Friday, November 26, 2010

Menjadi orang terakhir

Dunia... tidak lepas dari intrik, serba serbi, saling menutupi, mengimbangi, mengisi , bahkan membohongi.  Kebohongan, apapun alasannya, tetap merupakan kebohongan, disaat ujung kisahnya, kebohongan menjadi suatu yang menyakitkan untuk diterima, dengan akal sehat ataupun akal gila.

Dunia kerja ... liku-liku, jilat menjilat, siapa mendukung siapa, siapa bekerja untuk apa, apa menutupi siapa, bagaimana menjadikan siapa menjadi apa, mengapa terjadi apa , dan semua pertanyaan yang semestinya bisa berjalan mulus sesuai ideal nya, namun tak jarang dan seringkali hanya merupakan suatu skenario yang membuat muak .

Jadi seorang yang idealis, harusnya bisa, namun apa daya, simpan saja idealisme  itu dalam kantong terdalam kecuali  mau nahan lapar dan siap mentok di posisi yang ada. Ini tentu untuk kondisi  sebagai pegawai yang terikat dengan perusahaan tentunya,lain hal nya jika sudah lepas dan berbuat semaunya.

Aku ga mau bahas masalah betapa bahagianya aku bisa lepas dari ikatan dinas, walau tujuan utama bukan menjunjung idealisme, tapi keterikatan yang semakin mencekik dan membuat tidur ga karuan, badan lebar karena stress dan selalu kaget tiap terima HP dari boss. Kali ini aku mau membahas betapa pedihnya menjadi orang yang terakhir mengetahui kebusukan dalam satu instansi karena mereka semua sadar bahwa orang itu adalah orang yang lurus dan tidak bermain dalam kebusukan.

Sebut saja Paijo, karyawan yang berusaha bersih dari segala KKN, menjalankan semua bentuk pekerjaannya dengan lurus-lurus saja, tidak pernah korupsi waktu , menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan ketentuan. Menegur apa yang dirasa menyimpang, membenahi apa yang dirasa tidak patut dilakukan, menghapus kebiasaan yang sudah mendarah daging dlam suatu usaha, yaitu 'nyogok'

"gila apa kamu jo, jaman sekarang ga nyogok, gimana mau cari proyek? "
"mau lancar usaha tanpa nyogok ? kelaut aje..."
"kita kan ga dosa, wong mereka sendiri yang sudah menetapkan , kita ya menjalani saja supaya lancar"
dan bermacam-macam kebiasaan buruk harus dihadapi dengan kelurusan yang terus di pegang oleh Paijo.

"Terserah bapak,  saya akan tunjukkan bahwa saya bisa cari proyek untuk perusahaan ini tanpa harus melaksanakan nyogok"  dengan berani Paijo menjaminkan idealisme nya ke boss nya.

Paijo memang karyawan pintar, berhasil lah dia menjalankan tugasnya, mendapat proyek tanpa harus keluar biaya entertaintment yang tidak wajar. Dia hanya menjual kepercayaan, kejujuran, pengabdian dan kepolosan. Perusahaan tetap jalan tanpa kebiasaan buruk itu.

Paijo tetap menjadi karyawan yang mengabdi dan menjalankan tugasnya walau dengan gaji diluar batas kewajaran seorang wakil direktur.  Dia menerima hanya sekian ratus ribu dari suksesnya seminar yang dirancang oleh nya, dia bersyukur dan tidak mengeluh,  Bonus stengah gaji pun dia ikhlas dan tersenyum dengan harapan mudah2an tahun depan gajinya bisa naik dan bisa layak untuk diberikan kepada keluarga. Paijo berjalan dengan idealismenya.

Hingga suatu waktu, masalah demi masalah berdatangan...
"Paijo, selesaikan urusan somasi ini, saya tidak mau tau bagaimana caranya" tegas sang boss
"Pa, ini ada keluhan dari vendor, menanyakan masalah ini itu .." sekertaris menyerahkan berkas=berkas masalah
"Pa, klien ini mengurungkan niatnya kerjasama dengan kita"

dan lagi.. lagi... lagi... masalah berdatangan , yang sama sekali bukan dikarenakan olehnya bahkan diketahui olehnya.

Si Polos Paijo mulai curiga, mereka apa yang terjadi, membaca tiap situasi , dan verifikasi kesegala kondisi. Satu persatu fakta terungkap, kepercayaannya memudar untuk semua orang, kecuali sekertarisnya yang selama ini mengerti akan dirinya.  Dirinya semakin gelisah, semakin risau.. di kesehariannya penuh dengan tekanan dan hidupnya semakin resah..

Paijo menyerah ... begitu sulit meluruskan besi baja yang bengkok, perjuagannya hanya kesia-siaan , tanpa dukungan dan penghargaan. Surat resign sudah siap dilayangkan.... namun kembali boss dapat meraih rasa iba-nya, kembali berjuang membangun kepercayaan vendor dan klien .. perlahan...

Dan dihari itu ....
"Ris.. nih ya jatahlu, lumayankan, cukuplah 5 juta buat lunasin hutang motorlu "
"Alhamdulillah , kapan  nih bapak C ngirim lagi,  asyik juga nih kalo gini tiap bulan, gaji kecil mah gapapa dah, asal selingannya segede gini"
"Sabar lah, tar kalo boss dah berhasil ngeluarin cek dari pa Paijo, dan bisnisnya goal, kita cepet juga dapat cipratannya. Makanya, elu gimana kek bujuk pa Paijo supaya ngeluarin duit sogokan itu"
"Nah itu dia masalahnya, pa Paijo kayaknya dah curiga, kemarin sih aku bilangnya uang ini untuk uang jaminan pekerjaan di proyek X, key person di PT X udah aku calling supaya cingcai dan klop kalo ditanya, mudah2an pa Paijo percaya dan uangnya keluar"
"syukurlah..  Boss kan bilang, kalo proyek ini lancar, kita bakal dapat sisa 5 juta lagi masing-masing... hehehe... semua dapet , kecuali pa Paijo, lagian lurus kok sendirian, diajak belok susah.... sok suci sih"
"Kasian juga loh pa Paijo , semua lewat dia, tapi dia sendiri yang ga tau dan ga dapat apa apa..mudah2an ga ketauan ah, aku ga enak banget kalo pa Paijo tahu"

Paijo, disudut ruang, tersentak, berbalik ke ruang kerja, mengambil selembar amplop , dan menuju ruang besar si Boss...
Tanpa kata, tanpa rasa ... diletakkan surat pengunduran diri-nya dan berlalulah dia dengan kepedihan hatinya...

---oooo000oooo---



Paijo.. oh Paijo...
Mau lurus aja harus sakit dulu
Jadi orang bodoh di tengah orang pintar
atau
hanya jadi orang pintar di lautan orang bodoh

Siapa bodoh
Siapa pintar
Siapa kalah
Siapa menang

Lepaskan saja Paijo...
Biarkan perut mereka gemuk dengan keserakahan
Bukan kamunya yang bego
Tapi kalo mau pinter ya kamunya kudu beneran pinter
Nyetir dan bukan disetir..

Ya udahlah Paijo...
Keluar dan bebas dengan maunya kamu
Nyari gaji sendiri walau kudu lepas gengsi
Tapi satu yang pasti
Kaga ada yang bikin sakit hati ..


=====
Note : Sedang teringat kisah kawan dengan ke idealisme-an nya..  sebagai semangat diri ..


40 comments:

  1. gak enaknya kerja terikat ya kek gt ya mbk :D

    ReplyDelete
  2. topiknya sama ya kita.. oh idealis..
    paijo itu mbakeva nih..

    ReplyDelete
  3. @ mba titin : bukan akulah... Aku kan hubungan dg institusi besar, aku lbh kepada stress krn tekanan boss buat ngelulusin pinjaman calon kreditur yg ga layak...

    ReplyDelete
  4. @ ivone : yup, dr perush kecil smp perush besar ... Tiap usaha kudu KKN.. Mo bebas ya bikin usaha sendiri yg lurus

    ReplyDelete
  5. sedih dengan usaha kog malah ga dapat proyek.. jadi inget temenku juga nih mbak..

    ReplyDelete
  6. @ maya : wah papa jg gitu ya... Kluar juga kah

    ReplyDelete
  7. @ ihwan : masih berjuang menjadi orang bebas ...

    ReplyDelete
  8. hiks, aku ga suka kerja kerna ga tahan sama intrik
    sempat kerja di 3 tempat, cuma tahan beberapa bulan saja, intriknya ga kuat

    ReplyDelete
  9. bapak sy banget-nget-nget paijo itu mbk.....

    ReplyDelete
  10. Makanya Mbak, aku memutuskan mundur dari dunia kerja kantoran, krn alasan yg sama dengan Paijo.
    Aku bahagia menjadi penulis, menjadi fasilitator berbagai training, meski pendapatan bulananku kadang-kadang nol sama sekali dan harus bertahan dengan tabungan yang ada, aku BAHAGIA :-)

    Sehat dan bahagia karena bisa hidup berdasar mimpi-mimpi yang dijaga agar tetap lurus dan indah, mencintai proses dan hasilnya, sepenuh jiwa. Sungguh luar biasa nikmatnya :-)

    Thanks for this inspiring writing, Mbak baik :-)
    *peluk sayang*

    ReplyDelete
  11. salut sama orang seperti Pak Paijo, sayang orang seperti dia ga banyak. Intrik, paling malas dech ngadepin yg namanya intrik lebih baik menjauh dan cari yg lebih "bersih" dan ga menimbulkan conflict batin.

    ReplyDelete
  12. @ mba Mia : iya mba, aku jg ga kuat ama intrik2nya ini, peruh besar atau kecil sama saja.... Ngamen aja yg amann,,,

    ReplyDelete
  13. Salut ama orang kayak pak paijo... Mdh2an diluar sana rejekinya lebih lancar & berkah..

    ReplyDelete
  14. ho'o..
    adakah kata lain untuk miris ini..:(

    ReplyDelete
  15. Duuh Paijo..salut tapi nya untuk paijo
    smoga di luar msh banyak pekerjaan yg sesuai dng hati nuraninya

    ReplyDelete
  16. To pak Paijo : I have been there, done that.
    Enak bebas lepas, now bisa hidup nyaman tanpa gitu2an, diatas kaki sendiri, kuat karena kebersamaan

    ReplyDelete
  17. Miris..kebayang pedihnya hati Pak Paijo. Emang enak jd orang bebas, gak terikat dengan intrik2 yg bikin pedih.

    ReplyDelete
  18. memegang teguh idealisme no KKN harusnya bisa dilakukan walau kita ttp terikat pekerjaan, tp membenahi mental ornag2 yg terbiasa KKN ternyata lbh sulit. Masalah perut sll jd alasan utk membenarkan segala cara...

    ReplyDelete
  19. Jadi orang baik memang banyak ujiannya, mba... Yg penting, tetap semangat :)

    ReplyDelete
  20. Aku pernah di lingkaran itu dan udah keluar dari sana 12 tahun silam. Dendam membatu sebab ditidakadilkan lingkungan dulu, mengembara jadi orang bebas, dan berusaha hidup tanpa dendam.

    Ada yang pernah bilang, kalo nggak suka dengan sistem yang ada, lawan dan adakan perubahan. Kalo nggak mampu, keluar dari sistem itu karena memang kemampuan kita terbatas untuk melakukan perubahan sendirian...

    ReplyDelete
  21. tidak bisa memaksakan perubahan sistem , krn ga jarang teman seperjuangan pun msh tak punya nyali utk merubah sistem...
    Ya bisa nyalahin mereka juga.. mrk msh butuh dg gaji tetap, dan berusaha mencari pembenaran dari cara2 mereka menjalankan pekerjaannya...

    ReplyDelete
  22. Iya betul mbak....
    karena itu saiyah pun memutuskan untuk keluar dari sistem 2 tahun lalu :)

    ReplyDelete
  23. sbtlnya ga masalah dg sistem ya, masalah kebanyakan berada pada yang menjalani sistem itu sendiri , dan merubah orang / kebiasaan itu yang susyahhh...

    ReplyDelete
  24. mmg ga bagus hidup dlm dendam, tp menghilangkan kepedihan krn sakit hati itu memang butuh waktu ..

    ReplyDelete
  25. sipp.. kalo ga semangat, ga bisa nyari makan dong :D

    ReplyDelete
  26. bertahan jg bisa sih, asal kuat.. nah ini butuh mental yang kuat.

    ReplyDelete
  27. merenung gitu Bun, gimana Indonesia ini mau maju yaaa ....

    orang2 idealisme malah dianggap sebelah mata.

    ReplyDelete
  28. Teringat masa di dalam sistem, memang serba nyaman, dinas nginap di hotel bintang lima, uang dinas yang menggiurkan, penghormatan dari sana-sini ... Semua itu memang mampu menyihir hati nurani.

    Sekarang menikmati gembiranya hati nurani yang bebassss ;)

    ReplyDelete
  29. pfuiiihh kl ngmongin idealisme di tmp yg ada dinas2nya itu pegeeeel yah mbak eve

    ReplyDelete
  30. yups... makanya suka jd bahan ledekan, mau idealis? ke laut ajeh

    ReplyDelete
  31. yups, nyaman dan tidak nyaman ada di diri kita sendiri :)

    ReplyDelete
  32. bisa berjalan bersamaan seharusnya kok

    ReplyDelete