Monday, April 30, 2012

(Mungkin) Aku terlalu keras padanya

Tidak semua keinginan dan harapan mu harus terlaksana dan sesuai dengan maumu , Semua keadaan tidak dapat dikondisikan dengan kesempurnaan. Harapan tinggimu belum tentu dapat dilaksanakan atau dilakukan oleh orang yang kamu harapkan. Dan intinya adalah jangan memaksakan apa yang hendak kamu lakukan .


Standar kami  dalam mendidik anak2 mungkin bisa dibilang terlalu keras, tidak jarang saya berbenturan pendapat dengan orang terdekat, namun kami selalu menyadari bahwa, tongkat perbekalan ada pada kami, sehingga semua keputusan terbaik adalah menjadi hak kami. Tenang... telinga kami masih selalu terbuka unutk menerima urun pengalaman dari siapapun...

Kemandirian adalah hal utama yang ingin kami terapkan pada anak-anak, semenjak kecil sudah kami harapkan mereka bisa untuk mengurus diri sendiri. Ritme keseharian yang disesuaikan dengan kami , orangtuanya, semenjak bangun hingga tidur kembali. Bangun, shalat, mandi, berpakaian, sarapan, menyiapkan perlengkapan sekolah, belajar, menyiapkan kebutuhan, dan semua sudah nyaris mereka lakukan sendiri. Ada beberapa hal yang tentu saja membutuhkan bantuan, itu lebih kepada keterbatasan mereka sebagai anak2. 

Hal itu sungguh2 membantu saya yang hidup tanpa asisten rumah tangga, dengan 4 orang anak. Karena bila mereka masih sangat bergantung dengan kami, maka hancurlah badan saya untuk melakukan semua itu. 

Namun, hari ini ada satu hal yang harus saya sadari, bahwa mereka masih anak2, saya tidak bisa memaksakan kehendak saya demi kesempurnaan dan kemudahan saya. Mereka masih berhak merengek dan menangis untuk sesuatu yang tidak sesuai dengan kehendak mereka, atau mereka masih butuh waktu untuk sedikit manja dan keluar dari jalur rutinitas. Ya, maafkan bunda karena itu, yang selalu terlambat untuk memahami bahwa kalian masih kecil untuk paham dan masuk dalam keberatan bunda. 

Dan mungkin ini bukan hanya dalam dunia kepengurusan anak2, terkadang aku lupa, bahwa nasehat yang aku berikan dengan tulus dan cinta belum tentu akan dapat diterima dengan lapang dada, niat kebaikan untuk menciptakan kemandirian belum tentu dapat langsung terlaksana. Karena tiap individu adalah berbeda, mereka bukan dirimu, jangan memaksa untuk menerima apa yang kau beri, cukuplah dengan sedikit empati. Ya, aku harus lebih menahan diri kini.

-----

Fadhl : Bunda, makananku dari bekal sekolah belum aku habiskan

Ibu : Kenapa tidak dihabiskan nak, ini kan pilihan ade untuk makanannya

F : iya bu, tapi tadi ade sudah kenyang 

ibu : baiklah, sekarang habiskan sesuai dengan janji ade

F : Tapi nasinya sudah dingin, ade tidak mau makan yang dingin

Ibu : No, ibu tidak mau memanaskan lagi, makan, atau tidak sama sekali.

fiuuhh betapa hari yang kacau semenjak pagi, merusak kesabaran ku hanya untuk hal sepele. Lalu aku keluar dari kamar setelah menenangkan diri. Terlihat bocah cilikku sedang duduk di karpet dan memakan bekal makan siangnya, perlahan ..... 
dan aku menangis.....
Maafkan bunda ya sayang.... 



30 comments:

  1. Mbak... Ikutan menitik jg.. Subhanallah ya tuk jadi Bunda... Harus selalu bisa sabar.. Smg kelak ketika dititipi amanah, uniq pun bisa jadi Bunda yg sabar menghadapi anak2.. Aamiin

    ReplyDelete
  2. moga Mbak selalu diberi kesabaran dalam mengasuh anak-anaknya n diberi kemudahan juga, aamiin.

    ReplyDelete
  3. mbak...aku ikutan nangis
    ingat kemaren menghukum Prema,
    gak boleh minum susu klo makan siangnya belum abis :-(

    ReplyDelete
  4. saya ternyata masih jauh dari rasa sabar.... sama2 mendoakan ya niq

    ReplyDelete
  5. amiin.... beginilah liku2 kehidupan rumah tangga ..

    ReplyDelete
  6. suatu ketika kita perlu tegas.. meskipun kita bersedih karenanya.. sering banyak teman bersedih karena memasuki masa sapih. tapi itulah yang harus terjadi :(

    ReplyDelete
  7. kalo kata kakak juga gitu mba..ketegasan itu memang diperlukan kok..

    ReplyDelete
  8. ya gitu deh, kadang pengen tegas, abis gitu nyesel.. akhir2 ini aku emang ngerasa lagi kelewat tegas, anak2 selalu kena hukum bahkan untuk suatu yang sederhana.
    aku hny diingatkan tadi oleh suami, spy sdikit melonggarkan, stidaknya saat menolak jangan dengan nada membentak. aku masih berusaha untuk lebih lembut pada mereka

    ReplyDelete
  9. iya, emang ketegasan perlu, tapi saya sendiri menyadari , akhir2 ini terlalu keras kpd anak2. harusnya diantara ketegasan itu, nada yang keluar adalah nada ketegasan dan bukan nada kemarahan, nah ini yang saya harus rubah. hilks

    ReplyDelete
  10. iya sih, maksudnya tegas, tp sadar banget akhir2 ini tegasnya kelewatan. yah belajar lagi buat lebih meluweskan ketegasan itu

    ReplyDelete
  11. iya, biar mereka lebih mandiri.. hanya saja ketegasan ini mungkin hrs lebih diluweskan sedikit hingga mereka msh bisa merasakan bahwa mereka msh kanak2

    ReplyDelete
  12. Kena, td jg aku habis menarik tangan abiyyu dg wajah marah,karena memainkan keyboard dari dudukan rel meja komputer,.. dia nangis,lalu aku peluk sambil minta maaf, eh dg keterbatasan kalimat, dia bilang, 'ga boyeh ya,nti jatuh.. tanan atit'..dia yg menalar sendiri,kenapa aku gak menjelaskan alasan larangan itu?gagal jd emak baik rasanya :-(

    ReplyDelete
  13. Fadhl, sepantar ama Ibrahim ya mbak?

    ReplyDelete
  14. itu namanya tegas mbak.. ngajarin anak juga..
    ku sih pasti ga tega sama ponakan.. tapi emak dan bapak mereka super tegas..

    ReplyDelete
  15. Samaaa, akupun masih belajar mendidik anak dan mendidik diri sendiri. Mungkin tarik ulur aja mba Eva, kalau dirasa sedang terlalu "kenceng". Semoga pada akhirnya hasil ketegasan berbuah manis :D

    ReplyDelete
  16. mb Eva siy tegas tapi tidak galak, hatinya lembut, top :)

    ReplyDelete
  17. ikutan mewek :(

    kadang aku keras sama anak2 soal makanan meski terkadang setelahnya menyesal.
    mungkin krn kehidupan kita dulu gak semudah skrg ya, mbak... saat ini yg mereka perlukan tersaji dgn manis, banyak pilihan pula. Dulu boro2 kita bisa memilih, nikmati apa yg tersedia, klo gak ada ya 'emut jari'. Jadi rada gemes sama anak2 skrg wong tinggal 'nikmati' saja koq payah.

    ReplyDelete
  18. Mbak Eva yg berhati lembut, insya Allah perjuangan mbak Eva u tegas sukses mendidik anak anak yg mandiri ya..Amin.

    ReplyDelete
  19. Mbak eva, I did the same thing untuk hal kayak gitu. Jgn nangis dong.. Kan ngajarin dia sm pilihannya :D

    ReplyDelete
  20. Gpp Mbak Eva, sekarang mungkin kita merasa terlalu keras. Tapi nanti akan terasa manfaatnya ketika mereka sudah dewasa. Mereka akan lebih kuat dan tidak gampang lembek oleh kehidupan yg keras ini. Jadi jika waktunya harus tegas ya tegas saja...

    ReplyDelete
  21. hiks..jd ikut sedih...:'(. Belakangan ini aku jg lg sering menghukum Raihan. Mgkn memang usianya ya dia lg suka membantah. Kadang rasanya aku ngerasa 'ketegasanku' berlebihan. Akhirnya nyesell udah bikin hatinya terluka..hiks...:'(

    ReplyDelete
  22. Kalau saya kan mba eva, ketika merasa terlalu keras, biasanya ada penyesalan yg muncul di dalam hati, selanjutnya saya akan lebih mentolerir kalau memang alasannya masuk akal,dan saya suka bermuhasabah jk merasa bersalah saya cukup memohon ampunan dan petunjuk اَللّهَ agar bisa bersikap lebih bijaksana....., hiks dulu kepada dua anak pertama sy terlalu keras, dan akhirnya kpd dua anak terakhir sy berupaya lebih memahami keluguan dan kepolosan mereka....walau pun demikian tetap ada saat yg tepat utk juga bersikap tegas, so don't be sad again yah mba ku sayang......

    ReplyDelete
  23. Dilema ortu :)
    Gpp koq mba, itu perlu. Btw, kl ngerasa nadanya marah bukan teges, mungkin krn lagi kecapekan aja. Sesekali butuh me time?

    ReplyDelete
  24. teh makasih sharenya ya..aku ama Icha kadang juga gitu..:)

    ReplyDelete
  25. iya..kadang qt kalo lg capek, suka memberikan reaksi berlebihan, yg kemudian bikin qt menyesal setelahnya.. Hiks.. *mewek membayangkan anak2..

    ReplyDelete