mulai membuka HP dan sedikit bersosialisasi, dan tak jarang kami bermain komputer atau menyaksikan disney jr atau acara apapun seraya bermain.
siang, satu persatu ananda pulang , kami mecoba untuk tidur siang, kalaupun tidak, bermain komputer atau apapun kegiatan lainnya , oh ya acara menyetrika bila tidak dilanda kemalasan.
Sore hari mulai sibuk kembali dengan menyiapkan makan malam dan menyiapkan anak-anak untuk mandi . Beres sudah.... tidak begitu sibuk bukan...

Ya, ternyata setelah dijalani, semua bisa berlangsung baik-baik saja, memang harus berkorban tenaga, tapi selama dijalani dengan santai, maka semua bisa terlewati dengan baik. 

Kalau masalah bosan, ya kita yang atur diri kita sendiri, terkadang berjalan berdua fadhl (dg ijin suami tentu saja) walau sekedar keliling naik angkot atau sedikit makan di tempat yang memiliki playground. Melihat sekitar, menertawakan tingkah laku fadhl, bersyukur atas nikmat yang masih bisa didapat. Lalu semua tenang... dan kami kembali ke rumah, dengan suasana baru, dan tentu saja semangat baru.

Mari terus semangat.... 
Ada amanah yang kita emban
Ada pertanggung jawaban yang harus kita susun
Tawakal, sabar dan yakin
Allah selalu bersama umatNya ...

bogor, oktober 2011

Ummu Ghifari 


Monday, September 26, 2011

Perjalanan pagi hari

Pagi yang cerah, sepertinya waktu yang pas untuk melepas sedikit rutinitas. Tidak, aku sedang dalam kondisi baik dan tidak ada masalah yang mendasar, walau isi dompet super duper tipis, tapi masih bisa tersenyum dan menatap hari dengan riang *tsaahhh.

Selasa pagi, cucian sudah direndam siap menyerap butiran tenaga yang katanya akan membersihkan sendiri pakaian pakaian itu. Ah biarlah, tuntaskan dulu bekal anak-anak, sayur asem plus kaki naga goreng dan bakwan tahu. Tiga termos makan telah siap tersaji, sekarang membereskan fadhl untuk bersiap ikut mengantar mas dan abang sekolah.


Melangkahkan kaki, membawa tiga bocah lelakiku menuju sekolahnya, senang melihat mereka bersemangat, walau enggan membawa termos bekal mereka, berlari berkejaran dengan adiknya, memicu jalan yang seolah singkat menuju tempat angkutan umum. Aku tersenyum ... Inilah semangat hidupku, melihat mereka tertawa, bercanda seolah tiada beban yang bermakna dalam batin mereka . Sesekali mereka menengok kebelakang, melihatku berjalan pelan membawa satu ransel dan 2 termos makanan mereka. Sekilas mereka tersenyum dan kembali berlari seraya berteriak dan bergurau

'iihhh bunda kaya apa aja, bawaannya banyak bener sih, hihihihi'

Belum sempat aku membalas, mereka kembali berlari dan berkejaran. Ah, sudahlah, berat ransel ini tidak sebanding dengan keakraban mereka, lupakan saat-saat mereka bertengkar, saling meledek, rebutan mainan, memaksakan kehendak hingga berakhir dengan deraian air mata atau sekedar teriakan amarah. Pemandangan di depan mataku ini begitu indah, walau hanya sebentar.



Perjalanan yang mengesankan, jalan kaki menuju angkutan, naik kendaraan yang hanya sebentar dilanjut dengan berjalan kembali. Mengatur susunan siapa memegang siapa, menyebrang, menaiki angkutan dengan tiga bocah kecil bukan suatu yang mudah, terkadang salah satu harus berdiri lantaran pagi-pagi cukup sulit menemui kendaraan kosong. Mengeluhkan mereka ? sama sekali tidak, mereka tetap tersenyum dan sang adik yang selalu aktif bicara, tidak hentinya berkomentar tentang kondisi sekitar. Dan aku, dengan bawaan yang begitu banyak, hanya sanggup menata nafas agar bisa menjalani ini dengan tenang. 

Sesekali dalam perjalanan akhir, kami berpapasan dengan mobil jemputan dari teman-temannya, mereka berteriak memanggil nama anak-anakku, terlihat maisaan dan ghifari saling meledek karena dipanggil oleh para akhwat. Lucu, melihat bagaimana anak-anakku sudah memiliki rasa enggan untuk bercampur dan bergaul dengan akhwat. Syukurlah ....

Tibalah kami di sekolah, satu persatu mencium tanganku seraya aku menyerahkan termos makan siang mereka. Tak lupa dalam hati aku ucapkan doa terindah untuk mereka, tuntutlah ilmu wahai anakku, jadilah pejuang islam yang benar, pahami dan benamkan dengan sebaik-baiknya tentang aqidahku, perbaiki akhlakmu, dan jadilah manusia yang berguna untuk agama dan orangtua. 


Aku biarkan diriku mengistirahatkan letihku,  seraya kupandangi mereka dan teman-temannya mengisi waktu sebelum tanda sekolah dimulai. Apa lagi yang mereka lakukan selain bermain bola bersama. Dilapangan beton dengan kontur yang tidak rata, tanpa alas kaki, mereka bermain seolah tidak merasakan sakit pada telapak kaki mereka, semua tertawa dan semangat berlari berkejaran menendang si bola plastik. 

Wahhh aku rasa aku menemukan jawaban atas cepat sobeknya celana mereka, serta bagaimana telapak kaki mereka begitu keras dan banyak luka disana. Hih... hanya bisa menarik nafas, ya lakukanlah apa yang kalian ingin lakukan, lewati masa kecilmu dengan duniamu. Yang bisa ibu lakukan hanya menambah perlahan celana-celana sobek-mu, menyikat kotoran yang melekat pada pakaian seragammu, dan berusaha memberi kalian makanan yang layak untuk mengganti energi mu.


Dan, bel telah berbunyi, semua mulai kembali kedalam kelas, aku lambaikan tanganku pada mereka, sekali lagi dengan doa tersembunyi dari dalam hati... Selamat berjuang nak ....

Aku dan Fadhl.... 
kembali menelusuri jalan menuju rumah....
Masih banyak yang harus aku kerjakan....
Mendidik bocah kecilku dengan caraku, dengan keseharian dan penjelasan, entahlah apa itu cukup baginya, yang aku tahu, baru itu yang aku mampu ...

"eh, ade kecil dari mana "  seorang ibu di dalam angkutan menegur Fadhl yang asyik bercerita
"dari anter mas abang sekolah"
"loh, ade sendiri ga sekolah? umurnya berapa ? "
"ade sekolah kok, di rumah ama ibu, ya bu ya....." 
Aku hanya bisa tersenyum .... 

Entahlah .....

Bogor, AKhir September 2011

Thursday, September 8, 2011

Invisible ball

Anak-anak yaa.... biar udah dilarang kaya gimana, kalo udah suka, ya bakalan tetap dilakukan, bagaimanapun caranya , hiks.

Saya sendiri bukan tipe yang suka melarang apa yang disuka anak, apapun yang mereka suka, selama bermanfaat, tidak merugikan pihak lain, maka akan saya dukung . Selama ini pun tidak pernah ada masalah dengan hobby anak2, mereka mau menggambar, dimodalin buku scetch , atau kertas tak terpakai di bundel supaya bagian belakangnya bisa dipakai untuk menggambar. 
Mau kreatifitas,  semua udah dimodalin, gunting , lem, kertas warna, double tape, kertas kado, stempel dan semacamnya selalu tersedia, dan semua harus bertanggung jawab atas apa yang dilakuaknnya.

Nah masalah tanggung jawab ini yang masih agak susah, terkadang mereka tetap susah untuk meletakkan barang kembali ke tempatnya, selalu berceceran, dan kalau sudah begini, sifat cerewet emaknya bakal keluar, cicicuit... bla bla bla bla.... dan kalau lagi super kesel, semua bakal kena skors tidak boleh menggunakan peralatan kreatifitas itu sampai batas tertentu.. hehehehe

Lain lagi untuk urusan hobby yang berkenaan dengan olahraga, dua bocah lanangku, hobby nya main bola, tenangggg.. tidak dilarang kok, malah didukung, asaaaallll mainnya di tempat yang aman dan nyaman. Tapi bukan anak2 namanya kalau mudah dinasehati, larangan untuk main di dalam rumah tidak digubris, setiap kesempatan selalu menjadikan ruang tengah sebagai sarana lapangan bola. Bola plastik, jelas dilarang , berisiknya itu loh, akhirnya pakai bola dari bahan, ya sudahlah, emak ga tega melarang, dan mengalah dengan menyingkirkan benda2, meminggirkan meja makan, dan hasilnya, ruang tengahku emang blong melompong, cuma ada meja makan yang udah mingggirrrrrr banget.

Hasilnya ?? prang prang , gelas, vas bunga, hiasan dinding, botol air, botol minyak dan macam-macam lagi sudah kejadian di rumah. Nyesel ?? ya cuma saat itu doang, abis gitu ya lanjut lagi. Kadang dihukum dengan menyita bolanya, hasilnya ? mereka ambil kertas bekas, digulung2 sampai lumayan besar dan di tutup dengan solatif , jadi bola .... ehhmmmm emak tepok jidat deh .

Beberapa waktu lalu kejadian lagi, adeknya nyaris luka karena tertabrak mereka yang lari-larian dalam rumah. Bapaknya sudah marah besar, alhasil semua bola disita, tidak boleh main bola dalam rumah, kalau di luar bebas. Nah anak2 ga mau main diluar karena ga ada lapangan, dan males kalau bola terbang ke rumah tetangga. Dulu sih, depan rumah masih ada  tanah kosong dan anak2 masih bisa main bola disana, tp sekarang sudah dipagar dan palingan anak2 kalau main bola di jalan depan rumah, dan tentu saja tidak nyaman.

Berhentikah mereka main bola dalam rumah ?? Sama sekali tidak, bola disita, mereka bermain dengan invisible ball... hebat kan, beneran gerakan mereka seperti main bola, tapi tanpa bola. Emak cuma bisa geleng2 kepala.... NYERAAAHHHHH ...

Doain ibu punya rizki ya nak, biar bisa masukin ke klub bola ... angan2 yang harus tertunda..


Wednesday, September 7, 2011

[Little Family] Ramadhan dengan ujian

Alhamdulillah, bulan Ramadhan telah berhasil dilalui, berusaha dengan baik untuk menjalaninya, walau sadar masih begitu banyak ke-sia-sia an yang dilakukan dalam melaluinya. 

Tahun ini kali ke 2 kami menjalani Ramadhan dengan penuh kesederhanaan, berusaha menjalani apa yang diyakini dengan seluruh resiko yang sudah disadari. Hanya sabar dan tawakal yang kami punya, walau yaaa sifat manusia yang masih mengagungkan materi tetap ada pada diri pribadi, sedikit bersedih tatkala harus menyadari bahwa dulu saya masih mampu untuk setiap hari membawakan makanan mewah untuk berbuka, mengajak berkali-kali bocah ke mall untuk kebutuhannya (butuh atau dibutuh2kan?), atau menebar amplop dengan suka cita yang menggema. Sedih ... pasti, namun harus sadar dengan sesadar sadarnya, tidak bisa bukan berarti habisnya kehidupan, tidak bisa bukan berarti kami tidak bisa berjalan, dan ternyata kami memang tetap bisa menjalaninya, kami masih bisa menunjukkan kepada orang-orang yang meragukan kami, tangan kami tetap enggan untuk menengadah, kami masih bisa bertahan.

Ramadhan diawali dengan sakitnya suami, batuk parah yang ternyata cukup lama, Alhamdulillah bisa terobati dengan home treatment dan propo**s. Dipertengahan, Putri demam tinggi berlanjut dengan sakit perutnya yang mengindikasikan dispesia-nya kambuh. Terpaksa putri tidak puasa dan treatment hanya lewat paracetamol dan antasida. 

Masih disaat putri sakit, Maisaan pun akhirnya terkena, demam tinggi, maksimum 39,7. Curiga ini dikarenakan kelelahan di sekolah ditambah kurangnya asupan makanan saat sahur. Kembali kami tidak mengijinkan dia berpuasa, hingga sekolah diliburkan dan total maisaan tidak ikut puasa adalah 5 hari. Treatment tetap hanya paracetamol dan madu untuk daya tahan tubuhnya.

Bersamaan dengan itu, si Bontot ikut-ikutan pula sakit, demam tinggi. Dan seperti biasa, bila fadhl sakit, demamnya selalu berada di kisaran 39,5 keatas, panik , ya pastinya, tapi karena tidak ada riwayat kejang dan dia masih memiliki kesadaran serta tidak ada ciri2 dehidrasi, kami tetap hanya melakukan home treatment. Total lamanya demam sekitar 4 hari. 

Sang emak, tidak mau ketinggalan, kelelahan mengurus pasien, akhirnya daya tahan tubuh tidak kuat, drop sampai parah sekali. Flu berat yang seperti baru kali ini saya tidak kuat untuk sekedar bangun dari tempat tidur, sakit kepala yang sungguh luar biasa, ditambah mual yang melengkapi segalanya. Terpaksa tidak berpuasa karena harus minum penahan sakit, dan bertambahlah hutang saya 2 hari diluar sakit bulanan 

Terakhir, mas Ghi, yaaa namanya tinggal serumah, tidur kadang umpel2an, sama emaknya peluk2an, ya virus dengan senang hati pindah rumah, demamlah mas ghi seperti saudara2nya. Tapi Alhamdulillah, fisiknya memang lebih kuat, dia bertahan dan hanya batal puasa selama 1 hari, sementara demamnya dia lewati dalam 3 hari. 

Akhir puasa, ditutup lagi dengan bapaknya anak2 yang kembali drop, walau tidak separah batuk di awal, karena sudah diantisipasi dengan panambah daya tahan tubuh. Hihihi semua kena bagian, adil deh ..

Diantara cobaan itu, dan dikala sakit yang aku derita, banyak perenungan yang aku lakukan, aku sadar ini hanyalah sedikit sentilan dari Allah kepada kami, atas begitu banyaknya kelemahan kami dalam bersyukur kepadaNya. Betapa kami masih sering meragukan rahmatNya, kekuatanNya, kecintaanNya kepada kami. Betapa masih seringnya kami lalai untuk beribadah, masih kuatnya godaan dunia dibanding duduk dimalam hening mengumandangkan dzikir dan doa. Dan kami bersyukur karenanya, Allah masih berkenan menegur kami, membuka mata kami dengan caraNya, bukan siksa, tapi pengelupasan dosa yang begitu tebal menempel pada diri kami, semogaaaa....

Ada satu percakapan sederhana yang cukup membuatku kuat dan sedikit malu, percakapn antara Ghi, ican, fadhl dan aku. Kira-kira seperti ini :
"Bu, kenapa kita dikasih sakit sama Allah, katanya Allah sayang sama manusia"
"justru karena Allah sayang, makanya Allah menegur kita"
"kok negurnya bukan dipanggil , kaya ibu kan kalo negur kita, kitanya dipanggil terus dinasehati"
"Hush, kalo kita dipanggil Allah, namanya kita mati dong, nanti malah ga ketemu ibu lagi"
"oh iya ya, emang bener bu ?"
"Hmmm, banyak cara bagi Allah untuk menegur umatNya, ada yang lewat kesedihan, kegembiraan, kemiskinan, kekayaan, suka cita, bencana, sakit, dan banyak lagi"
"wah kalo ditegurnya dengan jadiin kita kaya, enak bener bu"
"siapa bilang enak... belum tentu, nanti sanggup ga kita ceritain duitnya dari mana, dipake untuk apa, semuaaaaaa kepingan akan ditanya, kalau ternyata dapatnya dari jalan yang salah, wah timbangan keburukan akan semakin berat"
"oh iya ya... tapi tetap aja enak bu, daripada yang miskin , kasian, makan aja susah, ga punya baju, ga bisa jalan-jalan, ga bisa belanja2"
"selama dia tetap sabar dan yakin dengan Allah, maka semua yang dia jalanin akan jadi tambahan buat timbangan kebaikan. "
"trus sakit kita ini, kok ibu bilang juga cara Allah negur kita sih"
"gini, mas, abang, ade , enakan mana, ditegur ibu atas kesalahan kalian, atau ibu diam aja ?"
"ya ditegur dong"
"enak ga kalau ibu sehari aja diemin kalian, kalian mau ngapain aja ibu ga peduli, kalian tonjok2an, pukul2an, ngambil makanan saudaranya tanpa ijin, terserah, enak ga gitu ? "
"hmmmmmm ga enak sih, ga rame, ga ada yang cerewetin, ga enak ah pokoknya"
" ga enak lah bu, nanti ibu cemberut terus, trus aku ga di peluk ibu, ga di cium ibu, ga mau ah"
"Mas, gimana ? "
"ga mau bu, kalo ibu ga negur mas, artinya ibu ga sayang mas lagi dong, ga mau urus mas lagi dong, ga mau ah, mas kan masih mau di urus ama ibu, diajak ngobrol ibu"
"nah, begitu juga dengan Allah, kita dikasih sakit supaya kita sadar untuk menjaga diri kita, supaya kita bersyukur atas nikmat sehat yang selama ini kita  rasakan. supaya kita sadar, sehat, sakit, hidup , mati adalah kuasa Allah "
"iya ya bu, kalau ga dikasih sakit, kita suka sombong, makan sembarangan, ga mau istirahat,"
"iya, kaya mas, abang, ade sekarang ini, susah bener disuruh tidur siang, hayooo sekarang mau ga tidur, biar tubuhnya istirahat dan insyaAllah badannya bisa segar kembali saat berbuka nanti"
"siap boss ... kami akan tidur siang "

==============

Lalu aku merenung....  aku bicara seakan aku menasehati diri sendiri, betapa sombongnya diri, berharap mampu menjalani semua tanpa sadar akan batas kuasa tubuh untuk menghadapinya. 
Dan aku pun tertidur di samping tubuh anak-anak ku yang terlelap dalam senyum ....

Alhamdulillah.....


===========

oh ya, bersama ini, kami mengucapkan Taqabalallahu minna wa minkum ...

Sunday, August 7, 2011

[Rindu Rasul] Saat kucoba memperbaiki Cinta


Kalimat  yang diucap oleh Ustadz tadi meninggalkan beribu perdebatan dalam batinku. Aku sadar ada yang salah selama ini, ada lubang yang terkuak sementara aku berusaha menambal,  semakin lama  lubang itu semakin membesar, menyadarkan  tentang  sesuatu yang tidak benar atas apa yang telah aku lakukan, caraku mencinta, cinta yang tanpa makna.

Sepertinya baru kali ini aku serius mengikuti kajian disela istirahat kantor, hari yang panas, diri yang gelisah, memohon siraman yang  menyejukkan. Siapa gerangan lelaki ini, anak muda seusiaku, menyajikan materi yang berbeda, cara penyampaian yang tidak biasa, tenang, sabar, namun terkandung kekerasan di dalamnya. Tidak ada rasa kantuk yang biasa, satu persatu kata terangkum indah dalam benakku,  entah mengapa air mata mengalir sendiri tanpa terasa.

Sudah benarkan caraku mencinta Rasulku, begitu berani berkata bahwa aku begitu mencintainya, sementara aku sendiri tidak mengenalnya secara benar. Beraninya aku menganggap bahwa aku telah mengetahui  siapa dia, sementara kulit terluarnya pun aku dapat hanya dari perkataan sebagian besar orang dan tradisi yang sudah beredar. Benarkah itu? Benarkah caraku? Sudahkah aku mencoba mencari tahu tentangnya, tentang seorang yang begitu dicinta Allah, yang padanya sudah terdapat jaminan syurga, yang kepadanya Allah titipkan wahyu untuk disebar kepada umatNYA, yang kepadanya Islam telah turun secara tuntas. Pantaskah aku untuk tidak mencintainya, sementara tiap lafadz shalatku mengucap namanya yang tersandar indah dalam kalimat haq seorang muslim. Asyhadualla ilaa hailAllah, waasyhaduanna Muhammadarrasulullah Aku bersaksi tiada Illah yang patut diibadahi selain Allah, dan Nabi Muhammad adalah Rasul Allah.

Dan dua lajur airmata turun dengan sendirinya..

 

Aku membuka kenangan dalam benakku, saat aku memiliki rasa cinta kepada seorang makhluk lawan jenisku,  apa yang aku lakukan, aku tidak membiarkan rasa itu menjelma tanpa logika, aku harus tahu bahwa perasaanku tidak akan tersia, aku harus mengenalnya untuk mengijinkan masuk kedalam hati dan jiwaku. Aku mencari tahu, aku bertanya pada yang bisa mempertanggungjawabkan diri dan kehidupannya, aku berusaha mengenalnya dengan sebaik dan kemampuan terbaikku. Hingga saat keyakinan sudah terpenuhi, aku pasrahkan kepada penciptaku, apakah dia yang kelak menjadi imam bagiku, pembimbing kehidupanku, yang akan mempertanggungjawabkan sebagian perjalananku beserta keturunanku. Begitu panjang waktu yang aku butuhkan untuk menyerahkan diriku dan berkata aku mencintai seorang makhluk Tuhan yang kini menjadi suamiku.

Duduk terdiam di helai sajadah malam itu, aku menangis, menumpahkan kekeliruan yang selama ini aku rasa. Tidak, aku belum merasa pantas mengumandangkan rasa cintaku pada Rasulullah sebelum aku mengenal dan menjalani semua ajarannya. Cinta itu dari hati, bukan dari lisan yang berkumandang keras namun kosong di dalam. Cinta bukan hanya sekedar mengikuti, tatkala semua memproklamirkan rasa cintanya dengan deraian air mata, apakah tetesan itu mengiringi keseharian dalam perwujudan rasa cintanya?

Ya Allah, aku salah..  Masih begitu buta aku akan siapa hamba MuliaMu itu, begitu kosong rasa tahuku tentang kebenaran ajaran yang Beliau turunkan padaku, begitu bodohnya aku menjalani tanpa mengikuti, begitu naif nya aku merasa sebagai muslimah yang benar namun begitu banyak kedustaan didalam diriku.

Ya Allah…  tidak berani aku berkata cinta tanpa mengenalnya,namun  ijinkan aku mencintainya dengan kebodohanku saat ini, akan aku buka lembaran baru untuk mengupas ajaran Rasulku, bukan dari ‘katanya’ namun aku harus mencari apakah yang aku lakukan memang benar adalah ajaranmu, kesempurnaan Islam telah Engkau titipkan pada makhluk yang Engkau berkahi, dan siapalah aku yang berani mengkhianati nya ??

Perlahan, aku harus mencoba, butuh waktu, namun aku tahu inilah lubang yang selama ini aku rasa. Akan aku tutup perlahan dengan ilmu, akan aku isi perlahan dengan cinta yang sebenarnya, Mengikuti dengan kebenaran.

 

Satu persatu buku yang selama ini tersimpan rapi di lemari mulai aku buka, semakin terang pikiranku tentang siapa dirimu, Rasul, manusia sempurna dimata kami. Satu persatu keraguan aku pertanyakan kepada guru, dan semakin aku ketahui , semakin aku sadar  begitu banyak kesalahan yang telah aku lakukan. Betapa keraguanku tentang ritual yang biasa aku lakukan memang tiada dasar, keseharianku, ibadahku, banyak yang bukan dari perkataanmu, dan aku kembali menangis, betapa aku selama ini telah mendustakanmu.

Aku mulai dengan menambal pengertian Aqidahku, yang benar, yang haq, yang salah, yang bathil, aku belajar dan belajar, dan aku temui… bahwa Islam adalah agama yang mudah. Subhanallah.

Kini, aku telah menemukan cintaku padamu wahai Rasul, cintaku kepadamu dengan segala ajaranmu, apa adanya, tidak berlebihan dan melebih-lebihkan, suci dari dalam hati. Cintaku kini kepadamu hanya karena Allah. Ijinkan aku …. 

--------------------

Tulisan ini diikutkan dalam Lomba Rindu Rasul , trimakasih atas kesempatannya .


pict taken from Here 

Monday, July 11, 2011

Ketemuan dengan warga Batam

Salut.... itu satu kata buat sastrawan kita dari Batam, yang biasa dikenal dengan Suga dengan id saturindu. Kenapa sampai aku berkata demikian, karena mungkin hanya dialah satu-satunya mpers (mungkin bagiku yaaa) yang begitu semangat untuk mengunjungi satu persatu kontaknya, di kala dia sedang keluar dari kandangnya .

Aku sendiri mengenal mas Suga (biarlah pake nama ini yaaa) belum begitu lama, terdampar dari lomba FF yang diadain mba Intan, lalu di acak dan di kritik abis tentang FF ku, membuat aku penasaran, siapa sih aktor ini. Add as contact, mulai buka2 rumahnya, berusaha sedikit memahami posisi dan siapa dia, akhirnya sedikit paham bahwa memang mas suga adalah penulis yang memiliki bakat bagus . Tulisannya indah, kisahnya berbaur antara fiksi dan kehidupannya, yang diramu dengan cara penulisan apik menjadi alur yang indah untuk dicerna walau tetap terdapat misteri didalamnya. Yaaa mungkin butuh waktu untuk memahami karakter dan gaya penulisan seseorang.

Nah, bulan ini ternyata mas Suga datang ke Jakarta, rencana mau ikut kopdar yang bareng mba intan di atrium, tapi kondisi sedang ribet suribet, ya sudahlah saya pass saja, ngusulin supaya kalau ada waktu ke Bogor, bisa contact2an. Dan akhirnya hari kamis tanggal 07072011 mas Suga bersedia ke Bogor dan ketemuan di Taman koleksi . Sebetulnya mas suga maunya hari Rabu, tapi karena janjiannya malam, dan aku jg ga mungkin keluar rumah malam hari , akhirnya digeser ke kamis itu. 

poto sehabis makan.. duduk bund juli and mba winny, berdiri, aku dan mas suga

Ketemuan juga ama bunda Juli, dan tentu saja yang rajin kopdar adalah mba Winny. Sudah berkali2 janjian kopdar dengan mereka selalu gagal, pertama di KRB, kondisi tidak memungkinkan, kedua saat ke Istana Bogor, berhubung ga boleh bawa anak kecil, ya aku mundur deh dari ketemuan itu. Dan akhirnya sekaranglah aku bisa ketemuan juga dengan mereka.. senang karena sesama warga bogor dah ketemuan langsung.

Perbincangan sederhana yang akhirnya kok ya jadi membahas yang seram-seram , ternyata mas Suga emang demen ama ngomongin yang horor, aku cuma mesem2 ga ngerti dan berusaha tenang padahal merinding. Bunda Juli juga cerita macem2 yang nambah deg2an.... hehehe tapi seru... 

Tidak terasa udah sejam-an ngobrol, walau belum puas, tapi ya gimana lagi ya, anak2 ga ada yang jaga, jadinya harus pulang dan meninggalkan mas suga dengan jadwalnya sendiri. 
Trimakasih atas waktunya dan traktirannya. Semoga suatu saat masih diberi kesempatan untuk bertemu dan berbincang lagi...

Indahnya MP.... kemanapun, bila memungkinkan kita kopdarrrrrrrr




[LEBAY-nya MULTIPLY/ERS] Mengapa kau lupakan dirikuww.....

Fiuuhhh, penat juga badan ini, sudah selesai urusan rumah, sekarang waktunya bersantai dan membuka situs favoritku, Multiply... ihik ihik... *lebay dimulai..

Buka laptop, pasang modem, nyalain, ceklak ceklik google chroome dan langsung klik my MP. Harapan seorang emak yang masih pengen gaul adalah mudah-mudahan inbox hari ini bisa membuat suasana hati lebih damai, aman dan tentram, bisa sedikit menurunkan tanduk devil yang tadi sempat nongol dan rasanya masih sedikit mencuat di atas kepala. Berharap ada lelucon intermezzo mba Intan atau cerita kegemblungan omali atau yaaa mungkin walau rada eneg bolehlah liat penampakan om dedi yang katanya dan ngaku-ngakunya tampan se jagad MP *siapin kantong muntahan #lebay no 2

Layar still loading.... and... inbox no.1 come from my close friend ...

"yippie akhirnya bisa kopdar sama mr. xxxx .. what a day "

Glek....!!! Whatttttttzzzzzz  !!!!  Gubraxxx.. !!!! Dezigghhhhhhh ....!!!!

tulisan segitu ternyata telah menghancurkan hati dan hariku... Bagaimana tidak, sehari sebelumnya, aku dan si close friend , sebut aja CF chatting chattingan, ngobrol tentang kopdar dan bla bla bla sampai lama banget , bahkan ngomongin tentang si mr xxxx juga, berharap bisa kopdaran bareng dan ketawa ketiwi bersama. Tapi ternyata, lihat coba, si CF melupakan diriku, hanya gara-gara aku ga ol semaleman, trus kopdar dadakan, jadilah dia melupakan semua kenangan atas cetingan kita berdua... hiks. *nangis bombay   #lebay no.3

Reply...... kagak..... reply.... kagak...... reply.... kagak....
kalo reply, aku pasti emosi dan ga mau juga pertemanan jadi ancur , tapi kalo kaga tar dia bingung kok tumben aku ga reply, sedangkan jejak hs ku dah nongol di viewing historynya. Baiklah.... tarik nafas, tenangkan diri, berusaha bijak dan menulis dengan senyum..

"wah.. ikutan senang atas kopdar kalian, semoga kopdar yang bermanfaat"

nyinyir yak... hihihii ga marah loh padahal, cuma mendoakan ajah... *boongparah  #lebay no 4

Demi menuntaskan uneg-uneg, buka twitter yang ..hmmmm memang agak2 jadi tempat sampah sih..
"Apa itu yang dinamakan teman, ceting, sms an bareng, pas seneng2, aku dilupakan... huaaaa"
"ya ya ya, gw tau belum tentu juga bisa ikutan kopdarnya, tapi apa susahnya sms or ym, hp gw nyala 24 jam loh"
"brasa dikhianati temen sendiri, kopdar ga ngajak2"

hahahaha twitter hari itu dipenuhi racauan ga jelas dariku, no problem, yang penting kekesalanku ga terpendam yang mungkin saja berindikasi jadi jerawat atau terparah bisa bikin sakit maag kambuh, trus gastritis parah, trus jantung gw sakit lagi.. no no no.. mending ngilangin rasa jaim, dan nyampah di tempat yang bebas, ya tohhh...

cicicuit .... bunyi hp tanda ada ym masuk... wah dari CF
CF : say... sorry ... kamu marah ya 
Gw : hehehe ketahuan ya kalo aku marah
CF : suer deh,  bukannya ga mau ngabarin, tapi bla bla bla bla....
Gw ; gpp say... ngerti kok, emang gw kecewa, soalnya pas kmrn itu gw kalo diajak lagi availbale ajah, dan pas saat itu gw tinggal nyebrang doang dari lokasi kopdaran elu, makanya rada gimanaaaaa gitu.
CF : wah, elu lagi di sebrang mall ? kok ga ngabar2i 
Gw ; come on... jangan ngalihin perhatian dehhh, baca status bb ku dong ah.... tp yasudlah hay, cuma gitu doang, gapapa kok
CF : skali lagi sorry ya, gw ga ada maksud nyakitin perasaan elu kok..

dan... case closed, kita cekikikan lagi, ketawa lagi, ngobrol biasa lagi...
satu kisah berlalu... 
dan aku sadar dengan sesadar-sadarnya, bahwa orang memiliki alasan akan sesuatu yang dilaksanakan, apa yang aku pikirkan belum tentu itu yang terjadi, berbesar hati dan tidak berprasangka buruk akan segala sesuatu, karena aku sadar, bahwa perasaanku di awal sangatlah LEBAAYYYYYYYY...

=============
diikutin dalam lomba LEBAY-nya MULTIPLY / MPers 

note : kisah telah diadaptasi untuk mengurangi sensitifitas dan meningkatkan kadar kelebay-an. 





Friday, July 8, 2011

Putriku kini ....

Melihat Putri akhir-akhir ini, ada begitu banyak rasa yang berkecamuk di dalam dada. She's a girl now, begitu banyak perubahan yang sudah terjadi pada dirinya, dia telah menjadi pribadi yang berbeda walau tidak sempurna. Dan semakin aku melihat gerak geriknya, semakin aku takut akan kelalaianku untuk menjaga dan mendidiknya. Dia, titipan Allah yang begitu berarti bagi diriku, penyembuh jiwaku, penguat ragaku, pengayom anak-anakku.


Dia sudah menyadari bagaimana menjadi anak perempuan satu-satunya, berusaha membantu ibunya dengan sebisanya. Dia sekarang begitu dekat dengan adiknya, Fadhl, mulai dari makan, mandi, bahkan curhat dan bermainpun, mereka sudah seperti tak terlepaskan. 


Tidak... tidak ada pemaksaan sama sekali dari diriku untuk mewajibkan dia mengurus adik dan membantu dalam urusan rumah, namun memang aku selalu berusaha mengajarkan kemandirian, bantu apa yang bisa dibantu, dan mungkin dia bete juga kali ya, ngeliat ibunya kalo kecapean suka ngoceh sendiri.. 


Lucu kala melihat dia bersiteru dengan si bontot di kala mandi
Trenyuh kala melihat dia menemani adiknya makan, dan terkadang menyuapi 
Bangga tatkala melihat dia dengan gesit mencuci piring kotor 
Ngikik saat melihat dia emosi menghadapi ke'super' an adik2 cowoknya
Kasian tatkala melihat dia berusaha belajar dengan serius, lalu kelaparan, lalu mencoba bikin susu sendiri....
You're really my angel...


She's big now... kok ya semakin takut untuk melepasnya ke pesantren tahun depan yaa... bapaknya udah mundur tinggal terserah aku, dan sepertinya aku agak ragu juga, secara semua keluarga besar tidak ada yang mendukung untuk itu. Hmmm tapi disatu relung batinku , aku yakin ini yang terbaik bagi dirinya, menjalani pendidikan jauh dari ibu bapaknya, membina kemandirian yang sesungguhnya, belajar dengan lingkungan yang benar. Yaa masih ada waktu 8 bulanan bagiku untuk berpikir, smoga Allah memudahkan diriku untuk menentukan jalan terbaik untuk putriku.


btw kok napa fotonya gw serasa narsis yak...hihihi 

Akhirussanah Maisaan 2011




18 Juni lalu akhirnya maisaan, putra ke tiga menyelesaikan pendidikan di TKIT At-Taufiq. Rutinitas seperti biasa, panggung anak-anak yang menampilkan apa yang telah mereka pelajari selama ini, juga penyerahan piagam atas beberapa prestasi anak-anak.

Exciting, pastinya... semua orang tua ingin mengabadikan momen ini sebagai kenangan berharga buat anak-anaknya. Prestasi dan apa yang telah mereka raih menjadi torehan keberhasilan dalam riwayat perjalanan sebagai orangtua. Kebanggaan, bahwa satu langkah lagi baru terlewati dalam proses kehidupan seorang anak.

Maisaan mendapat dua penghargaan, sebagai anak yang telah mencapai qiraaty 4 pada masa TK, dan sebagai anak yang sudah menunaikan ibadah puasa penuh di bulan Ramadhan lalu. Walau dia sendiri tidak begitu memahaminya, namun yaaa Alhamdulillah karena ini menjadi satu hal positif bagi dirinya.

Prosesi wisuda sudah hampir sama dengan prosesi wisuda anak kuliahan, pemanggilan satu persatu, menyerahkan setifikat dan bunga dari anak ke ibu. Lucu aja sih, tapi ya dijalani saja, namanya juga ikut prosedur..

Masih jauh perjalanan hidupmu nak, terus bertahan, berprestasi dan menjadi pribadi yang baik luar dan dalam. Jadilah tahfidz Qur'an, dan mudah2an keinginan ibu untuk menyekolahkan kamu ke Madinah nanti bisa terwujud ya nak, dan cita-citamu untuk menjadi Insinyur SIpil bisa terlaksana dengan sempurna.. Doa ibu sellau untukmu.

Monday, June 13, 2011

[Fadhl] Menuntaskan kewajiban Khitan par 2 - Prosesi

Mumpung juragan lagi asyik nonton dan rada anteng, lanjut nulis ...

Persiapan mental sebetulnya berjalan apa adanya, dia hanya minta di yakinkan bahwa tidak ada sakit seperti saat pengambilan darah kemarin. Yaaa aku sendiri ga brani berbohong, dengan pelan aku ceritakan kembali bahwa sirkumsisi yang akan di lakukan adalah pengambilan sedikit kulit di ujung penis yang saat ini masih tertutup dan kemungkinan menyimpan kuman disana. Pasti akan sakit, namun aku yakinkan bahwa seorang laki-laki harus mampu menahan sakit, mas ghi dan abang ican sudah menjalaninya, jadi semestinya fadhl tidak takut dan mundur dari niatan ini. Done... dia sepertinya mengerti, dan semua berjalan tenang.

Sabtu pagi 11 Juni 2011, kami berangkat ke Jakarta dan sebelumnya mampir untuk beli mainan ala kadarnya untuk mengalihkan perhatiannya saat di khitan. Yang sibuk itu kakak2nya, mas Ghi maksa Fadhl supaya beli gasing, bang ican ngerayu supaya beli mobil2an.. hayyyahh... dan untunglah fadhl tidak terpengaruh, dan dia sekali melihat tools seperti handy many, dia langsung ambil, dan tidak bisa ditunda lagi (hiks pdhal harganya lumayan mehel..... gpp lah).

Jam 12.30 berangkat dari kemanggisan (rumah mamah/neneknya fadhl) menuju markas Sehat di Komplek PWR Ragunan. Ga disangka, perhitungan waktu yang menurutku seharusnya cukup untuk tiba disana jam 2 siang, ternyata salah, Jakarta macet sekali yaaa... huhuhuu , kami baru tiba pukul 2.20, untunglah Dr. Arum baik hati  dan bersedia menunggu (pasien ga sopan nih). 

Wawancara awal tentang kesehatan Fadhl, hasil lab dan perkembangan Fadhl. Dr Arum pun masih ingat saat 3 th lalu mengkhitan Maisaan. hihihi ternyata sudah lama juga kami tidak berkunjung ke markas . Pemeriksaan tinggi dan BB, berhubung emaknya lagi sibuk diskusi ama dokter, sampai ga ngeh itu anak berapa ya BB nya ...hehehehe.. Scara fisik oke, dan lanjut dengan persiapan khitan.

Ruang praktek sudah disiapkan, kami skali lagi menjelaskan bahwa akan di suntik sedikit di penis, lalu akan di lakukan operasi kecil penyunatan, dan dia masih sibuk ama mainan di ruang tunggu, shingga cuma iya iya aja... hehehe

Masuk ruang, buka pakaian bawah, dan berdoa, Fadhl mulai tampak takut karena melihat suntikan, sepertinya dia masih trauma dengan proses ambil darah kemarin itu. Dan benar saja, saat suntikan anastesi masuk, dia kembali tegang, berteriak kesakitan dan heboh. Haduuhh emak mulai stress,  buka stok mainan dan berusaha mengalihkan perhatian dia. Ga mempan, masih teriak, kita ajak ngobrol terus, dan akhirnya diam .
Disitulah baru diketahui bahwa kulit fadhl terlalu tebal, dan sempit di bagian depan, mengingatkan bahwa mungkin ini penyebab selalu ada benjolan saat dia buang air kecil dan kemungkinan Silent ISK mengingat dia sering demam walau berakhir di hari ke 4-5.
Selama demam yang dulu2 kami tidak curiga ISK karena dia tidak sakit saat bak, namun aku terlewat memperhatikan batang penis nya yang membesar setiap dia bak *emak eror.
Jadi, keputusan kami untuk segera mengkhitankan fadhl adalah pilihan yang tepat dan melegakan diriku sendiri.

Terus terang memang aku selalu tidak berani membersihkan kulup / ujung penis anak sejak bayi, selalu dicoba,namun tidak pernah tega untuk membuka dan membersihkan sampai pangkal. Dan untuk Fadhl, beberapa kali aku coba, namun aku kesulitan karena lubang depannya yang terlampau kecil. Jadi ya sudahlah, aku pasrah dan berharap pada khitan ini.

Proses tidak berjalan mulis, karena Fadhl keburu histeris dengan anastesinya, sempat ragu apakah anastesi bekerja dengan baik, karena dia terus menerus teriak. Sempat opsi supaya anastesi diulang , namun dr.Arum meyakinkan bahwa sebetulnya anastesi sudah bekerja, namun anaknya saja yang terlampau histeris.. (aka lebayyyy). 
Disini aku mulai berperan, aku alihkan perhatiannya dengan mulai bercerita, aku keluarkan stok bahan cerita yang biasa kami lakukan, kisah tentang Riku si semut kecil. Aku sendiri kurang konsen karena pikiran bercabang antara melihat proses dan bercerita, namun aku putuskan untuk hanya konsentrasi ke cerita saja, dan memasrahkan proses seutuhnya kepada dokter. 
Fadhl mulai terbawa dalam cerita, walau sesekali dia masih sesegukan, tapi dia menanggapi setiap kalimat yang aku keluarkan. Tersenyum, tertawa, protes dan segala macam tanggapan atas ceritaku yang lama-lama mulai ngaco.Hingga kisah terputus dengan kehadiran dr.Apin yang memecah konsentrasi ceritaku untuk ikut berdiskusi dengn dr.Apin.
Disitu aku tahu ternyata sebetulnya ada pendarahan di posisi 12 (atas) sehingga ditambah jahitan di kanan kirinya. Total jahitan ada 6 , normal ada 3 , tp tidak mengapa yang penting semua beres. 
DI proses akhir itu Fadhl mulai  histeris lagi, mungkin karena imun nya sudah menghilang , di tambah aku yang mengalihkan perhatiannya. Saat aku kembali pada cerita tentang Riku, dia sudah tidak tertarik dan mulai kembali menangis. Pasrah sajalah, yang penting proses sudah selesai.

Keluar ruangan , ternyata sudah banyak pasien yang menunggu, terdengar tepukan dari pasien lain yang mendukung perjuangan fadhl. Setelah aku keluar dari ruangan, ternyata pasien2 itu adalah temen2 juga... (ada Ida mom Riffat n Riffan, Menik mom Haura dan zaydan, dewi, dan rita  ).

Dilanjut dengan diskusi pasca sirkumsisi, kesimpulannya proses berjalan baik, tinggal menunggu apakah ada pendarahan, yang ternyata Alhamdulillah tidak terjadi pendarahan. Dokterpun menjelaskan mengenai treatment pada bagian yang luka, usahakan selalu kering, juga dijelaskan kemungkinan infeksi yang disebabkan adanya kotoran atau bekas BAK yang tidak bersih. Aku hanya berharap, semoga semua akan berjalan baik2 saja seperti kakak2nya dulu.

Selesai ..... kami pulang dengan Fadhl yang sibuk dengan mainannya . 
Sekarang tinggal perawatan pasca khitan, semoga berjalan baik dan fadhl kooperatif..

bersambung lagi insya Allah 


[Fadhl] Menuntaskan kewajiban Khitan part 1

Nyempetin nulis singkat deh, sebelum kelupaan dan hilang momennya. 

Alhamdulillah, akhirnya kami telah selesai sekali lagi menunaikan tugas sebagai orangtua terhadap anak lelakinya, yaitu meng-khitan-kan si bontot Fadhl. Sebetulnya ini melenceng dari jadwal semula, biasanya kami mengkhitan anak-anak pada usia 3 tahun, namun entah mengapa kali ini aku nya sendiri yang timbul keraguan sehingga niat tersebut tertunda hingga 1 tahun. 

Aneh mungkin ya bagi kebanyakan orang melihat keputusan kami untuk mengkhitankan  lelaki kami pada usia dini, kami sendiri tidak memiliki tujuan lain selain memang ingin menuntaskan kewajiban kami, menjadikan anak kami bersih secara fisik dan tidak ada lagi keraguan bagi kami akan kesehatannya. Begitu sederhana kan, namun yang sederhana ini selalu menimbulkan pertanyaan, dan tak jarang justru memberi kesan pada kami bahwa kami adalah orangtua yang tega.

Jujur, beberapa kali tanggapan orang lain itu sempat jadi dasar keragu-raguanku, apakah aku sudah melanggar hak anak, apakah aku terlalu egois dengan membuatnya sakit, apakah tidak ada waktu lain hingga anak siap dan besar. Namun, disatu saat malam aku selalu menatap dia, lelaki kecilku, sekarang atau nanti, kamu akan menjalaninya, sakit yang akan dirasa insya Allah akan berlangsung satu minggu, dan setelah itu selesai , jika kakak2nya berhasil melewatinya dengan baik, maka harusnya aku pun bisa melaksanakan khitan kali ini dengan rasa yang sama, ikhlas, tabah , tidak panik. Dan... keputusan bulat disertai nekat membawa aku pada satu sms kepada dr. Apin, meminta jadwal untuk sirkumsisi. 

Aku pasrah, jika ada tanggapan maka ini akan terlaksana, jika tidak ada jadwal , ya biarkan waktu yang akan mengatur kapan ini akan terlaksana. Tidak disangka, hari selasa 07 Juni, dokter konfirmasi untuk sirkumsisi hari Ahad, 12 juni 2011. Namun karena tempat praktek digunakan untuk klas ASI, jadilah jadwal dimajukan hari sabtu jam 14.00 di Markas Sehat dengan Dr. Arum.

Hari kamis, cek darah untuk PTT (Protrombin Time ) dan aPTT (Partial Tromboplastin Time = waktu pembekuan darah) yaitu untuk cek laju pembekuan darah, disini dimulainya kepanikan. Ternyata sulit sekali menemukan nadi pada tangan Fadhl, berulang ulang dan hal ini cukup membuat dia kesakitan dan takut. Aku hanya berharap dia tidak trauma, dan penjelasan mengenai konsep sakit akan aku ulangi lagi dan lagi sehingga dia siap secara mental untuk di khitan.

Oh ya, satu lagi yang sellau menjadi pertanyaan, mengapa aku memutuskan untuk menggunakan metoda sirkumsisi secara konvensional, mengingat saat ini sudah begitu banyak metoda yang 'katanya' lebih tidak menyakitkan. Apapun itu, aku sudah mempertimbangkan kelemahan dan kebaikannya, dan kami merasa bahwa metoda konvensional tetap menjadi pilihan kami dengan resiko yang sudah kami pahami.  Secara singkatnya, metoda cauter tdk kami ambil, karena resiko terbakarnya jaringan dalam yang sulit untuk dipantau, disamping itu, pembengkakan pasca cauter seperti nya lebih menyeramkan, dan yang jelas, aku ga kuat nyium bau kebakar dari pisau cauter itu .. hehehe.
Metoda Smartklamp tdk aku ambil karena aku tidak bisa memprediksi apakah ring atau klamp nya sesuai dengan ukuran penis anakku. Ya pada kesimpulannya , kami merasa bahwa metoda konvensional tetap menjadi pilihan kami. Untuk metoda sirkumsisi pernah di bahas oleh Dr. Ian di SINI .

Semua beres, hari Kamis sore, hasil Lab sudah ada,  nilai PTT Fadhl di bawah standar, namun aPTT normal. Setelah konfirmasi dengan dokter cantik, kesimpulannya tidak mengapa nilai PTT di bawah standar, krn artinya darahnya membeku lebih cepat , yang berbahaya jika nilai PTT nya diatas standar/normal, yang artinya pembekuan darahnya lebih lama. Konfirmasi ke dr. Apin dan dr.Arum, akhirnya ACC untuk sirkumsisi Sabtu. Fiuhhhh tinggal menyiapkan mental aku dan sedikit diskusi dengan fadhl mengenai apa yang akan terjadi pada dirinya.

Sebetulnya keinginan khitan ini pun sudah ada dari diri Fadhl sejak lama, kami sudah menjelaskan mengapa seorang lelaki wajib di khitan, dari sisi agama dan kesehatan, dia setuju untuk dikhitan dengan sedikit campur tangan kakak2nya yang sudah menjalaninya. Yang sibuk memang Ghi dan Ican, saling manas-manasi dengan bilang bahwa kalau di sunat akan punya hadiah banyak, nanti bentuknya akan bagus, daya pancar saat BAK akan keren.. (haddoohhh pembicaraan laki2 lah). Entah dia mengerti atau tidak, tapi yang jelas dia memang sudah ingin di khitan. Ya sudahlah,makin cepat makin baik, karena itu kami tidak berusaha menutupi bahwa proses khitan akan melibatkan suntikan, gunting dan akan ada darah di penis nya. Skali lagi, iming2 mainan membuatnya tidak mempedulikan itu semua, padahal aku sendiri tidak pernah menjanjikan sesuatu, tapi ya sudahlah....

Persiapan untuk khitan sebetulnya tidak ada sama sekali, kecuali tiap malam aku pandangi wajahnya, dan berkata, you're gonna be a man ...

bersambung.... 
ngelayanin juragan sunat dulu yak






Wednesday, June 8, 2011

[Lomba Menulis Kisah Kemanusiaan] Sedikit Rasa Untuk Bibi

Dikala seseorang terlibat secara emosional terhadap suatu kondisi yang tidak pada tempatnya, maka semangat juang dan bangkit akan begitu mudah terkuak. Begitulah yang kami rasa saat itu, kecewa yang tidak mungkin pula untuk ditutupi, kesedihan yang hanya bisa mengurai air mata, namun dibalik itu, ada semangat untuk menebar cinta walau hanya lewat kata dan sedikit dana. Namun yang sedikit itu memiliki makna, bahwa masih ada rasa peduli dan kasih untuk sesama.

Kisah Februari 2009 yang pernah aku tuang disini, dimulai saat Bibi menuangkan airmata kepedihannya atas sakit yang diderita oleh putranya. Apalah yang aku bisa, selain doa, pelukan dan sedikit dana untuk menutup biaya. Aku sadar apa yang aku beri akan sangat tidak membantunya, namun ketika pemberian memiliki nilai kasih, aku hanya berharap setidaknya ada semangat untuk berjuang dan bangkit dari kesedihan yang tidak mungkin membangunkan. 

Kesulitan demi kesulitan yang diterima Bibi, perlakuan Rumah Sakit yang mengesampingkan kebutuhan perawatan ketimbang administrasi, dilemparnya sang anak dari satu RS ke RS lainnya dengan alasan yang mengada-ada, sampai dengan cobaan dalam pemrosesan Surat Keterangan tidak mampu