"Ketika orang merasa tidak nyaman dan merasa terancam dengan keberadaan saya, saya akan mundur."
aku sangat terusik dengan tulisannya ini, walau aku tidak mengerti dengan pasti kondisi dia shingga menuliskan perasaannya seperti itu, tapi menyerah karena pendapat orang lain, bagi ku kok seperti menyerah ya.
Selama aku tidak melakukan kesalahan, selama aku melakukan sesuatu sesuai jalur , selama aku tidak menyakiti orang lain, maka peduli dengan pendapat orang lain tentang aku, peduli dengan kecemburuan orang lain tentang prestasiku, peduli dengan cemoohan orang lain karena ternyata aku bisa lebih maju dari mereka. Itu menurutku pribadi loh.. karena aku bukan tipe yang bisa mundur karena orang lain. Aku akan mundur karena prinsipku sendiri, bukan karena tudingan orang lain, bukan karena keterpojokan diriku akan suatu situasi.
Menurut pendapat teman gimana ? Ikhlas kah untuk mundur karena ketidaknyamanan orang lain ?
selama yang kita lakukan itu -kita rasa- ada di jalur yang benar, jangan terlalu hirau akan komentar (miring) orang.
ReplyDelete*jadi merenung...
ReplyDeleteSepertinya aku orangnya cuek, mba... Jadi sering ngga ambil pusing kata orang... Selama yang aku lakukan itu benar...
Masalahnya knp dia berpraduga dmikian mb? Kalo aku mah, akan mundur kalo yg dilakuin sudah ngusik nuraniku..slama aku gak melakukan hal yg salah, ya hajar ajah, jalan teruss
ReplyDeletepeduli atau tidak peduli, Va? hehehe.
ReplyDeleteKalau peduli, berarti sama denganku. Aku terlalu sadar diri dengan ketidaknyamanan orang lain, jadi introspeksi deh. Tapi kalau aku tidak merasa melakukan kesalahan, ya... masa bodo lah mereka. :)
tergantung sikon sih
ReplyDeletekita belom tau kondisinya kaya gimana dulu ya ...
ReplyDeletetapi kalau aku .. mungkin akan sama seperti temenmu :) hihihi.. apalagi kalau yg sampe ngerasa terancam dan gak nyaman adalah seseorang yg dekat dgn daku ...
jika itu demi mashlahat(kebaikan tuk semua), dee rasa kita lebih baik mengalah,mba..yg mengalah bukan berati salah /kalah. Bumi Allah itu sangat luas, terkadang kita bisa diterima di negeri asing dibanding negeri kita sendiri,wallahu'allam
ReplyDeletemmg cobaan di dunia pekrjaan itu bisa begitu memojokkan ya mas, kadang yang benar pun bisa tersingkir oleh ketidak nyamanan orang lain
ReplyDeleteapakah mungkin situasinya sudah akumulatif? Mungkin kedua belah pihak sudah sama-sama merasa sangat tidak nyaman.
ReplyDeleteiya, begitu jg aku... td sempat memikirkan unutk beberapa kondisi, mungkin jika suatu kondisi itu benar2 akhirnya memojokkan diriku, bisa jadi aku keluar dri lingkungan itu, tp bukan mundur sih , hanya memperjuangkan dan menunjukkan bahwa dia salah
ReplyDeletedr bbrp statusnya , aku bisa sedikit menyimpulkan bahwa ada kecemburuan dalam pekrjaan, dia anak baru yg dipercaya boss untuk melakukan sesuatu yang besar, lalu timbulah kecemburuan dr orang lama, menuduh bahwa dia menjilat dsb..
ReplyDeleteAku pribadi , jika dlm kondisi demikian, malah akan menunjukkan bahwa aku begini krn prestasiku, bkan sprt tuduhan mereka
iya teh , aku pun berpendapat demikian ke temanku itu, intropeksi, jika mmg yakin dg apa yg dijalaninya adalah kebenaran, jangan mau untuk mundur dan menyenangkan pihak2 yg justru memojokkan itu. Bukankah dengan kemunduran kita malah akan menunjukkan tuduhan mereka benar adanya ?
ReplyDeletebetul mba... akupun td memposisikan pd berbagai situasi, jika prinsip, dan aku tidak salah (menurutku), aku ttp akan bertahan. Tp jika ternyata cobaan itu malah menimbulkan keburukan pada lingkungan, mungkin aku akan memikirkan jalan lain, tapi bukan mundur
ReplyDeletetiap priabadi punya pandangan dan pendapat sendiri, temanku pun begitu, dia bilang bukan masalah menang atau kalah, tp dia tdk kuat dengan kondisi, waalu dia merasa benar
ReplyDeletebtw, mbak eva masih di bni?
ReplyDeletebetul dee .. krn itu aku masih terus merenungi . Namun untuk mengalah, bukankah butuh suatu perjuangan terlebih dahulu
ReplyDeletebisa jadi, sudah terakumulasi , smg keputusannya adalah yang tepat, walau aku berharap dia masih mau berjuang untuk dirinya
ReplyDeleteudah setahun kan mas brenti ... bebas dari rasa beginian .. hehehe
ReplyDeleteterlepas maju ata mundur,
ReplyDeleteyang musti aku lakukan pertama kali adalah mengkonfirmasi bentuk keterancaman itu sendiri, disini bisa dijadikan media komunikasi dan klarifikasi juga, pun bertanya perihal "apakah bener ngancem kita...?"
Selanjutnya tentang jawaban pun tanggapan semuanya juga musti kita renungi dalam rangka instropeksi... kalolah kenyataannya dalam hening renungan itu saya menemukan perihal salah pada diri, dengan tanpa sungkan apalagi sok menjaga gengsi, saya tak pernah merasa malu untuk minta maaf diforum umum sekalipun....
kalolah masih berlanjut dan dianggap sebelah mata, barulah kita mundur secara perlahan, Kita mau mundur khan itu karena sudah tak terjalin satu nilai keakraban yang sama sekali bukan karena niatan kita.
So silahkan dinilai, siapa yang berlaku dewasa dan siapa yang bertingkah kekanak-kanakan...
jadi, ini cerita di tempat kerja mana?
ReplyDeleteKalo aku cenderung akan tetap berjalan di jalurku Bund, selama aku merasa apa yang aku lakukan di mata pandangan standar orang lain tidak mengganggu, i'll keep moving on :)
ReplyDeletelah kan ini cerita temenku mas... :)
ReplyDeletebetul mas tri ... stlh aku memposisikan diri pd kondisinya, mmg begitu yang lebih aman ya , krn segala sesuatu pasti ada pemicu, belum tentu langkah yang kita yakini benar, bisa membuat orang lain merasakan yang hal yg benar.
ReplyDeleteintropeksi, komunikasi, dan jangan memaksakan diri
idealnya mmg sprt itu ya, tp stlh aku pikirkan ternyata mungkin saja tdk selamanya berkeras diri dengan keyakinan adalah hal yang bijak...
ReplyDeletekalau kita benar, kuat-kuatan sabar aja...
ReplyDelete(anggep ini testing)
Pakai hp tulisannya nggak kebaca, Mbak, tapi menurutku sih memang ada kalanya lebih baik mengalah.
ReplyDeleteups, kurang menyimak. kirain mbak eva. ;))
ReplyDeletemenurutku point-point yang mBak Eva sebutkan itulah kunci tatkala kita mau bersikap bijak mBakk....
ReplyDeletesaat kita menilai diri sendiri ada kecenderungan (dominasi) atas kelebihan diri, tak mau bisa jujur mengakui kekurangan, maka itu peran orang lain sangat kita butuhkan demi merenungi diri disini.Dan dari sini bukankah bakalan obyektiv khan hasilnya...?
Hanya saja prinsip ya teteup prinsip, itu sudah tak bisa ditawar lagi, dan teman (patner) yang dewasa kurasa bakalan bisa menghargai pun menerima ini.
halah, mangap mbakkkk, terlalu serius nihh....
*nyimak sajahlah..*
ReplyDeletedunia kerja masih blom pengalaman soalnya
Yang sudah2 pilih ambil jalan aman, menyendiri dengan kesibukan hobi atau berbaur dengan teman2 yg lain. Kan temen bukan dia2 saja toh ..
ReplyDeleteKalo yg komplen cuma 1, kenapa harus ngalah kalo merasa benar. Kalo yg komplen banyak, baru deh introspeksi
ReplyDeleteHarus tahu dulu apa masalahnya, mungkin apa yg dialami oleh teman mb.Eva memang berat untuk ukuran dia. Tapi memang ada tipe orang yg gampang mengeluh, gampang berputus asa. Jadi, sebagai org terdekatnya tentu mb.Eva lebih tahu bgm kondisinya.
ReplyDeleteSemoga apa yg tengah menjadi bebannya segera diangkat oleh Allah ya mbak
Menyimak ya mbk Eva:)
ReplyDeleteKomen2nya dr teman2 sudah mewakili isi pembahasan dr tulisan diatas:-)
sepakat sama kata2 mbakeva yang itu tuh.. ada tipe orang yang menganggap gelas itu separoh kosong, ada yang bilang gelas itu separoh penuh.. nah yang pasang status kayanya mikirnya separoh kosong, jadi penyerah demi disenangi orang.. tapi yaaaaah ku ga tahu sebabnya dia bikin status kaya gitu.. kalu emang pendapat kita ga disukai orang, sah2 saja toh, masa demi disukai orang kita kudu iya-iya dimanamana..
ReplyDeleteTidak.
ReplyDeletesipp .. disini senangnya bisa diskusi...
ReplyDeleteotrie kalo serius mantep juga toh
tp bisa cape hati loh
ReplyDeleteudah dirubah lagi colournya leil ....
ReplyDeletesbtlnya di dunia harian jg sering kok .. dapat ranking 1 , trus di cemburuin temen, krn yakin dia bisa lebih hebat dari kita, trus kita dituduh main belakang ama guru, di pojok2in, sampai kita ga tahan dan keluar dari kelas itu... ada loh yang pernah kaya gini
ReplyDeletebener, makanya kalo emang yakin ama apa yang kita lakukan, sbaiknya tetap teguh, tp ya pertama kudu intropeksi dulu lah
ReplyDeletekayaknya sih kasus temenku itu, dari satu menjadi banyak, pengaruh lahhh
ReplyDeletesemua mmg tergantung masalah, dan apa yang kita pikirkan belum tentu begitu kenyataan yang sebenarnya... temanku sih ga crita@ amat, krn itu aku cuma meraba dari kumpulan statusnya
ReplyDeletebetul, jd bahan pertimbangan yg bagus ya
ReplyDeletespertinya gitu mba... at least aku sdh kasih pendapatku ke dia , kudu intropeksi untukmengetahui kondisi apa sebenarnya
ReplyDeletebaru baca komen2 diatas.. kalu emang pegawe baru dan merasa terancam gegara senioritas, kayanya kudu adaptasi sama budaya kantor deh.. say hello sama senior disana.. gaul dikit.. kerja tetap asik.. toh yang dituntut kantor bukan senioritas tapi prestasi kerja, cuma itu "tahu" budaya kantornya dulu..
ReplyDeletega enak kan mbak kalu kudu menyenangkan semua orang.. cape sendiri.. stres sendiri..
Susahnya tinggal di Indonesia, segelintir orang yang ngerepotin masalah orang lain, lantas dipikirin kemudian mengorbankan diri buat segelintir orang itu...
ReplyDeleteKayaknya Pak Mario Teguh akan komentar..
ReplyDeleteIkhlas itu adalah keteguhan kita dalam mempertahankan prinsip..
Jadi ngapain Mundur..???
Bohong ding, ini koment ku ..:-)
Benar Bunda Eva ttg intropeksi, dng intropeksi maka saya ambil langkah aman ;)
ReplyDeleteKarena biasanya hanya karena beda pendapat, misalnya tentang susu anak, obat2an anak juga pendidikan anak.
Pemikiran saya mencelat sendiri, dan bahkan atasan saya sendiri (di kantor yg dulu) mengatakan : kalau cari ide ke dinar, biasanya dia ini pemikirannya out of the box.
Ya begitulah, daripada memaksakan pendapat saya yg di luar kebiasaan maka cari amannya tapi tetap bertemanlah walau ga selalu harus geng gong utk makan siang dll, teman lain jg ada.
Terggantung konteksnya
ReplyDeleteHihi maap blm baca komen semuanya mb, pake hp susahhhh xixixx pulang ke rumah inet mati semua belom dibayar wkwkwkkk ditinggal lama gak keurus keciyan deee
Oot : udah sampai rumah cici Ari ? (Panggilan disesuaikan :D)
ReplyDeletekalau saya sih...tergantung tipe kepribadiannya, ada yang 'suka' berbenturan, tapi ada yang sengaja 'menjauhinya', kalau tipe terakhir, nggak masalah, dengan mundur ia mengamankan diri sendiri daripada terluka lebih dalam lagi...
ReplyDeletenumpang nyimak ya mb Eva .....
ReplyDeletebaca status di atas kalau gak ngerti ini ngomongin posisi di kerjaan atau di pertemanan, tanggapannya bisa sangat berbeda.
saya setuju sama pendapat mas Syamsul, karena saya menilai diri saya sbg tipe yg tidak suka berbenturan.
jika ketemu orang2 agresif dan suka nabrak, saya lebih milih menghindari, mungkin bagi orang lain dianggap mundur, sebenarnya saya nyari jalan lain yg minim benturan :)
Thanks buat sharingnya, jadi pembelajaran juga ...
ReplyDeletemay be yes may be no..
ReplyDelete