Monday, January 24, 2011

[QN Ala Tobie] Rizki 3: Mereka, keluarga kecilku

[QN Ala Tobie] Rizki 3: Mereka, keluarga kecilku

Sebagai manusia yang jauh banget dari rasa sabar dan tabah, aku masih sering mengeluh atas kelelahan atau masalah dalam keseharianku. Sejujurnya ga ada niat macam-macam sih, ga ada niat bahwa aku menyesali  apa yang terjadi, atau mengasihani diri sendiri, tapi jujur aku nulis kalimat-kalimat terkesan keluhan itu hanya sekedar buat melepas  apa yang ada dalam diriku. Toh aku sadar sekali, walaupun  aku menulis keluhan bernada parah sekalipun, tetap aku yang akan menjalaninya, tetap aku yang menghadapinya. Tapi memang ada satu pamrih yang aku pinta, yaitu doa, doa  agar aku bisa bangkit dan kuat menghadapi masalah dan apa yang terjadi pada setiap langkahku.

Aku mengakui, memang berat untuk menjadi keluarga beranak banyak (walau masih kategori sedikit untuk orang-orang jaman dulu), tidak memiliki penghasilan tetap, berkejaran dengan waktu, mengurus ini itu dengan tangan sendiri. Tapi aku menikmati, mensyukuri tiap-tiap saat terberat dimana aku harus menata menit  demi menit membenahi semua, karena apa, karena aku tetap mendapatkan senyum mereka, melihat tingkah mereka, menatap kemajuan mereka, dengan aku berada pada sisi mereka.

Bagiku, kehadiran mereka adalah rizki yang tidak akan dapat tergantikan, semua lelahku terobati dengan melhat lahapnya mereka menyantap masakan ala kadarku, semua keluhku sekejap terlupakan dengan celotehan yang tidak pernah diduga dari mulut mereka, semua dukaku sontak lepas tatkala melihat ekspresi bahagia mereka mendapati aku ada di rumah menanti kedatangan mereka dari sekolah. Ya, cukup bagiku untuk menjadikan mereka nikmat rizkiku di dunia.

Rizki toh tidak melulu mengenai materi yang tertanam di dompet atau  rentetan angka yang tertulis di buku tabungan, namun kesehatan mereka, kegesitan mereka, kepandaian mereka, semua itu adalah rizki yang lebih berarti ketimbang hal kebalikannya, dan itu adalah hal yang wajib aku syukuri.

kebersamaan dengan orang-prang yang aku sayangi, memberi tenaga baru bagiku untuk menapaki hari dengan semangat baru. Bahwa aku harus semangat mencari rizki materi demi makan mereka hari ini, bahwa aku tidak boleh malas dan putus asa menimba ilmu demi masa depan dan bekal mereka kelak, dan satu keyakinan yang harus terus aku pegang adalah bahwa Allah telah menuliskan rizki bagiku dan keluargaku, aku akan mencarinya, namun keluargakulah nomor utama.

 

Judul : 5 kata

Jumlah kata : 343

Lebih dari 3 paraghraf

Setting for network

Friday, January 21, 2011

[QN ala Tobie] Rizki 2 : Anak ... Lagi ??

[QN ala Tobie] Rizki 2 : Anak, lagi ????

Sejak kelahiran Putri, aku memang merencanakan untuk menunda kelahiran anak kedua, dan aku memutuskan untuk menggunakan alat kontrasepsi dengan alasan materi dan repot (hiks). Setelah merasa sudah siap mental dan fisik untuk menambah anak lagi, kami merencanakan untuk kembali memiliki anak. Dan Allah memang begitu sayang padaku, hanya satu bulan berselang dari pelepasan alat kontrasepsi, aku hamil. Semua senang, semua bahagia dengan berita ini, begitupun kami. 

Dan sekali lagi, semua berjalan begitu mulus, hingga waktunya Ghiffari lahir, 22 Juli 2003, lahirlah anak lelaki pertamaku, dunia terasa begitu lengkap, kami telah dikaruniai putra dan putri yang lengkap, sehat dan sempurna. 

Setelah kelahiran Ghiffari ini, aku kebetulan disibukkan dengan urusan keluarga dan pekerjaan yang membuatku melupakan kegiatan cek dokter setelah melahirkan bahkan untuk memasang kontrasepsi. Saat itu kami keluarga besar memang sedang konsentrasi pada kesehatan adik kami yang kembali collapse dari kanker otaknya yang sudah berlangsung 7 tahun, aku benar-benar menomorduakan diriku , bahkan keluarga kecilku, Alhamdulillah suamiku begitu pengertian dan memberi kebebasan bagiku untuk mengabdikan diri pada keluarga besarku , menunggu di RS bersama mamah, pagi ke kantor, malam kembali ke RS. Itu juga yang menjadikan aku merelakan kehilangan kesempatanku memberi ASI Eksklusif kepada Ghifari. Tidak mengapalah, karena aku puas mengabdikan diriku dan cintaku menemani mamah ayah mengurus adikku beserta saudara-saudaraku yang lain.

Bulan ke 6, aku merasakan sesuatu yang aneh dalam tubuhku, mual teramat sangat dan semua hal yang mencirikan bahwa ada sesuatu. Siang hari di kantor, aku diam-diam membeli testpack dan mengujinya dengan harapan bahwa dugaanku salah. Namun.. sudah bisa ditebak, dua garis merah plus tanda + terpampang jelas dari 2 testpack yang aku gunakan di waktu berbeda. Aku hamil ... lagi ....   Aku sendiri tidak tahu bagaimana perasaanku, bagaimana reaksi orang lain, dan semua perasaan berkecamuk dalam diriku. Aku hanya bisa bercerita pada sahabatku yang memiliki reaksi lucu dan membangunkan aku. "hey ... kamu punya suami, ini rezeki untukmu diantara semua kesulitan orang lain memperoleh kepercayaan memiliki anak"
Ya, bagi sahabat yang mengerti diriku, mereka semua menguatkanku, tapi lebih banyak dari yang mengetahui hal ini, mereka mencibir bahkan menjadikan kehamilanku ini sebagai bahan ledekan. 
"hah ?? hamil lagi ?? doyan va ..? "
"Wah , eva mah senggol dikit juga jadi ?"
"makanya udah tau subur banget, kenapa ga di protect "
"gila luh, emang sanggup ngurus anak 3 ? "
"kalo ga siap gugurin aja va .."   ==> hellloo gila kali yak 

dan bermacam ucapan lagi yang akhirya membuatku kebal dan tak peduli lagi apa yang terjadi. Aku terlalu sibuk untuk urusan diriku dan keluargaku, peduli amat dengan semua ucapan orang, toh yang menjalani juga aku, bukan mereka. 

Lalu lahirlah Maisaan di Januari 2005, dan semua pesan yang datang padaku adalah agar sesegera mungkin memasang kontrasepsi. Oke...oke... aku lakukan itu, demi siapa ??? yang jelas sebetulnya dalam diriku aku tidak menginginkannya.

Bulan ke 5, kembali tubuhku terasa aneh, aku berusaha menghilangkan perasaan bahwa aku hamil (lagi), tapi dalam batin terdalamku mengatakan ya, aku hamil. Aku kan menggunakan kontrasepsi, kenapa hamil pula ? apa aku termasuk yang gagal ? Ah entahlah. 
Kembali aku diam-diam melakukan test sekali lagi, dan benar, aku hamil .. *tepok jidat*. Aku sebetulnya senang-senang aja, kecuali bahwa aku hamil dengan kondisi ada IUD dalam rahimku. 
Reaksi orang lain ? Lebih parah, ada yang beristighfar, ada yang meledek abis-abisan, dan sedikittt sekali yang menyelamati atau berucap Alhamdulillah. Aku ingat, bahkan ada satu yang akhirnya aku nyolot banget, gimana enggak, dia menyindirku dengan kalimat kotor dan tidak pantas diucapkan kepada seorang yang katanya teman. 
Peduli apa kalian tentang aku, yang hamil aku, yang merasakan mual aku, yang repot aku, yang mengeluarkan duit juga aku, aku punya suami, aku punya agama, aku punya keyakinan diri... plis keep your mouth shout !!!

Terus terang, walau ada sedikit rasa berat, tapi aku bersyukur dengan rizki ini, aku benar-benar ikhlas, kecuali dengan rasa was-was adanya benda lain menemani janinku dalam rahimku. Aku ikhlas dan bahagia dengan rizki ini, Allah begitu sayang pada diriku ....

Namun, disaat kita terlalu mencintai sesuatu, Allah tak jarang menguji hambaNYa dengan mengambil kembali apa yang dicintainya. Kehamilanku hanya berusia 4 bulan, janinku meninggal tanpa sepengetahuanku, tanpa rasa, tanpa keluhan .. aku harus merubah rasa ikhlasku akan kehadirannya, menjadi kehilangannya.


Enam bulan berselang, Allah kembali memberi rizki padaku, aku kembali hamil ... Alhamdulillah ya Allah , Engkau masih mempercayakan aku untuk mendapatkan titipanMU. Aku begitu bahagia, begitupun suamiku. Keluarga kecillku pun demikian, walau pertama kaget , namun mereka percaya bahwa apapun keputusan kami, itu adalah yang terbaik bagi kami.  Masalah rizki materi sudah ada yang mengatur dan catatan rizki ku sudah ada padaNYA, biarlah aku menjalani apa adanya.

Reaksi teman-teman ??? lebih lebih lebih parah lagi .... untunglah aku sudah menulikan telingaku dari hal demikian. Aku cuma tersenyum atas ucapan istighfar mereka saat mengetahui kehamilanku (lagi), aku hanya meringis kecil saat mereka menertawakan atau menjadikan hal ini sebagai ejekan tak bermutu, aku akan tersenyum bahagia saat ada yang mendukung dan ikut berbahagia atasku, aku hanya mengurut dada saat ada yang menyesali kehamilanku.

Apakah aneh jika seseorang memiliki banyak anak? apakah komentar itu adalah perwujudan sayang padaku dan berusaha menyadarkan aku untuk meragukan rizki Allah? , apakah sulit untuk ikut bersenang saat seseorang mendapat kesempatan hamil ? 

Masih banyak orang yang begitu sulit mendapatkan anak, lalu apakah aku harus menyesali rizki ku yang begitu besar diberi Allah ?  Aku tidak menuntut apa-apa dari mereka, hanya turutlah senang atas rizki ku, rizki anak yang insya Allah akan menjadi penambah bekal untuk akhiratku. 

Jadi, kalau ada teman yang hamil lagi dan lagi, ikutlah senang, ikutlah berbahagia, janganlah dijadiakan ledekan, sedih tauuuuuuuu !!! 


============

Tuesday, January 18, 2011

Kematian yang sederhana

Diary 18012011

Hari ini aku mendapatkan pelajaran penting tentang kematian dan tata cara prosesi pemakaman sesuai yang kami pelajari. Selama ini kami hanya belajar dari tulisan, namun belum sekalipun mengikutinya. 

Dengan niat hanya karena Allah, kami ingin sekali memetik hikmah dari apa yang kami lihat dan kami temui, betapa seorang yang tegar sekalipun akan luluh dan bersimbah tangis tatkala orang yang dicintainya kembali kepada pemilikNYA, betapa begitu banyak orang yang ingin terlibat dan memberi cinta kepada orang yang dicintainya, betapa kesederhanan suatu prosesi tidak mengurangi esensi dan makna setelah peristiwa bernama kematian.

Aku ingin mati dan dimakamkan dengan cara itu, dengan cara kesederhanaan, dengan penuh cinta dan doa dalam hati orang-prang yang menyayangiku, bukan dengan raungan dan gelegar doa atau beragam upacara yang kehilangan makna. 

Aku ingin, dikala tubuhku telah berbaring diatas tanahNYA, dikala satu persatu tanah merah menutup tubuhku, doa tulus yang bersuara dari dalam hati telah menemaniku dan menguatkan aku untuk bisa menjawab pertanggungjawabanku. 

Aku ingin dikenang dari dalam hati , dengan cinta tulus dan penuh doa ....

Aku ingin..... mati dengan sederhana .... semoga...

dan sepertinya aku harus mulai menuliskannya dengan tegas, supaya keingianku bisa terlaksana ....

Mengatur Ritme Keseharian

Ritme Keseharianku

Mengatur ritme .. tidak semudah membalikkan tangan, butuh penyesuaian yang tak jarang akan membutuhkan pengorbanan. Beragam ritme kehidupan selalu memiliki iramanya sendiri, dari ritme tubuh menyesuaikan diri dengan waktu, sampai dengan ritme pekerjaan yang harus menyesuaikan dengan deadline dan target. Semua butuh penyesuaian...

Begitupun dengan kondisiku saat ini, walau sudah satu tahun berhenti bekerja dengan tujuan awal  untuk lebih  bisa mengurus anak-anak, namun ternyata aku masih belum mahir mengendalikan ritme keseharianku. 
Disaat awal aku berada di rumah, aku hanya butuh waktu 1 minggu untuk mengendalikan semua pekerjaan pada waktunya. Aku bisa menyelesaikan tugas rumah tepat jam 8, lalu shalat dan mulai bekerja di depan komputer hingga jam 11 siang, distop untuk masak dan menyiapkan makan siang dan shalat, lanjut lagi depan kompie sampai jam 4 sore aku hentikan kegiatan berdagang online dan menswitch diriku kembali sebagai ibu. Menanti anak-anak pulang sekolah dan membereskan rumah serta menyiapkan makan malam.  
Aku sudah cukup nyaman dengan ritme itu, namun ternyata fisik-ku tidak nyaman dan menyusut dengan sangat dahsyat.

Perjalanan hidup terus berlangsung, aku mulai keteteran dengan ritmeku sendiri, aku tidak bisa mendisiplinkan diri dengan jadwal itu, tubuhku tak kuasa berkejaran dengan waktu, batinku tak kuasa meredam emosi dan gelisah yang terus memburu, dan ritmeku mulai kacau ... aku kehilangan kendali atas diriku dan waktuku.

Awal tahun ini, aku sudah berjanji untuk menjadikan anak-anakku nomor satu diatas pekerjaanku, aku sudah tinggalkan toko offlineku, dan aku mulai kembali menata kehidupanku di rumah, ya  , lebih focus kepada mereka.. 
Jika dulu, aku ada dekat mereka, tapi jiwaku ada di depan layar 14 inch , dengan buku catatan di kanan kiriku, jariku sibuk ber sms melayani pelanggan, kicauan mereka, desahan mereka, tak aku hiraukan, dengan dalih bahwa jadwalku sama saja dengan jadwal kerjaku. Hiks betapa tidak adilnya diriku.

Kini aku ingin berbenah, aku mulai menjalani ritme baru, aku harus adil terhadap tubuh dan anak-anakku... ya, mereka nomor satu kini dalam hidupku (selain ibadah tentunya).

Dan, ternyata memang ada yang harus dikorbankan, kali ini adalah menulis  dan blogwalking/browsing, dua kegiatan itu masih belum bisa aku tempatkan pada porsinya. Aku masih belum bisa menguasai ritme ku, tapi biarlah, aku berharap waktu akan membiasakan kembali tubuhku untuk membaca dengan baik ritme itu. Sehingga aku masih bisa menulis pada waktunya, blogwalking pada saatnya, dan semua tujuanku bisa terlaksana, bersama anak-anak.

Maafkan aku yang akhir-akhir ini jarang bertandang ke rumah maya temans, aku pun belum bisa konsisten menulis dan menulis, aku jarang lagi ikut lomba-lomba yang menggiurkan, dan bermacam aktivitas yang dulu selalu rutin aku kerjakan. Kini aku ingin konsentrasi kepada bocahku dulu, namun bila aku sudah menguasai ritmeku, aku akan bisa kembali seperti dulu, menulis, bercanda, berkisah, dan bersama kalian semua, termasuk ikutan lomba seru seperti QN ala TObie . 

Walau harus mencuri waktu di tengah malam, aku coba setidaknya satu tulisan yang kurang bermutu seperti ini...

Tadi rencana mau nulis ini sebagai versi QN ala Tobie, sayang nya koneksi lagi tidak bersahabat, dan udah dinodai ama jurig malam pertamax .. nyerah dehhhhhhh ...

Giliran maen game kenceng banget ini koneksi, giliran bikin QN, amburadul... *ngambeg* 


*gambar ambil dari SINI 

Wednesday, January 12, 2011

[children] Berdamai atau bertengkar

Menghabiskan waktu bersama di kecil, terkadang membutuhkan taktik dan cara jitu agar kehidupan berjalan damai dan aman. Sejak aku memutuskan berhenti bekerja, dan akhir-akhir ini kembali meluruskan niatku untuk anak-anak, maka nyaris seluruh waktuku memang bersama mereka, dan terutama adalah si bontot.

Sementara kakak-kakaknya sekolah, maka otomatis di rumah hanya ada dan dia , bocah 3,5 tahun yang Alhamdulillah diberi daya bicara yang ramai dan tingkat kritisi yang tinggi.  Menghadapi anak sejenis Fadhl, hmm susah-susah gampang, tapi sebagai ibu, ya tentu saja insting untuk menguasai anak bisa dilakukan dengan menurunkan tingkat emosi dan meningkatkan rasa sabar.

Sebetulnya, kalau mau dibuat kesal ya kadang kesal juga, ada kalanya dia tidak bisa diajak kompromi untuk sekedar mengijinkan aku ke kamar mandi, maunya nempeeeellll terus. Dan kalau kondisi ku sedang ga mood, ya bawaannya kesal dan cuekin dia, berakhir dengan tangisan dan aku yang mencoba nutup telinga. 
Namun ada kalanya pula, dia bersikap sangat manis, dan mengerti daftar pekerjaan yang harus aku kerjakan, dia akan bermain dengan mainan ala kadarnya , tanpa teriak, tanpa ikut campur, dan dunia berjalan sangat amat damai. Kalau udah begini, wah seneng banget, aku bisa lebih cepat menyelesaikan pekerjaan rumah.

Negosiasi, kadang pula harus dilakukan, tatkala aku harus segera menyelesaikan pekerjaan, sementara dia tidak mau bermain sendiri. Bicara dari hati ke hati, menerangkan bahwa ibu harus ini itu, dia masih ngeyel mau ama ibunya, lalu ibu nya menawarkan alternatif kegiatan yang bisa dia lakukan, lalu dia berfikir, dan akhirnya selesai... ibu bisa kerja, dan dia main ...

Nah yang sering sih, pertama dia akan anteng bermain, lalu ditengah pekerjaan kita, dia menghampiri dan mulai bertingkah seolah mencari perhatian. Kondisi badan yang lelah, diburu oleh harus menyelesaikan segera untuk berlanjut ke pekerjaan berikutnya, ditambah dengan kehadiran si kecil dengan beragam tingkahnya, cukup dan sangat memancing emosi. Kegiatan yang biasanya bisa dilakukan sendiri oleh dia, tiba-tiba harus kita yang melakukannya, sementara tangan kita bersimbah busa, atau berbau bawang, mau marah ? sepertinya itu jalan singkat ...namun ternyata itu tidak juga menjadi penyelesaian masalah.

Lihat saja kondisi ini, aku sedang sibuk mencuci, lantai belakang penuh air dan busa, tiba-tiba si kecil datang hanya untuk sekedar minta aku dibukakan tutup kaleng makanan, oke dibantu... lalu aku suruh kembali dia kedalam untuk bermain lagi. Tidak lama, dia kembali lagi, minta ini, minta itu, mau pipis, mau pup, mau minum, sementara aku cape juga untuk bolak balik ke dalam dan melayani permintaan dia yang sebetulnya bisa dilakukan sendiri. 
Jujur, tidak jarang aku akhirnya berteriak, menginstruksikan sesuatu dengan tujuan supaya dia tidak kebelakang dan menggerecokiku, namun kembali dan kembali dia bertingkah untuk sekedar kembali memancing emosiku.

Lalu aku berpikir, jika aku layani dengan marah, dan akhinya bertengkar dan akan ditutupi dengan tangisan,  hal ini tidak akan menyelesaikan masalah, hanya akan menambah lembar kekesalan anak kepada ibunya.Aku sadar, yang dicari dia adalah perhatian, dan melawan tingkahnya dengan penolakan akan tetap memakan waktu. Akhirnya, aku stop smua kegiatan, aku peluk dia, dan aku masuk kedalam, berganti pakaian, dan menemani dia sejenak dengan apa maunya dia. Ya, aku memilih berdamai dengan dia.

cara ini aku rasa lebih  efektif, dunia terasa aman, walau pekerjaanku jadi terbengkalai. Aku bereskan semua kemauan dia, lalu aku tenangkan dia, bicara dari hati ke hati, memberinya kegiatan dan permainan bersama, unutk kemudian, aku kembali meminta ijin darinya untuk kembali bekerja. Dan dia akan dengan senang hati mengijinkan, tanpa penolakan dan tanpa kekesalan. Amannn....

Amarah dan kekesalan tidak akan menyelesaikan masalah, anak hanya akan bertambah kesal, karena pada dasarnya yang mereka butuhkan hanyalah perhatian. Kemana dirimu condong , ke cucian atau kepada dirinya. Jika lebih memilih pekerjaan dan akan beragumen keras kepada anak, maka kekecewaan yang akan di dapatnya, dia tetap tidak akan menerima, tetap akan bertingkah, terus membuat kekesalan ibu akan terus dan terus yang tidak jarang berakhir pada pertengkaran dan teriakan. 
Namun jika dirimu memilih untuk berdamai, mereka akan memperoleh rasa percaya, mereka yakin bahwa ibu nya masih memikirkannya, menempatkan dirinya pada posisi yang penting dan bukan hanya sekedar instruksi dan argumentasi. Nilai cinta yang akan dirimu dapatkan.

Kehidupan mengurus, selalu beraneka, dan disetiap aneka itu, kita tetap harus belajar dan belajar, mencari yang terbaik untuk nya dan untuk kita.. tanpa menyakiti, mencoba menjalin tali kepercayaan dan kedamaian ....

Selamat berpetualang bersama anak2 anda....



Saturday, January 8, 2011

Menemani Putri belanja

Diary 060111

 Dulu waktu anak-anak masih kecil, lumayan enak tuh, orangtua bisa seenaknya beliin baju, sepatu, perabotan, mainan dan segala macam2nya tanpa harus bertanya apakah anak suka atau tidak. Pokoknya diktator kelas berat deh untuk urusan beginian. Terkadang orangtua tidak berpikir apakah si anak pantas di muka umum atau pantas untuk umurnya atau tidak, yang penting obsesi ortu nya bisa terpenuhi, ya minimal si anak ga (belum) bisa protes.

 

Padahal, anak juga memiliki rasa, bisa berekspresi dan menyampaikan apakah dia suka atau nyaman atau tidak, kadang bukan dengan kata-kata, tapi ekspresi bisa mewakili apa yang dirasakan olehnya. Coba lihat bayi perempuan, alangkah lucunya dia jika dipakaikan sebuah bando berwarna merah muda, yang akan serasi dengan dress dan sepatu pink-nya.Lalu sang bayi menjerit , orangtua tak terusik, menganggap sang bayi akan terbiasa juga. Sadarkah orangtua bahwa jeritan sang bayi adalah tanda protesnya... ??  Orangtua jarang peduli, penampilan sesuai inginnya orangtua tetap diutamakan... egois ya ternyata ...

 tapi begitu kenyataannya.

 

Hmmm jadi mikir, dulu aku rasanya pernah melakukan pemaksaan kehendak, ya, saat Putri perpisahan di sekolah TK nya, dia harus menari, dan harus memakai baju jawa yang model kemben gitu. Dia ga mau, dia nolak dengan keras, aku tanya gurunya, kenapa mesti kemben, ya karena peran putri disitu adalah sebagai Putri kerajaan yang berpakaian kemben... haddooohhh , aku merayu putri abis2an, supaya bisa manggung dengan berpakaian yang dia tidak inginkan, tapi ternyata kekerasan Putri berhasil meluluhkan dan menyadarkan aku, bahwa aku tidak boleh memaksakan kehendak, putri menolak  memakai kemben karena dia tidak nyaman, dia risih harus memperlihatkan auratnya, dia menolak karena apa yang diperintahkan tidak sesuai dengan apa yang diajarkan.

putri saat TK

Ya ampunnn.. pola pikir anak kecilku saat itu ternyata lebih terbuka ketimbang aku yang lebih nafsu untuk bangga menatapnya berjalan diatas panggung, memerankan tokoh ceritanya dengan pakaian yang tidak dia inginkan. Akhirnya Putri tetap naik keatas panggung dengan pakaian kemben yang ditutup jaket :D . Sejak saat itu, aku tidak pernah

 sama sekali memaksakan kehendak, terutama dalam hal pakaian, walaupun terkadang aku tetap  membelikan anak-anakku macam2 tanpa persetujuan mereka, tapi aku tidak marah jika ternyata seleraku salah dan kalah dari mereka... *nyadar selera jadul nih*

 

Waktu berjalan ... mereka tumbuh membesar dan bisa memberikan pendapatnya. Pakaian harian bisa milih sendiri, ga jarang ada baju favorit yang cuci , kering , pake, cuci, kering, pake ...sampeeeee belel ... emak masih anteng, yang penting ga ngeburu2 emak buat gosokin itu baju. Yang penting mereka happy . Sekarang aku dah ga mau beresin lemari pakaian mereka, karena kalaupun udah disusun rapi berdasar abjad (gag deng), tetap aja mereka ambil baju yang mereka suka, walau yang ngeliat juga udah bosen kali liat dia pake baju itu lagi itu lagi. 

 

Nah sekarang yang cukup bikin puyeng adalah si calon abg Putri, dia udah punya selera sendiri yang ga bisa diterka, berkali-kali aku belikan dia celana jeans, tapi ga pernah cocok, tapi kalau aku bawa anaknya, dia bakal diem dan malas buat nyoba, nah bingung pan jadinya. 

sekarang dia udah ga mau pake celana panjang, jadi giliran nyari gamis yang ribet, dipilihin , menggeleng, suruh pilih sendiri, bingung, nah loh.... nyuruh beli dan belanja sendiri juga belum mungkin, dia ga ada teman sebaya yang bisa diajak pergi belanja bareng , dan hmmmm aku memang belum ngijinin dia pergi kesana sini sendiri, apalagi buat urusan belanja ...

 

Nah seperti hari ini, dia mau beli sepatu, sebetulnya dari kemarin, mas Ghi nyari sepatu sekolah, kita ke pasar , cari di 3 toko, beres, dia bisa menentukan pilihannya dengan lumayan cepat, dan puas... Terus Maisaan, dari beberapa toko ternyata yang dicari ga ada, jadi dia bersedia dipending untuk mencari di tempat lain.

 

Nah Putri ... dibawa kepasar aja udah bikin bete dia , jadi perjalanan kemarin ga bikin dia melirik unutk lihat sepatu yang ada, dan baginya tetap harus pergi dan nyari apa yang diinginkannya. Pindah ke toko sepatu yang lebih luas, di daerah Tajur, milih ini itu, tetap ga nemu yang cocok, ada yang modelnya bagus, ukuran pas, tapi dia ga nyaman karena ada spons di lekukan telapaknya. Oke, jadilah berburu sepatu yang beneran flat, ketemu, ada model bagus, ukuran pas, di coba ke kedua kakinya, hmmmm tetap ga mau, karena bagian belakangnya keras (ya jelas keraslah, kan masih baru). Berulang-ulang seperti itu, nyobain pada satu kaki, cocok, pas udah di cariin ama SPG nya dan dipake ke dua kaki, mulai deh nggak cocok.

 

Sebetulnya sih ga masalah, namanya juga selera dan kenyamanan, aku beneran ga menyalahkan dia, hanya saja, aku ingin dia tegas, jika memang tidak suka, dan tidak siap membeli, jangan memaksakan, kita lakukan dengan santai dan cari dari awal lagi , perlahan. Aku juga coba bilang ke dia bahwa jangan memaksakan membeli sesuatu yang ternyata tidak cocok, karena akhirnya jadi terpaksa dan ya tentu saja tidak baik.

 

Tapi dia tetap memaksa untuk mendapatkan sepatu hari itu juga, jadilah lokasi berpindah ke Ekalokasari, kita ke bagian BATA dulu, proses berulang, aku mengusulkan, dia tidak suka, kita ikuti maunya dia, pilih, coba, tanya ukuran, pasang di dua kaki, jalan, dan batal … adaaaaa aja alasannya. Sabarrrr…. Sabarrrr…. Mungkin juga aku dulu saat seumur dia juga sering membuat jengkel mama. Tetap senyum, dan berusaha sabar menemani dia dengan pencariannya.

Adek2nya udah mulai bosan, mulai komplen dan marah ke dia. Sekarang giliran bapaknya yang harus kasih pengertian ke anak2 yang lain.

 

Pindah lagi ke matahari , harapanku disana kan pilihan banyak, mulai lagi ritual tadi…. Berulang2 melibatkan SPG untuk mencari yang disuka dan pas dikaki, dan berulang2 pula tidak cocok… sabarrrr….. Ada yang pas, tapi ga pas di dompetku, gile aje, spatu buat putri masa 300rb … belum dulu lah dia punya sepatu mahal, ukuran kakinya belum fix, sayang banget kan.

 

Dan akhirnyaa… nemu juga yang dia mau, aku ga ngerti deh apa dia terpaksa atau tidak, tapi berulang aku tanyakan apakah dia yakin dengan pilihannya, dan dia berkata mantap bahwa ini pilihannya, ya sudahlah, ikuti saja, untungnya lagi discount, jadi bisa lah aku belikan dia sepatu berharga normal.

 

Ini baru urusan sepatu dan belum urusan lainnya, Aku butuh belajar lagi menangani dan menemani ABG , sehingga dia bisa menyetarakan aku sebagai teman dan sahabatnya. Intervensi hanya dalam batas pendapat dan membuka wawasannya, bukan menggurui dan mengharuskan kehendak.

 

Aku ingin, dia tumbuh bersama aku dalam dirinya, aku tidak akan mengekangnya, namun aku ingin berada dalam hari nya, mengetahui apa yang ada dalam batinnya, tanpa harus terlalu mengurungnya dalam inginku.

 

My Princess… sebentar lagi dirimu akan lepas dari tanggung jawab ibu dalam hal dosa, kamu akan memegang kendali sendiri akan dirimu, semoga ibu masih bisa memberikan bekal yang baik untuk dirimu, sehingga kamu tahu jalur yang benar dan paham dengan pasti batasan mana yang hitam dan putih…

 

I Love you my princess, my Syifa….

Friday, January 7, 2011

Pertanyaan di sepanjang perjalanan


Melanjutkan kisah perjalanan kami ke Kota, picture ada di http://evanda2.multiply.com/photos/album/138/Plesiran_with_all_my_hearts_


Keterangan :

P = Putri

G = Ghifari

M = Maisaan

F = Fadhl

 

Note : Ini dialog panjang yang mungkin membosankan..., sebagian aku hanya tuliskan pertanyaannya saja, sedangkan jawabannya tidak aku sertakan, tapi yang jelas aku berusaha menjawab semua dengan sebaik2nya pengetahuanku  

===============

 

Ibu : Siapa yang mau naek keretaaaa ...?

PGMF : MAUUUUUUUU ... 

P : Aku ganti baju ya bu 

G : YES !!! 

M : ibu beneran, kita mau naik kereta

F : kemana bu, asyikk naik kereta

 

Ibu : Jalur kita, ke stasiun naek mobil, mobil kita titip, trus naik kereta, lanjut naik bus ke kantor ibu, lalu yang laki2 shalat jum'at ama bapak, sedangkan ibu, mba dan ade ke tempat teman ibu, lalu kita makan siang, trus lanjut naik busway ke kota, dan pulang naik kereta.. Setuju ...???

P : Bu, aku pake sepatu baru ya ..

G : YES !!! jadwal kita penuhhh

M : jadi nanti kita naek kereta, trus bus, trus ke kantor ibu, trus naik busway dan kereta lagi ya bu .. asyikkkkk ...   ==> Maisaan memang dalam tahap pengulangan, setiap instruksi akan selalu diulang, dan terkadang diselipi pertanyaan

F : di kereta aku duduk ama ibu ya, nanti kalo ada yang gangguin ibu, ade bilangin 

 

00oo00

 

Perjalanan di mulai , menuju tempat parkir mobil di stasiun Bogor 

M : Kenapa harus di parkir pa 

Bapa : Supaya aman, nanti sore kita pulang, jadi tinggal ambil mobil dan nyaman. 

F : aku nanti boleh turun kan, naik kereta kan 

Ibu : Ya iyalahhhhh .... oke anak2, kita bikin perjanjian dulu ya, ini akan jadi perjalanan panjang, ga boleh ada yang ngambek, karena kita akan bersenang-senang. Kalau lelah, bilang, saling melindungi saudaranya, jangan berjauhan karena kita berada di dalam lingkungan orang banyak, jangan mengeluh, dan bicara lembut . Bersedia janji ??

PGMF : SIAP , DELAPAN ENAM !!!  

 

Berjalan menuju loket karcis kereta 

M : aku liat kereta nya loh bu, kenapa banyak sekali sih bu , adek, liat ga tuh keretanya, banyak ya, wah bagus banget 

M : Bu, kenapa kita harus beli karcis ?

G : bu, berapa karcis yang akan kita beli ?

P : bu, kita beli 6 apa 5 aja bu, kan ade masih kecil

F : Ade udah gede mba utiiiiiiii ....

 

ibu memutuskan beli 5 karcis , taat hukum, pdhal maunya 4 aja, tp nanti anak2 ga bisa duduk dong. Kereta sudah siap, kita menelusuri sepanjang gerbong mencari tempat duduk yang kosong 

M : wah bu, penuh sekali, kita duduk dimana bu ?

Ibu : kita jalan dulu kedepan ya nak, disana ada gerbong khusus wanita dan anak2, jadi insya Allah lebih leluasa walau harus berdiri

M: jadi bapak gimana dong bu, trus aku kan laki2, ga boleh masuk juga dong

Ibu : abang mah ikut ibu , kan anak2 

G : Mas ikut bapak dong bu, kan udah bukan anak2..

IBU : SEMUA IKUT IBU !!!!   (mulai betanduk)

 

Alhamdulillah dapat duduk, walau terpisah, ada orang yang ga mau bergeser sedikit supaya kami ber 5 bisa satu deret, jadilah aku , ican dan fadhl, duduk berdampingan, lalu diselak 3 orang lain, baru Putri dan mas Ghi. Aku cuma bisa pesan ke Putri, spy duduk tenang dan santai saja, sekalian aku bekali mereka masing2 satu karcis untuk diserahkan kepada petugas pemeriksa karcis. Wuihhh senang sekali mereka dapat karcis, langsung dimasukkan ke saku celana dan duduk manis menunggu kereta berangkat.

 

M : Kenapa kereta nya belum berangkat bu 

M : Kenapa orang2 itu berkeliaran di luar dan tidak masuk kedalam kereta bu 

M : Kenapa ada orang-orang yang meminta2 bu ..

 

Teng tong teng tong


F : wah bunyi apa itu bu

Ibu : itu tanda bahwa kereta akan berangkat

MF : Asyikkkkk kita akan berangkat , mas, mba, kerata nya mau jalan loh …

 

Dan pintu kereta menutup secara otomatis

F : wah ajib, pintu nya kok bisa tertutup sendiri bu

Ibu : iya, ada alat yang otomatis menutup pintu

M : kok nutupnya bisa barengan bu

Ibu : ya kan tombolnya satu, ada ditempatnya masinis, jadi yang buka tutup ya masinis nya sendiri

MF : wah kereeennn

 

M : Bu, kenapa tante itu berdiri, ga dapat tempat duduk ya

M : Bu, kenapa kereta di belakang itu goyangnya kelihatan sekali ya, kok yang di kita ga goyang

M : Bu, kenapa ada pegangan diatasnya itu

M : Bu, katanya ini AC, kenapa adanya kipas angin

 

Tenang… aku menjawab semua pertanyaan itu kok, Cuma ga usah ditulis disini lah … hehehe

 

Fadhl memakai posisi menatap sisi jalan dari jendela, sepatu dilepas dan dia mulai berceloteh tentang apa yang dilihatnya

F : Bu, lihat … itu ada motor, sepeda, mobil, nungguin kita ya bu

F : Bu, keretanya cepat sekali, aku sampai pusing lihat mobil yang lewat

 

Ada kereta dari arah berlawanan lewat

 

F : Bu, hebatttt ada kereta lagi, kencang banget ya bu , mas, mba, lihat jendela deh, ada kereta tuh …

M : Bu, kalau ada kereta lewat gitu, seperti nya jalan nya mundur ya bu, aku pusing deh lihat nya.

 

Mas dan mba yang ada di tempat terpisah Cuma senyum-senyum aja, aku perhatikan mereka berdua berbincang dan berdiskusi , walau aku tidak jelas apa yang mereka bicarakan.

 

Tiba-tiba kereta membunyikan klaksonnya …. Kencang sekali

M : Bu, kenapa pakai bunyi segala

Ibu : unutk memberi tahu bahwa kereta akan lewat, jadi simpangan di jalan, bisa bersiap untuk menutup jalan.

M : oh, jadi supaya ga tabrakan ya bu

M : Bu, lihat deh, masih banyak becak ya di daerah ini, ini masih di bogor bukan bu ?

M : Bu, kenapa di bawah rel itu isi nya batu, kan kotor ya bu, coba kalau pakai tanah dan rumput, pasti bagus deh

 

Tiba saat petugas pemeriksa karcis bergerilya, anak-anak antusias menyiapkan tiket nya, dan menyerahkan untuk kemudian di lubangi oleh petugas, mereka terlihat senang sekali, begitupun Maisaan dan Fadhl, tiket kembali di masukkan ke kantong celana mereka, rapi, tidak mau di lipat :D

 

Kami tiba di daerah pasar minggu, banyak rumah2 gubug di pinggiran rel kereta, kereta kami kebetulan melambat

M : Bu, kenapa orang itu tinggal nya di situ, kan berisik ya

Ibu : iya nak, mereka terpaksa tinggal disitu, karena belum punya rizki untuk tinggal ditempat yang lebih baik

M : terus mereka kerjanya apa

Ibu :  macam-macam, ada yang jualan, ada yang mengamen, kuli bangunan, macam2 lah

M : eh bu, itu ada kotak susu, om nya punya dd berarti ya bu, dd nya minum susunya S*M tuh, padahal kenapa ga di kasih ASI ya bu, kayak ade fadhl, kan ga usah beli2 susu

Ibu : eh iya ya, abang liat aja… wah kalo kenapa ga dikasih ASI, ibu ga tau, tapi abang benar, ASI itu lebih sehat dan ga usah beli2

M : Bu, orang itu nyuci dan jemurnya disitu, kan kena debu kereta ya bu, atuh kotor lagi dong bajunya

 

Pertanyaan seputar rumah pinggiran itu lumayan lama dan dia terus menggali rasa penasarannya, aku berusaha sebijak mungkin menjelaskan, berusaha supaya dia bisa mencerna dan menyimpulkan dengan baik

M : jadi kita harus bersyukur ya bu , karena kita masih diberi Allah rezeki , masih ada rumah, mobil, makanan, bisa jalan2….

Ibu : iya, makanya abang harus rajin Shalat dan berterimakasih kepada Allah

 

Kereta terus berjalan, dan masih  begitu banyak pertanyaan dari bocahku Maisaan. Fadhl hanya sesekali menyambut pertanyaan, dia lebih asyik melihat dan berkomentar ..

F : bang, ada mobil keren, bang rumahnya besar banget, bang ada kereta lagi ..

 

Kereta tiba di Manggarai, banyak kereta yang ada disana, dan mulai lagi pertanyaan dari Maisaan

M : Ibu, itu kok kereta ga ada kepalanya

Ibu : iya, itu kereta barang, dia sedang mengeluarkan barang2 kiriman dari daerah lain, nanti akan didistribusikan lagi

M : bu, kok kereta yang itu ada asapnya

M : Bu, kenapa kereta itu Cuma ada satu gerbong aja

M : Bu, kenapa kereta yang itu ada orang yang berdiri diatasnya, kan kena listrik nantinya

M : Bu, kenapa kereta kita berhenti nya lama

M : Bu, kapan kita sampainya …

 

Tampak anakku mulai lelah, kereta pun lumayan lama berhenti di Manggarai, menunggu antrian dari Gambir. Mempertimbangkan waktu dan tenaga, aku memutuskan untuk kita turun di Gambir saja, kan tinggal 2 stasiun lagi, dari Gambir akan lanjut naik bus atau kendaraan lain menuju Sudirman.

 

Kereta mulai berjalan perlahan, stasiun Cikini … Stasiun Gondangdia, dan tibalah di Gambir

 

Ibu : ayo mba, mas, kita siap-siap, kita akan turun disini.

Aku memegang Fadhl dan Maisaan, sedangkan mas dan Mba berdiri di belakangku, bapaknya di gerbong lain sudah aku sms untuk turun juga di Gambir. Tampak anak2 begitu exciting menunggu kereta berhenti, lalu pintu terbuka otomatis dan hap…. Satu persatu turun dari kereta. Alhamdulillah….

 

Ibu : PGMF siapppp !!!!

PGMF : Siap bu

Ibu : senang ga, naik kereta ….

PGMF : senang banget bu …

Akhirnya bapak gabung, dan kita turun menuju bus, tapi seperti biasa, ke toilet dulu dong ….

M : Bu, ini stasiun Gambir ya namanya, bagus ya bu, abang rasanya udah pernah kesini, waktu antar nini ya…

M : Bu, orang-orang itu juga nunggu kereta ke Bogor ya, atau ke tempat lain?

M : kenapa tangga jalannya ga jalan? Kenapa orang-orang pada ngerokok, kenapa banyak tukang ojek, kenapa pada rebutan nyamperin kita, kenapa karcisnya ga diminta lagi…

 

Ibu : Anak2, kita ga jadi naik bus, karena agak riskan ibu membawa kalian berempat naik bus

P : kenapa bu

Ibu : ada kemungkinan berdiri, dan nanti harus menyebrang yang jaraknya lumayan jauh, selain itu, ongkosnya juga tidak beda jauh dengan jika kita naik taksi

G : Jadi kita naik taksi ya bu

Ibu : iya, kita naik taksi sampai kantor lama ibu

PGMF : asyikkkkkk ….

 

 Bersambung …. 


pict kereta dari SINI

Plesiran with all my hearts




Hari ini sangat berarti bagi diriku, pelajaran menenangkan hati, menyabarkan diri, dan terpenting adalah ikhlas dan pasrah.

Seperti biasa, tidak ada rencana untuk kemana bersama anak-anak, rencana sebelumnya berantakan oleh sesuatu yang tersirat dalam curhatan ku pagi ini. Dan dikarenakan keharusan untuk menunaikan janji sama kawan untuk bawa dagangan ke kantornya yang jg adalah mantan kantorku, akhirnya aku memutuskan untuk pergi sendiri naek kereta ke Sudirman.
Sebetulnya suami mau anter naek mobil, cuma, berangkat jam 09.00 dari bogor ke jakarta mah sama aja nyari setres , macetnya bakal pol dan bisa-bisa ga kekejar shalat jum'at. Ya akhirnya aku ngalah aja, dan naik kereta adalah pilihan bijak untuk berkendara cepat.

Saat aku beberes, liat wajah anak2, kalau aku pergi sendiri, berarti akan ada ritual penjelasan kenapa aku pergi dan bla bla bla lainnya, haduuhh kok aku ga tega bener ya, mana perasaanku hari ini sedang ancur2an.. Ya sudah, akhirnya aku putuskan akan menghabiskan hari ini bersama mereka, sepuasnya, melupakan gelisah dan resah, hanya bersama mereka.

Saat mendengat kita akan travelling dengan angkutan umum, tentu saja mereka gembira sekali. Rute pun disampaikan, akan kestasiun naik mobil (rencana naik angkot, tp takut pulangnya hujan kasian anak2), trus naik kereta ke kota, lanjut busway ke Sudirman. Semua langsung sibuk beberes dan kita siap berangkat.

Titip mobil di stasiun, beli tiket, asalnya mau ekonomi AC, tapi bujug buneng, penuh beeng, ga tega deh , akhirnya beli Express, langsung masuk krn kereta langsung berangkat, naik di gerbong 1 yang khusus cewek dan anak2, Alhamdulillah dapat duduk walau kepisah, putri ama mas Ghi, aku, ican dan fadhl. Bapaknya terpaksa nongkrong eh diri di gerbong 2, celingak celinguk ngiri liat kita yang duduk... hehehe

Anak2 senang banget di dalam perjalanan, dan seperti biasa, semuaaaaaa ditanyain, dan inilah salah satu perjalanan dimana aku ga bisa tidur.. hihihi.
Karena setelah manggarai kereta sangat melambat, aku putuskan kita berenti di Gambir aja, lanjut naik bis biasa ke Sudirman.
Turun gambir, seperti biasa, setor dulu ke toilet dan keluar stasiun buat nyari bus. Eh udah sampe luar, aku mikir, naek bis ber 6 ongkos 10rb, pake desek2an, pake resiko diri, haduuh ga tega bener , dan taksi lah pilihannya. Pilihan bijak, karena cuma kena 16rb, pake cepat dan aman.

Mampir ke lantai 10 buat ngenterin baju renang pesenan temen sekalian nitip beberapa (mudah2an laku ), dan ga bisa lama2 karena mereka udah pada mau istirahat dan jumat hari krida kan masih berlaku di sana, waktunya para emak2 belanja dan jalan2 ke mall, korupsi waktu yang agak di-syah-kan. Nyari teman di divisi lain, semua jg pada punya kegiatan, ya sudahlah , akhirnya aku, putri dan Fadhl nyari makan siang aja ber tiga, sementaara bapaknya, Mas Ghi dan Bang Ican shalat jumat dimesjid.

Selesai shalat, kita lanjut naik busway eh transjakarta ke kota, untuk lanjut ke Bogor naik kereta. Sampai di kota, mikir, hmmm sayang juga dah kesini tapi ga mampir kota tua, yo wes lah, kita jalan dikit ke kota tua.

Anak2 seneng banget, moto2 di meriam, lari2an bebas gitu di lapangan batu nya, plus keliling museum juga.
Udah puas, akhirnya pulang deh ke Bogor .. naik kereta kembali dan tertidurlah semua...

Alhamdulillah kita senang sekali hari ini ya nak, walau badan ibu ancur rasanya , karena kudu jalan lumayan jauh, tapi ibu bersyukur, keceriaan kalian telah sedikit menghapus kepedihan ibu

Thursday, January 6, 2011

Bawa anak2 keluar kota, naek angkot, kereta, busway, trus mendarat di gd BNI. Banyak pelajaran di spanjang perjalanan... اَلْحَمْدُلِلّهِ..

harusnya ...

Aku ga usah sedih, krn sudah ada yg memberinya senyum
Aku ga usah menangis, krn sdh ada yang memberinya bahagia
Aku ga usah cemburu, karena kebahagiaannya adalah kbahagiaan aku juga .

Namun.
Ketidakberdayaanku.
Ketidakmampuanku.
Belum mampu mewakili inginnya
semua kembali pada materi ...

Kasih sayang. Tenaga, kunjungan,
Masih kurang berarti ketimbang jalan2, rekreasi, makan2, belanja , dll
Dan aku menyerah...
Aku blm mampu utk memberi itu...

Tak mengapa ... Harusnya
Karena itu kenyataannya
Tapi tetap pedih hati ini
Dan sedikit berkata ,
Seandainya .....

Tapi sudahlah, aku begini adanya
Syukurlah masih ada yg bisa memberinya semua.
Aku hanya bisa mendoa ...
Smoga mereka bahagia ...

I love you mom,
-------

Curhat ga penting ditengah Pms dan sensi parah

Wednesday, January 5, 2011

Tidak pernah Puas

Bila tidak pernah puas akan prestasi, akan ilmu, rasanya itu akan sangat bagus sekali. Karena kita akan terus berlari dan mengorek semua apa yang ada sehingga rasa puas itu semakin terasa bisa tercapai walau kenyataannya adalah kepuasan itu semakin menjauh.

Namun beda hal nya dengan materi, ketidakpuasan akan materi hanya akan menjadikan manusia terpuruk dalam nafsu dan terperagkap kembali dalam suatu ketidakpuasan semu. Aku hanya menengok pada diriku sendiri, walau pengkajiannya sempit, setidaknya aku ingin berkaca, betapa ternyata aku masih begitu jauh dari rasa bersyukur dan selalu merasa tidak puas akan tindakan dan apa yang aku rasa.

Sebut saja dikala aku begitu lelah dalam rutinitas keseharian, aku sangat membutuhkan 'me' time, no problem, aku akan mendapatkannya dan ijin suami tidak pernah begitu sulit aku dapatkan. What next .. aku bersenang-senang dengan teman-temanku, tertawa melupakan sejenak kesibukanku di rumah, bercanda seolah semua masalah hilang untuk sesaat, menari, bertindak gila-gilaan seolah lupa akan sesuatu yang masih ada...
What next ... waktu berjalan, saatnya sang putri kembali kepada kenyataan, membuka kembali pintu keseharian dan bergulat kembali dengan kesibukan, masalah, kearifan, kesabaran, ketabahan, dan kepatuhan.
And here we go again.... with the same situation ... dan kembali bosan .. lelah ... letih... aku butuh 'me' time ... padahal satu haripun belum selesai berlalu dari 'me' time  terdahulu.

Masalah liburan, tiap anak rasanya sudah tersetting bahwa liburan=jalan-jalan, apapun yang dilakukan orangtuanya untuk mengisi liburannya, maka selalu membosankan. Creativity activity, cooking with love, gardening, playing word, dan beragam kegiatan lain tetap tak terasa sebelum dilakukan kegiatan keluar rumah.
Oke, no problem, kita keluar  rumah, antar ibu belanja bulanan ... heeeeee itu mah bukan jalan-jalan ibuuuuuu .... oke, kita makan di luar,  Alhamdulillah semua tersenyum, tertawa ... 
Time to go home ...  lapar lagi ... dan apa yang terjadi tadi terlupakan ... aku belum merasakan liburan ..

Oke, kita pergi ke luar kota, ke rumah eyang dengan dalih mencari suasana yang berbeda, we have different moment, different routinity, different situation. Nonton TV, cari makanan dengan anggaran tipis, ngobrol, nonton lagi ..... ahhhh bosan ..

Kembali lagi ke rumah, ingin jalan bersama teman .. silahkan, pergilah mencari kebebasan sementaramu, mengisi waktu yang membosankan bagimu, meluangkan waktu sebelum jadwal sekolah kembali menjeratmu, mengumbar tawa menghilangkan resah.... bebas .... 
namun tetap tidak puas..

Ah, liburan tinggal sebentar lagi, aku belum melakukan apa-apa ... bosann ...

Apapun yang dilakukan akan lenyap tersimpan dalam memori singkat, ada yang berkesan namun kebanyakan terlewat, menjadi kisah keseharian yang tidak membekas. 
Karena manusia selalu kurang puas....

oo000oo

Apapun yang aku lakukan, selalu kurang dimataku 
Namun semua tentang materi dan perasaan
Sadar, sadar sekali bahwa bukan begitu seharusnya
Aku harus menempatkan ke tidak puasan itu akan ilmu dan ibadah
Aku harus takut akan sesuatu yang pasti 
yaitu MATI ...


PICT ambil dari SINI 

Sunday, January 2, 2011

Merindunya

Diary 03012011

Sudah 4 hari Putri dibawa bu'de nya ke Bandung, sebetulnya ada acara nikahan saudara, tapi karena kondisi Fadhl sedang kurang fit, dan suami juga ada pekerjaan disini serta beberapa pertimbangan lainnya, akhirnya pihak keluarga kecil kami di wakili oleh Putri saja.

Putri memang sejak kecil terbiasa tinggal dan menginap di rumah keluarga, sewaktu bayi, saat aku terpaksa dinas ke Yogya selama 3 bulan, Putri yang saat itu berusia 2 bulan, terpaksa diungsikan dan tinggal di rumah bu'denya di Cimanggis. Mungkin karena itu pulalah, ada ikatan batin antara putri dan keluarga suamiku itu. 

Sejak liburan kemarin, memang kami tidak merencanakan liburan kemanapun, kondisi kami memang belum memungkinkan untuk berlibur, biaya, waktu, dan beberapa alasan lain. Walau sebetulnya kami tetap mengisi liburan di rumah dengan beberapa hal, namun ternyata bagi anak-anak, mind set liburan itu keluar kota, jalan-jalan, ber-rekreasi, itu sudah tertanam entah dari mana. Walau kami sudah memberi pengertian,namun sekali lagi , media komunikasi sosial seperti FB, internet, televisi, memberi informasi bahwa liburan itu adalah pergi ... tanpa mereka paham bahwa untuk pergi berarti ada dana tambahan.

Aku bukannya meniadakan rizki yang aku punya, namun terus terang , saat ini anggaran untuk rekreasi itu tidak ada, kami sedang berjuang mengumpulkan dana demi biaya uang masuk sekolah dua anak kami, kami pun baru merangkak lagi memperjuangkan toko kami, berbenah lagi, mencari jalan rizki yang sesuai dengan prinsip kami.  Dan itu butuh konsentrasi yang kuat, dan mungkin yang menyedihkan adalah bahwa aku terpaksa melibatkan mereka dalam pengencangan ikat pinggang.

Harusnya tidak ada masalah dengan itu , toh kami membiasakan anak kami unutk selalu melihat ke bawah,  liburan dan kesenangan bukan melulu hura-hura, bukan selalu ke taman rekreasi berbudget ratusan ribu per orang, tapi liburan bisa dimanfaatkan di rumah, membuat kue bersama, berkreasi bersama, mencari kegiatan yang melibatkan semua. 

Namun, anak-anak adalah anak-anak, Putri yang sempat mengenyam kenikmatan sesaat itu, masih menuntut liburan dalam bentuk lain, dan aku menyerah, aku belum bisa menuntaskan inginnya. 
Jadilah, saat bu;denya mengajaknya ke Bandung, aku tidak melarangnya sama sekali, selama memang dia menginginkan itu, aku ijinkan, dan dia harus tahu konsekwensinya, bahwa disana tidak ada ibu, harus mengurus pakaian sendiri, main sendiri, dan melakukan kegiatan sendiri. Dia menerima resiko itu, dan pergilah dia dengan aku yang hanya bisa mengantarnya ke rumah Cimanggis.

Rasa sepi, pasti ada, walau masih ada 3 bocah heboh di rumah, kehilangan sementara anak gadisku sangat terasa. Gadis yang biasa aku tegur dikala dia mengemut makanannya, gadis yang selalu aku tegur untuk menunaikan shalatnya, gadis yang selalu aku mintakan pertolongan jika aku sedang melakukan pekerjaan lain. Aku sepi ... terasa sekali.... namun ini adalah resiko bagiku.... tidak mengapa, sebagai ajang latihan dikala tahun depan dia harus menjalani kehidupan sendirinya di pesantren.

Aku sengaja memberinya HP, sebagai media komunikasi kami berdua, dan setiap saat, kami saling memberi kabar, menanyakan kegiatan, bercanda dengan bahasa kata yang ternyata mampu mengungkap bahwa kami begitu kehilangan, bahwa kehidupan berjalan dengan tak sama, aku tanpanya, dan dia tanpaku.

Hari ini dia mengungkapkan kerinduan dan ketidaksabarannya untuk kembali padaku, malam nanti dia baru akan pulang ke Jakarta, semoga perjalanan lancar ya nak , ibu akan menjemputmu esok hari, di waktu yang tepat usiamu beranjak 11 tahun. 



Ibu merindukan kamu cintaku...
Ibu selalu mendoakan kamu..
Segala kebaikan untuk dirimu..


Saturday, January 1, 2011

seperti dihukum

"Bu, aku kan ga salah apa-apa, kenapa aku seperti dihukum sih" tiba2 fadhl berucap kala aku sedang sibuk di belakang
"Maksud ade apa ? Ibu ga merasa hukum ade kok, ade memang ga salah apa-apa" Aku menghentikan olahraga air ku sejenak dan mendekati Fadhl.
"Iya, tp kenapa aku seperti dihukum, aku ga boleh ikut mas abang main di luar, aku ga boleh mandi sendiri, aku ga boleh teriak2, aku ga boleh main air, itu kan sama aja aku dihukum bu ... "
"Ya ampun adeee... Itu bukan hukuman de, tp karena ade lagi kurang sehat, lihat badan ade masiih demam, batuk ade masih seperti itu, obatnya kan ade udah tau, apa coba obatnya .... "
"Banyak minum ama istirahat ya bu "
"Nah itu pinter, ade blm boleh main di luar karena udaranya kurang bagus, dan ade sedang krg sehat, nanti kumannya lebih mudah masuk lagi ke ade, ade ga boleh teriak2 karena tenggorokan ade sedang sakit, semakin ade teriak, akan semakin gatal, dan akan lebih lama sembuhnya. .mengerti ga ade ? " Aku mencoba mengingatkan dia akan kondisinya
"Iya sih bu, tapi aku bosan di rumah, aku mau main di luar ama mas abang"
"Mas abang nanti ibu suruh pulang ya, main di rumah aja sama ade, gimana ? Atau ade nemenin bunda aja di sini atau main game atau nonton cd, gimana ? " Ucapku memberi penawaran
"Ya udah deh bu, biarin aja mas abang main di luar, aku mau nonton cd aja, tapi nontonnya di tangan ibu ". Jhiaaa die malah nawar
"Ya udah, ibu cuci tangan dulu ya..."
Bye2 cucian yang menumpuk, my baby boy lagi butuh tanganku buat jadi sandaran saat tidur sambil nonton tipi, ini adalah posisi favorit dia ..

Dan disinilah aku, sambil nemenin bocahku yang masih terbatuk2, nonton film apa tau judulnya di RCTI, emaknya sambil posting deh lewat hape... ‎​​‎​‎​ƗƗɐƗƗɐƗƗɐƗƗɐƗƗɐƗƗɐ

~~

Terkadang anak2 memiliki persepsi sendiri atas tindakan yang kita lakukan terhadap mereka. Disini harusnya kita mampu berkomunikasi kepada mereka.
Penerapan aturan tanpa penjelasan, akan membuat mereka berfikir dengan caranya, dan tak jarang mereka berpikir bahwa aturan itu dilakukan karena orangtua nya tidak sayang, atau menghukum mereka ...

Semoga aku bisa lebih bijak kepda anak2ku dan jangan sampai mereka berpikiran bahwa kita adalah orangtua yang tanpa penjelasan ..