Monday, June 13, 2011

[Fadhl] Menuntaskan kewajiban Khitan par 2 - Prosesi

Mumpung juragan lagi asyik nonton dan rada anteng, lanjut nulis ...

Persiapan mental sebetulnya berjalan apa adanya, dia hanya minta di yakinkan bahwa tidak ada sakit seperti saat pengambilan darah kemarin. Yaaa aku sendiri ga brani berbohong, dengan pelan aku ceritakan kembali bahwa sirkumsisi yang akan di lakukan adalah pengambilan sedikit kulit di ujung penis yang saat ini masih tertutup dan kemungkinan menyimpan kuman disana. Pasti akan sakit, namun aku yakinkan bahwa seorang laki-laki harus mampu menahan sakit, mas ghi dan abang ican sudah menjalaninya, jadi semestinya fadhl tidak takut dan mundur dari niatan ini. Done... dia sepertinya mengerti, dan semua berjalan tenang.

Sabtu pagi 11 Juni 2011, kami berangkat ke Jakarta dan sebelumnya mampir untuk beli mainan ala kadarnya untuk mengalihkan perhatiannya saat di khitan. Yang sibuk itu kakak2nya, mas Ghi maksa Fadhl supaya beli gasing, bang ican ngerayu supaya beli mobil2an.. hayyyahh... dan untunglah fadhl tidak terpengaruh, dan dia sekali melihat tools seperti handy many, dia langsung ambil, dan tidak bisa ditunda lagi (hiks pdhal harganya lumayan mehel..... gpp lah).

Jam 12.30 berangkat dari kemanggisan (rumah mamah/neneknya fadhl) menuju markas Sehat di Komplek PWR Ragunan. Ga disangka, perhitungan waktu yang menurutku seharusnya cukup untuk tiba disana jam 2 siang, ternyata salah, Jakarta macet sekali yaaa... huhuhuu , kami baru tiba pukul 2.20, untunglah Dr. Arum baik hati  dan bersedia menunggu (pasien ga sopan nih). 

Wawancara awal tentang kesehatan Fadhl, hasil lab dan perkembangan Fadhl. Dr Arum pun masih ingat saat 3 th lalu mengkhitan Maisaan. hihihi ternyata sudah lama juga kami tidak berkunjung ke markas . Pemeriksaan tinggi dan BB, berhubung emaknya lagi sibuk diskusi ama dokter, sampai ga ngeh itu anak berapa ya BB nya ...hehehehe.. Scara fisik oke, dan lanjut dengan persiapan khitan.

Ruang praktek sudah disiapkan, kami skali lagi menjelaskan bahwa akan di suntik sedikit di penis, lalu akan di lakukan operasi kecil penyunatan, dan dia masih sibuk ama mainan di ruang tunggu, shingga cuma iya iya aja... hehehe

Masuk ruang, buka pakaian bawah, dan berdoa, Fadhl mulai tampak takut karena melihat suntikan, sepertinya dia masih trauma dengan proses ambil darah kemarin itu. Dan benar saja, saat suntikan anastesi masuk, dia kembali tegang, berteriak kesakitan dan heboh. Haduuhh emak mulai stress,  buka stok mainan dan berusaha mengalihkan perhatian dia. Ga mempan, masih teriak, kita ajak ngobrol terus, dan akhirnya diam .
Disitulah baru diketahui bahwa kulit fadhl terlalu tebal, dan sempit di bagian depan, mengingatkan bahwa mungkin ini penyebab selalu ada benjolan saat dia buang air kecil dan kemungkinan Silent ISK mengingat dia sering demam walau berakhir di hari ke 4-5.
Selama demam yang dulu2 kami tidak curiga ISK karena dia tidak sakit saat bak, namun aku terlewat memperhatikan batang penis nya yang membesar setiap dia bak *emak eror.
Jadi, keputusan kami untuk segera mengkhitankan fadhl adalah pilihan yang tepat dan melegakan diriku sendiri.

Terus terang memang aku selalu tidak berani membersihkan kulup / ujung penis anak sejak bayi, selalu dicoba,namun tidak pernah tega untuk membuka dan membersihkan sampai pangkal. Dan untuk Fadhl, beberapa kali aku coba, namun aku kesulitan karena lubang depannya yang terlampau kecil. Jadi ya sudahlah, aku pasrah dan berharap pada khitan ini.

Proses tidak berjalan mulis, karena Fadhl keburu histeris dengan anastesinya, sempat ragu apakah anastesi bekerja dengan baik, karena dia terus menerus teriak. Sempat opsi supaya anastesi diulang , namun dr.Arum meyakinkan bahwa sebetulnya anastesi sudah bekerja, namun anaknya saja yang terlampau histeris.. (aka lebayyyy). 
Disini aku mulai berperan, aku alihkan perhatiannya dengan mulai bercerita, aku keluarkan stok bahan cerita yang biasa kami lakukan, kisah tentang Riku si semut kecil. Aku sendiri kurang konsen karena pikiran bercabang antara melihat proses dan bercerita, namun aku putuskan untuk hanya konsentrasi ke cerita saja, dan memasrahkan proses seutuhnya kepada dokter. 
Fadhl mulai terbawa dalam cerita, walau sesekali dia masih sesegukan, tapi dia menanggapi setiap kalimat yang aku keluarkan. Tersenyum, tertawa, protes dan segala macam tanggapan atas ceritaku yang lama-lama mulai ngaco.Hingga kisah terputus dengan kehadiran dr.Apin yang memecah konsentrasi ceritaku untuk ikut berdiskusi dengn dr.Apin.
Disitu aku tahu ternyata sebetulnya ada pendarahan di posisi 12 (atas) sehingga ditambah jahitan di kanan kirinya. Total jahitan ada 6 , normal ada 3 , tp tidak mengapa yang penting semua beres. 
DI proses akhir itu Fadhl mulai  histeris lagi, mungkin karena imun nya sudah menghilang , di tambah aku yang mengalihkan perhatiannya. Saat aku kembali pada cerita tentang Riku, dia sudah tidak tertarik dan mulai kembali menangis. Pasrah sajalah, yang penting proses sudah selesai.

Keluar ruangan , ternyata sudah banyak pasien yang menunggu, terdengar tepukan dari pasien lain yang mendukung perjuangan fadhl. Setelah aku keluar dari ruangan, ternyata pasien2 itu adalah temen2 juga... (ada Ida mom Riffat n Riffan, Menik mom Haura dan zaydan, dewi, dan rita  ).

Dilanjut dengan diskusi pasca sirkumsisi, kesimpulannya proses berjalan baik, tinggal menunggu apakah ada pendarahan, yang ternyata Alhamdulillah tidak terjadi pendarahan. Dokterpun menjelaskan mengenai treatment pada bagian yang luka, usahakan selalu kering, juga dijelaskan kemungkinan infeksi yang disebabkan adanya kotoran atau bekas BAK yang tidak bersih. Aku hanya berharap, semoga semua akan berjalan baik2 saja seperti kakak2nya dulu.

Selesai ..... kami pulang dengan Fadhl yang sibuk dengan mainannya . 
Sekarang tinggal perawatan pasca khitan, semoga berjalan baik dan fadhl kooperatif..

bersambung lagi insya Allah 


[Fadhl] Menuntaskan kewajiban Khitan part 1

Nyempetin nulis singkat deh, sebelum kelupaan dan hilang momennya. 

Alhamdulillah, akhirnya kami telah selesai sekali lagi menunaikan tugas sebagai orangtua terhadap anak lelakinya, yaitu meng-khitan-kan si bontot Fadhl. Sebetulnya ini melenceng dari jadwal semula, biasanya kami mengkhitan anak-anak pada usia 3 tahun, namun entah mengapa kali ini aku nya sendiri yang timbul keraguan sehingga niat tersebut tertunda hingga 1 tahun. 

Aneh mungkin ya bagi kebanyakan orang melihat keputusan kami untuk mengkhitankan  lelaki kami pada usia dini, kami sendiri tidak memiliki tujuan lain selain memang ingin menuntaskan kewajiban kami, menjadikan anak kami bersih secara fisik dan tidak ada lagi keraguan bagi kami akan kesehatannya. Begitu sederhana kan, namun yang sederhana ini selalu menimbulkan pertanyaan, dan tak jarang justru memberi kesan pada kami bahwa kami adalah orangtua yang tega.

Jujur, beberapa kali tanggapan orang lain itu sempat jadi dasar keragu-raguanku, apakah aku sudah melanggar hak anak, apakah aku terlalu egois dengan membuatnya sakit, apakah tidak ada waktu lain hingga anak siap dan besar. Namun, disatu saat malam aku selalu menatap dia, lelaki kecilku, sekarang atau nanti, kamu akan menjalaninya, sakit yang akan dirasa insya Allah akan berlangsung satu minggu, dan setelah itu selesai , jika kakak2nya berhasil melewatinya dengan baik, maka harusnya aku pun bisa melaksanakan khitan kali ini dengan rasa yang sama, ikhlas, tabah , tidak panik. Dan... keputusan bulat disertai nekat membawa aku pada satu sms kepada dr. Apin, meminta jadwal untuk sirkumsisi. 

Aku pasrah, jika ada tanggapan maka ini akan terlaksana, jika tidak ada jadwal , ya biarkan waktu yang akan mengatur kapan ini akan terlaksana. Tidak disangka, hari selasa 07 Juni, dokter konfirmasi untuk sirkumsisi hari Ahad, 12 juni 2011. Namun karena tempat praktek digunakan untuk klas ASI, jadilah jadwal dimajukan hari sabtu jam 14.00 di Markas Sehat dengan Dr. Arum.

Hari kamis, cek darah untuk PTT (Protrombin Time ) dan aPTT (Partial Tromboplastin Time = waktu pembekuan darah) yaitu untuk cek laju pembekuan darah, disini dimulainya kepanikan. Ternyata sulit sekali menemukan nadi pada tangan Fadhl, berulang ulang dan hal ini cukup membuat dia kesakitan dan takut. Aku hanya berharap dia tidak trauma, dan penjelasan mengenai konsep sakit akan aku ulangi lagi dan lagi sehingga dia siap secara mental untuk di khitan.

Oh ya, satu lagi yang sellau menjadi pertanyaan, mengapa aku memutuskan untuk menggunakan metoda sirkumsisi secara konvensional, mengingat saat ini sudah begitu banyak metoda yang 'katanya' lebih tidak menyakitkan. Apapun itu, aku sudah mempertimbangkan kelemahan dan kebaikannya, dan kami merasa bahwa metoda konvensional tetap menjadi pilihan kami dengan resiko yang sudah kami pahami.  Secara singkatnya, metoda cauter tdk kami ambil, karena resiko terbakarnya jaringan dalam yang sulit untuk dipantau, disamping itu, pembengkakan pasca cauter seperti nya lebih menyeramkan, dan yang jelas, aku ga kuat nyium bau kebakar dari pisau cauter itu .. hehehe.
Metoda Smartklamp tdk aku ambil karena aku tidak bisa memprediksi apakah ring atau klamp nya sesuai dengan ukuran penis anakku. Ya pada kesimpulannya , kami merasa bahwa metoda konvensional tetap menjadi pilihan kami. Untuk metoda sirkumsisi pernah di bahas oleh Dr. Ian di SINI .

Semua beres, hari Kamis sore, hasil Lab sudah ada,  nilai PTT Fadhl di bawah standar, namun aPTT normal. Setelah konfirmasi dengan dokter cantik, kesimpulannya tidak mengapa nilai PTT di bawah standar, krn artinya darahnya membeku lebih cepat , yang berbahaya jika nilai PTT nya diatas standar/normal, yang artinya pembekuan darahnya lebih lama. Konfirmasi ke dr. Apin dan dr.Arum, akhirnya ACC untuk sirkumsisi Sabtu. Fiuhhhh tinggal menyiapkan mental aku dan sedikit diskusi dengan fadhl mengenai apa yang akan terjadi pada dirinya.

Sebetulnya keinginan khitan ini pun sudah ada dari diri Fadhl sejak lama, kami sudah menjelaskan mengapa seorang lelaki wajib di khitan, dari sisi agama dan kesehatan, dia setuju untuk dikhitan dengan sedikit campur tangan kakak2nya yang sudah menjalaninya. Yang sibuk memang Ghi dan Ican, saling manas-manasi dengan bilang bahwa kalau di sunat akan punya hadiah banyak, nanti bentuknya akan bagus, daya pancar saat BAK akan keren.. (haddoohhh pembicaraan laki2 lah). Entah dia mengerti atau tidak, tapi yang jelas dia memang sudah ingin di khitan. Ya sudahlah,makin cepat makin baik, karena itu kami tidak berusaha menutupi bahwa proses khitan akan melibatkan suntikan, gunting dan akan ada darah di penis nya. Skali lagi, iming2 mainan membuatnya tidak mempedulikan itu semua, padahal aku sendiri tidak pernah menjanjikan sesuatu, tapi ya sudahlah....

Persiapan untuk khitan sebetulnya tidak ada sama sekali, kecuali tiap malam aku pandangi wajahnya, dan berkata, you're gonna be a man ...

bersambung.... 
ngelayanin juragan sunat dulu yak






Wednesday, June 8, 2011

[Lomba Menulis Kisah Kemanusiaan] Sedikit Rasa Untuk Bibi

Dikala seseorang terlibat secara emosional terhadap suatu kondisi yang tidak pada tempatnya, maka semangat juang dan bangkit akan begitu mudah terkuak. Begitulah yang kami rasa saat itu, kecewa yang tidak mungkin pula untuk ditutupi, kesedihan yang hanya bisa mengurai air mata, namun dibalik itu, ada semangat untuk menebar cinta walau hanya lewat kata dan sedikit dana. Namun yang sedikit itu memiliki makna, bahwa masih ada rasa peduli dan kasih untuk sesama.

Kisah Februari 2009 yang pernah aku tuang disini, dimulai saat Bibi menuangkan airmata kepedihannya atas sakit yang diderita oleh putranya. Apalah yang aku bisa, selain doa, pelukan dan sedikit dana untuk menutup biaya. Aku sadar apa yang aku beri akan sangat tidak membantunya, namun ketika pemberian memiliki nilai kasih, aku hanya berharap setidaknya ada semangat untuk berjuang dan bangkit dari kesedihan yang tidak mungkin membangunkan. 

Kesulitan demi kesulitan yang diterima Bibi, perlakuan Rumah Sakit yang mengesampingkan kebutuhan perawatan ketimbang administrasi, dilemparnya sang anak dari satu RS ke RS lainnya dengan alasan yang mengada-ada, sampai dengan cobaan dalam pemrosesan Surat Keterangan tidak mampu