Bila ditanyakan apakah lelah menjadi seorang perempuan tanpa asisten sama sekali dengan anak yang lumayan banyak, maka dengan cepat saya akan berkata, sangat lelah.
Bila ditanyakan apakah bosan menjalani kehidupan yang sangat terbatas oleh ruang bernama rumah dan ketidakbisaan bebas seperti saat dulu masih bekerja, maka saya akan berkata dengan sedikit berpikir, yaaaa mungkin sedikit bosan.
Bila ditanyakan apakah menyesal dengan segala keputusan, meninggalkan pekerjaan, yang berarti meninggalkan begitu banyak nikmat dunia (walau tetap berkonsekwensi) untuk menjadi hanya sebagai perempuan rumahan yang benar-benar mengandalkan suami sebagai pencari nafkah, maka dengan sangat tegas saya berkata tidak pernah ada rasa sesal.
Terkadang terucap oleh keluarga besar tatkala melihat saya sedang berjibaku dengan setumpuk yaaa kadang beberapa tumpuk pakaian kotor dan disisi lain ruang, bertumpuk-tumpuk pula pakaian bersih yang harus dirapikan ...
Kemana pendidikan yang kamu pelajari sejak kecil jika hanya berakhir di ruang cuci setrika..
Kemana semua argumen yang biasa kamu kuasai dalam berdebat jika hanya berakhir di dalam rumah,
Kemana semua sifat dirimu yang biasa bersenang-senang jika hanya akan kamu habiskan dalam kesendirian ...
Apa iya saya merasa tersia-sia ? Apa iya saya merasa terkukung dan tidak bahagia ?
Maka jawabnya adalah tidak, saya baik baik saja ..
Tidak saya pungkiri bahwa saat awal perubahan itu saya agak sedih dengan apa yang terjadi, perubahan perekonomian secara drastis, perubahan pola hidup yang harus diatur sedemikian rupa, pengertian tiada henti kepada anak-anak tentang kondisi kami, semua itu sedikit banyak menjatuhkan air mata di saat-saat kelemahan saya.
Namun waktu berlalu, kekuatan datang dari berbagai jalan, sahabat yang begitu pengertian baik dari dunia maya ataupun nyata, teman-teman senasib yang sedang berjuang atas nama keyakinan dan ketakwaan, dan tak lupa dari mata yang terbuka dengan melihat sekitar, kenyataan bahwa masih begitu banyak yang memiliki masalah lebih dari apa yang saya alami.
Dan tatkala kisah-kisah perjuangan menggulirkan air mata kekaguman, saya bangkit dan menata senyum untuk keluarga, untuk mereka yang kepadanya saya serahkan cinta karena Allah, karena saya yakin, semua kekuatan itu berasal dari kepasrahan dan cinta kepada NYA.
Dan kini,
setiap air yang terperas adalah tetesan syukur kepada Nya
setiap alunan tangan di atas pakaian itu adalah ucapan dzikir padaNya
Mensugesti diri bahwa ada pahala di akhir sana
menyakini diri bahwa ada keridhaanNya atas segalanya
Menyemangati diri bahwa ada syurga yang menanti disana
Sabar... hanya sabar yang kami punya, karena tiada ada yang bisa menguatkan diri yang lemah ini selain cintaNya.
Beberapa waktu lalu , di salah satu group FB (sunni homeschooling), ada seorang ummahat yang bertanya tentang pembagian waktu sebagai ibu RT tanpa asisten, apakah bisa mengatur itu semua plus anak yang HS. Lalu saya berpikir, sejujurnya semua bisa dilaksanakan dengan baik, hanya terkadang kemalasan dan sedikit kelelahan fisik yang membuat kita lengah dan jenuh . Yaaa memang bila ada yang membantu mungkin kita bisa sedikit menghemat tenaga, tapi bilapun tidak memungkinkan, semua bisa berjalan baik-baik saja kok.
Ritme keseharian sudah dikuasai, pagi menyiapkan anak-anak sekolah, membuat sarapan dan bekal mereka, di waktu bersamaan merendam pakaian dan memutar mesin cuci. Anak-anak berangkat, mulai konsentrasi pada cucian hingga selesai, diselingi dengan mencuci piring dan menyapu + mengepel lantai. Biasanya jam 9 smua sudah selesai, instruksi supaya fadhl mandi dan menyiapkan diri untuk belajar dan bermain. Dilanjut dengan shalat dhuha dan sedikit membaca buku agama. Selesai sudah tugas sementara..
Acara santai, mulai bermain dengan fadhl dan mengajarkan sedikit banyak hal, mulai membuka HP dan sedikit bersosialisasi, dan tak jarang kami bermain komputer atau menyaksikan disney jr atau acara apapun seraya bermain.
siang, satu persatu ananda pulang , kami mecoba untuk tidur siang, kalaupun tidak, bermain komputer atau apapun kegiatan lainnya , oh ya acara menyetrika bila tidak dilanda kemalasan.
Sore hari mulai sibuk kembali dengan menyiapkan makan malam dan menyiapkan anak-anak untuk mandi . Beres sudah.... tidak begitu sibuk bukan...
Ya, ternyata setelah dijalani, semua bisa berlangsung baik-baik saja, memang harus berkorban tenaga, tapi selama dijalani dengan santai, maka semua bisa terlewati dengan baik.
Kalau masalah bosan, ya kita yang atur diri kita sendiri, terkadang berjalan berdua fadhl (dg ijin suami tentu saja) walau sekedar keliling naik angkot atau sedikit makan di tempat yang memiliki playground. Melihat sekitar, menertawakan tingkah laku fadhl, bersyukur atas nikmat yang masih bisa didapat. Lalu semua tenang... dan kami kembali ke rumah, dengan suasana baru, dan tentu saja semangat baru.
Mari terus semangat....
Ada amanah yang kita emban
Ada pertanggung jawaban yang harus kita susun
Tawakal, sabar dan yakin
Allah selalu bersama umatNya ...
bogor, oktober 2011
Ummu Ghifari
duh ummu...... saya sangat tersentuh
ReplyDeletetulisan yg sangat bagus....
trimakasih ya atas kunjungannya, hanya sedikit tulisan dari dalam diri..
ReplyDeleteBetul mbak..
ReplyDeleteWalaupun nia resign dr perusahaan bergaji cukup besar dan memilih freelance yg kerjanya lbh gila, ga ada sedikitpun rasa sesal krn jd punya waktu lbh banyak dengan keluarga di waktu luang
Walau sesuai jurnal nia, kangen kadang2 dgn teman2 kantor dulu..
Insyaallah pilihan yang dijalani yang terbaik..
Wow Tfs :-)
ReplyDeleteNice, izin copas di fb ya :D
ReplyDeletekangen, wajar lah ni, makanya msh bersyukur punya hp and mp yang bs curhat ke teman2, kadang jg minta kumpul sekedar sarapan ama temen2 lama, ada sih sedikit sedih dan cemburu, tp berusaha di lupakan, krn ini adalah keputusan, dan biasanya kalo kumpul ama temen2 kantor dulu, malah mereka yang banyakan curhat... hihihi, nah disitu aku makin bersyukur ga nemuin intrik2 lagi
ReplyDeletehayuu kapan kita ngedate
pasti sepadan dengan hasilnya mba...
ReplyDeleteTFR juga... :)
ReplyDeleteTulisan yg menyuntik semangat, walau akupun tak ada secuilpun rasa sesal..hanya secara sosial agak terisolasi saja dr teman2 yg dulu sgt dekat,..mangkanya mencari katarsis di dunia socmed, walau ga sama,tp lumayan bisa menjadikan dunia lebih baik..semangat terus ya bu !
ReplyDeletesilahkan mas, bila memang dianggap bermanfaat :)
ReplyDelete*ga pede tingkat tinggi
insya Allah... kalau imbalannya syurga mah pengen bangeeettttt
ReplyDeletega masalah kok untuk kumpul2 dengan sahabat lama, aku sring jg gitu, tp yang ada malah denger curhatan mereka, hehehee
ReplyDeleteaminnn
ReplyDeleteBeruntung..kalau aku ceritanya lain,tp ya sudah..nikmati aja :-D
ReplyDeleteNge-date di rahat cafe aja yuk..
ReplyDeleteMakan yang ga terlalu berdosa hihihi :)
hihihi.... dinikmatinya sambil senyum dong ah, inget pahalanya syurga
ReplyDeleteyuks, eh rahat cafe skrg ada jg tuh di jalan lurusan pandu raya, yang arah ke arya widura. siip kalo dirimu dah senggang, bm eke yaaaa
ReplyDeleteKirain ada foto fadhl, Mbak. ;D
ReplyDeleteTetap semangat ya mbak Eva, di rumah juga ada yang seperti itu, 4 krucil yang luar biasa dan tanpa pembantu...
ReplyDeleteTulisan dari hati, kenanya ke hati juga kuk.
ReplyDeleteTulisan dari hati, kenanya ke hati juga kuk.
ReplyDeletebelum baca.. bacanya besok aja, setelah jaga.. :-p
ReplyDeleteikutan duunkkkk
ReplyDeletetapi aku ga ada bm, nya, xixixi
Jadi makin mantap.. Tfs mbak Eva...
ReplyDelete*peluuuukk* tahuu banget rasanya mba
ReplyDeleteTulisan yang penuh semangat dan menyemangati. Pilihan yang tidak sia-sia dan akan selalu disyukuri ya mbak :)
ReplyDeleteSuka dengan 5 baris kalimat terakhir. Jadi dapat pelajaran. Tfs mbak Eva.
hebaaaatttt
ReplyDeletega pernah ada yg salah jadi emak di rumah... apalagi dengan sebuah keyakinan bahwa surga Allah demikian luas. bukankah salah satu bukti meneladani rasulluLlah juga dengan mengikuti ketabahan beliau dan kesungguh2an beliau menjalani episode duka dan kesulitan..?
ReplyDeletepengalaman jd tkw, lmyn bs jd pembelajaran kelak ngurus rmh tgga :)
ReplyDeleteyang penting maju terus pantang mundur demi keluarga ya mbak.. selalu berjuang dan ga ada kata menyerah.. semoga melaluinya dengan indah apapun keadaannya..
ReplyDeletecemangat cemangattttt
ReplyDelete:) semangat.
ReplyDeleteNice, makasih mb eva. Moga suatu saat bisa seperti ini bismillah
ReplyDeleteMenjadi ibu RT pilihan berani
ReplyDeleteinsyaAllah mas, kalo udah dijalanin ya lumayan lah... ga bisa perfect utk melakukan semuanya, tp stidaknya rumah dalam kendali sendiri.
ReplyDeletesalam untuk ummu yazid
makasih lagi mas.... hehehe
ReplyDeleteUmmu sayang, adalah kebahagiaan ketika kita bisa mengabdi sepenuhnya kepada keluarga, untuk anak-anak yang kita cintai sepenuhnya. Selamat menjalani peran ibu yang penuh barokah, Allah mendampingi selamanya.
ReplyDeleteTulisannya sangat bagus dan menyentuh hati. Bravo ummu!
semangat mbak :)
ReplyDeleteSaya selalu ingat kata2 mbak Eva. "Sabar..pahalanya surga." Itu mak jleb banget Mbak.
ReplyDeleteKalo dijalani dengan ikhlas, apapun jadi nikmat ya Mbak.
ReplyDeleteSalam kenal mbak.Tulisan yg bagus serasa membaca pengalaman saya sendiri walopun sy nggak sehebat mbak eva. Sy invite friend ya mbak. Makasih.
ReplyDeletethanks for sharing mba, kbtln sy jg ga ada asisten, walo anak baru satu tp sering ngrasa down, jd malu sm mba eva hehehh
ReplyDeleteKalok mbak eva sih kadar ikhlasnya aku percaya hihihihi...
ReplyDeleteMaap sering ku ganggu dgn bbm2 gak penting yaaa...
jadi lebih punya banyak saktu buat anak-anak ya?
ReplyDeleteiya mba, malah skrg aku yg slalu deg2an nunggu mereka pulang sekolah..hehehe
ReplyDeletetenang aje cynnn... kan aku jg sering curcol2an, sama ajelah....
ReplyDeletekapan2kencan lg yuk
semuabutuh proses, saya jg lama untuk akhirnya bisa menyadaribahwa apa yg saya lakukan akan berbuah manis diakhir.cape ya wajar saja, istieahat untuk kemudian kembali beraktifitas bersama anak2.
ReplyDeletesaya jg msh suka ngambek or marah2 kok keanak2, manusiawi tohh
semangat yaaaa
salamkenal juga mba, trimakasih sudah berkenan mampir dan baca.
ReplyDeletemari saling menyemangati diri kita ya mba
insyaALlah wi ... ya kalo bete kan bisa curcol disana sini
ReplyDeleteitu juga yang sll bikin semangat aku sarah... gajinya surga,sapa yang ga mauuuu
ReplyDeletemari menjalani hari dengan semangat
ReplyDeleteterimakasih bunda... masih belajar untuk lebih sabar lagi terutama menghadapi anak2.. belajar banyak jg dari bunda . Trimakasih ya bun
ReplyDeleteah biasa aja kok nit .. lebih salut lg pada single mother yang harusberjuang doble utk keluarga
ReplyDeleteinsya Allah bisa, terutama bila dalam kondisi terpaksa , ya hrus dijalani dng sebaiknya dan ikhlas tentunya
ReplyDeleteslemat bertugas ya guh....
ReplyDeletemantap dong... mengabdi pada suami dan keluarga, berpahalasyurga...
ReplyDeleteiya may.... sedikit banyak aku jg belajar dr dirimu, ngurus kluarga sendiri
ReplyDeletealhamdulillah bila disuka...
ReplyDeleteinsyaAllah tiada yang sia-sia jikamenyangkut keluarga, berat pasti, tp kita semua yang mengatur, melihat perkembangan anak2 scara langsung adalah nikmat dunia yang begitui indah
hihihi jadimaluwww
ReplyDeletebetul ra ... smoga bisa terus ikhlas, sabar menjalani semuanya
ReplyDeletepengalaman dalam kehidupan adalah bekal yang baik dlm membina keluarga, ditambah keimanan,ketakwaan, kesabaran, insyaAllah semuaakan berjalan baik2
ReplyDeleteamiin... insya Allah...
ReplyDeletepastinyaa.... cemangat tiada akhir
ReplyDeletesipppp mami nathan juga terus semangat yaaaaa
ReplyDeleteSaluuut sm mb Eva. Smg kesabaran Mb Eva menular ke saya...
ReplyDeletemenjadi ibu RT justru berat lho. istri saya aja smp "kapok" hehe...
ReplyDeleteikut duunk...dah lama gak ke rahat ;)
ReplyDeletesekedar info, itu cabang ke 3 Rahat mba
ReplyDeletekalau ada yg ultah, bisa makan gratis lo, asal bawa copy ktp :)
Wah
ReplyDeleteDuh maaf mba, tadi error jg terkirim reply bbrp kali
ReplyDeleteSalute buat mba Eva
Aku jg mau klo pahalanya surga, tapi sekarang baru punya anak 1 paling gede, yg suka nemenin tidur hehehe.
Kakak saya juga ibu RT dengan anak 5 ( anaknya paling banyak di antara kk yg lain)
dan dia tidak di bantu ART, alhamdulillah berjalan lancar
dunk
ReplyDeletekali
ReplyDeletepahalanya
ReplyDeleteiih saya mah termasuk ga sabaran, msh suka ngomel2 juga kok, ga ketauan ajeh... hihihi
ReplyDeleteah masa kapok sih, enak lagi... banyak bengong, tinggal nadah duit dari suami..hihihi
ReplyDeletehayu atuh .... skrg kerja yang ikhlas, urus suami, hindari yang mesti dihindari, insyaAllah dpt pahala juga kan
ReplyDeletehayu atuhhh,,,, oh aku baru tau, kalo gitu kemaren ane kesono yee hiks lupaaa
ReplyDeletebismillah :)
ReplyDeletebaru belajar siapin sarapan aja, tp dia jd kesiangan berangkat :D
musti bangun lebih pagi nih
hihihi... nanti jg ritmenya dah kebaca kok, lancar jaya lahhh
ReplyDeleteluar biasaaa... Semangad terus yaa Vaaaa
ReplyDeleteTfs Va. Abis baca tulisan lo, jadi semangat lagi.. :-)
ReplyDeletemengharukan, semoga Allah kuatkan ya Eva *hugs*
ReplyDeleteamiin....
ReplyDeletepa kabar say... alhamdulillah jd semangat
ReplyDeletesiiiippppp
ReplyDeleteNggak semua wanita berpikiran sama kayak mbak Eva. kan udah jaman Emansisapi wanita.. hihihi..
ReplyDeletesemangat mbak! :)
Mbaakk aku sukaaaa banget tulisan ini!!
ReplyDeleteMi favorito!
*peluk mb eva kenceng2*
Peluk mba Eva, hebat !
ReplyDeleteIya ya kalo bosan, ya memang ada, seperti bosan saat msh ngantor. Peluk lagiiiiii
yaaa tinggal memutuskan aja, nyari dunia apa yang lain
ReplyDeletepelukannya sambil makan mie aceh enak kali yeee... hihihi
ReplyDeletekalo bosen, tinggal ganti baju, kunci pintu, naek angkot, nongkrong deh ama fadhl kemana ajah... hehehe
ReplyDeletehiksss....... inilah yang belakangan aku dapet... meski itu dari ibuku sendiri yang sebenrnya ga setuju akan keputusanku u/ resign....
ReplyDeletesaluttt buatmu mbak. aku blm tentu bisa mengerjakan semua tanpa art. semangat yak..
ReplyDeleteneed time for them to understand .. sabar aja, toh yg menjalani adalah kita
ReplyDeletehmmm mungkin salah satunya bisa karena terpaksa.. smeangat !!!
ReplyDelete