Monday, December 20, 2010

Pendapat Orang

Sedang merenungi status seseorang terdekat ku, dia menuliskan seperti ini : 

"Ketika orang merasa tidak nyaman dan merasa terancam dengan keberadaan saya, saya akan mundur."

aku sangat terusik dengan tulisannya ini, walau aku tidak mengerti dengan pasti kondisi dia shingga menuliskan perasaannya seperti itu, tapi menyerah karena pendapat orang lain, bagi ku kok seperti menyerah ya.

Selama aku tidak melakukan kesalahan, selama aku melakukan sesuatu sesuai jalur , selama aku tidak menyakiti orang lain, maka peduli dengan pendapat orang lain tentang aku, peduli dengan kecemburuan orang lain tentang prestasiku, peduli dengan cemoohan orang lain karena ternyata aku bisa lebih maju dari mereka. Itu menurutku pribadi loh.. karena aku bukan tipe yang bisa mundur karena orang lain. Aku akan mundur karena prinsipku sendiri, bukan karena tudingan orang lain, bukan karena keterpojokan diriku akan suatu situasi.

Menurut pendapat teman gimana ? Ikhlas kah untuk mundur karena ketidaknyamanan orang lain ? 



54 comments:

  1. selama yang kita lakukan itu -kita rasa- ada di jalur yang benar, jangan terlalu hirau akan komentar (miring) orang.

    ReplyDelete
  2. *jadi merenung...

    Sepertinya aku orangnya cuek, mba... Jadi sering ngga ambil pusing kata orang... Selama yang aku lakukan itu benar...

    ReplyDelete
  3. Masalahnya knp dia berpraduga dmikian mb? Kalo aku mah, akan mundur kalo yg dilakuin sudah ngusik nuraniku..slama aku gak melakukan hal yg salah, ya hajar ajah, jalan teruss

    ReplyDelete
  4. peduli atau tidak peduli, Va? hehehe.
    Kalau peduli, berarti sama denganku. Aku terlalu sadar diri dengan ketidaknyamanan orang lain, jadi introspeksi deh. Tapi kalau aku tidak merasa melakukan kesalahan, ya... masa bodo lah mereka. :)

    ReplyDelete
  5. kita belom tau kondisinya kaya gimana dulu ya ...

    tapi kalau aku .. mungkin akan sama seperti temenmu :) hihihi.. apalagi kalau yg sampe ngerasa terancam dan gak nyaman adalah seseorang yg dekat dgn daku ...

    ReplyDelete
  6. jika itu demi mashlahat(kebaikan tuk semua), dee rasa kita lebih baik mengalah,mba..yg mengalah bukan berati salah /kalah. Bumi Allah itu sangat luas, terkadang kita bisa diterima di negeri asing dibanding negeri kita sendiri,wallahu'allam

    ReplyDelete
  7. mmg cobaan di dunia pekrjaan itu bisa begitu memojokkan ya mas, kadang yang benar pun bisa tersingkir oleh ketidak nyamanan orang lain

    ReplyDelete
  8. apakah mungkin situasinya sudah akumulatif? Mungkin kedua belah pihak sudah sama-sama merasa sangat tidak nyaman.

    ReplyDelete
  9. iya, begitu jg aku... td sempat memikirkan unutk beberapa kondisi, mungkin jika suatu kondisi itu benar2 akhirnya memojokkan diriku, bisa jadi aku keluar dri lingkungan itu, tp bukan mundur sih , hanya memperjuangkan dan menunjukkan bahwa dia salah

    ReplyDelete
  10. dr bbrp statusnya , aku bisa sedikit menyimpulkan bahwa ada kecemburuan dalam pekrjaan, dia anak baru yg dipercaya boss untuk melakukan sesuatu yang besar, lalu timbulah kecemburuan dr orang lama, menuduh bahwa dia menjilat dsb..
    Aku pribadi , jika dlm kondisi demikian, malah akan menunjukkan bahwa aku begini krn prestasiku, bkan sprt tuduhan mereka

    ReplyDelete
  11. iya teh , aku pun berpendapat demikian ke temanku itu, intropeksi, jika mmg yakin dg apa yg dijalaninya adalah kebenaran, jangan mau untuk mundur dan menyenangkan pihak2 yg justru memojokkan itu. Bukankah dengan kemunduran kita malah akan menunjukkan tuduhan mereka benar adanya ?

    ReplyDelete
  12. betul mba... akupun td memposisikan pd berbagai situasi, jika prinsip, dan aku tidak salah (menurutku), aku ttp akan bertahan. Tp jika ternyata cobaan itu malah menimbulkan keburukan pada lingkungan, mungkin aku akan memikirkan jalan lain, tapi bukan mundur

    ReplyDelete
  13. tiap priabadi punya pandangan dan pendapat sendiri, temanku pun begitu, dia bilang bukan masalah menang atau kalah, tp dia tdk kuat dengan kondisi, waalu dia merasa benar

    ReplyDelete
  14. betul dee .. krn itu aku masih terus merenungi . Namun untuk mengalah, bukankah butuh suatu perjuangan terlebih dahulu

    ReplyDelete
  15. bisa jadi, sudah terakumulasi , smg keputusannya adalah yang tepat, walau aku berharap dia masih mau berjuang untuk dirinya

    ReplyDelete
  16. udah setahun kan mas brenti ... bebas dari rasa beginian .. hehehe

    ReplyDelete
  17. terlepas maju ata mundur,
    yang musti aku lakukan pertama kali adalah mengkonfirmasi bentuk keterancaman itu sendiri, disini bisa dijadikan media komunikasi dan klarifikasi juga, pun bertanya perihal "apakah bener ngancem kita...?"

    Selanjutnya tentang jawaban pun tanggapan semuanya juga musti kita renungi dalam rangka instropeksi... kalolah kenyataannya dalam hening renungan itu saya menemukan perihal salah pada diri, dengan tanpa sungkan apalagi sok menjaga gengsi, saya tak pernah merasa malu untuk minta maaf diforum umum sekalipun....

    kalolah masih berlanjut dan dianggap sebelah mata, barulah kita mundur secara perlahan, Kita mau mundur khan itu karena sudah tak terjalin satu nilai keakraban yang sama sekali bukan karena niatan kita.

    So silahkan dinilai, siapa yang berlaku dewasa dan siapa yang bertingkah kekanak-kanakan...

    ReplyDelete
  18. jadi, ini cerita di tempat kerja mana?

    ReplyDelete
  19. Kalo aku cenderung akan tetap berjalan di jalurku Bund, selama aku merasa apa yang aku lakukan di mata pandangan standar orang lain tidak mengganggu, i'll keep moving on :)

    ReplyDelete
  20. lah kan ini cerita temenku mas... :)

    ReplyDelete
  21. betul mas tri ... stlh aku memposisikan diri pd kondisinya, mmg begitu yang lebih aman ya , krn segala sesuatu pasti ada pemicu, belum tentu langkah yang kita yakini benar, bisa membuat orang lain merasakan yang hal yg benar.
    intropeksi, komunikasi, dan jangan memaksakan diri

    ReplyDelete
  22. idealnya mmg sprt itu ya, tp stlh aku pikirkan ternyata mungkin saja tdk selamanya berkeras diri dengan keyakinan adalah hal yang bijak...

    ReplyDelete
  23. kalau kita benar, kuat-kuatan sabar aja...

    (anggep ini testing)

    ReplyDelete
  24. Pakai hp tulisannya nggak kebaca, Mbak, tapi menurutku sih memang ada kalanya lebih baik mengalah.

    ReplyDelete
  25. ups, kurang menyimak. kirain mbak eva. ;))

    ReplyDelete
  26. menurutku point-point yang mBak Eva sebutkan itulah kunci tatkala kita mau bersikap bijak mBakk....
    saat kita menilai diri sendiri ada kecenderungan (dominasi) atas kelebihan diri, tak mau bisa jujur mengakui kekurangan, maka itu peran orang lain sangat kita butuhkan demi merenungi diri disini.Dan dari sini bukankah bakalan obyektiv khan hasilnya...?

    Hanya saja prinsip ya teteup prinsip, itu sudah tak bisa ditawar lagi, dan teman (patner) yang dewasa kurasa bakalan bisa menghargai pun menerima ini.

    halah, mangap mbakkkk, terlalu serius nihh....

    ReplyDelete
  27. *nyimak sajahlah..*

    dunia kerja masih blom pengalaman soalnya

    ReplyDelete
  28. Yang sudah2 pilih ambil jalan aman, menyendiri dengan kesibukan hobi atau berbaur dengan teman2 yg lain. Kan temen bukan dia2 saja toh ..

    ReplyDelete
  29. Kalo yg komplen cuma 1, kenapa harus ngalah kalo merasa benar. Kalo yg komplen banyak, baru deh introspeksi

    ReplyDelete
  30. Harus tahu dulu apa masalahnya, mungkin apa yg dialami oleh teman mb.Eva memang berat untuk ukuran dia. Tapi memang ada tipe orang yg gampang mengeluh, gampang berputus asa. Jadi, sebagai org terdekatnya tentu mb.Eva lebih tahu bgm kondisinya.
    Semoga apa yg tengah menjadi bebannya segera diangkat oleh Allah ya mbak

    ReplyDelete
  31. Menyimak ya mbk Eva:)

    Komen2nya dr teman2 sudah mewakili isi pembahasan dr tulisan diatas:-)

    ReplyDelete
  32. sepakat sama kata2 mbakeva yang itu tuh.. ada tipe orang yang menganggap gelas itu separoh kosong, ada yang bilang gelas itu separoh penuh.. nah yang pasang status kayanya mikirnya separoh kosong, jadi penyerah demi disenangi orang.. tapi yaaaaah ku ga tahu sebabnya dia bikin status kaya gitu.. kalu emang pendapat kita ga disukai orang, sah2 saja toh, masa demi disukai orang kita kudu iya-iya dimanamana..

    ReplyDelete
  33. sipp .. disini senangnya bisa diskusi...
    otrie kalo serius mantep juga toh

    ReplyDelete
  34. udah dirubah lagi colournya leil ....

    ReplyDelete
  35. sbtlnya di dunia harian jg sering kok .. dapat ranking 1 , trus di cemburuin temen, krn yakin dia bisa lebih hebat dari kita, trus kita dituduh main belakang ama guru, di pojok2in, sampai kita ga tahan dan keluar dari kelas itu... ada loh yang pernah kaya gini

    ReplyDelete
  36. bener, makanya kalo emang yakin ama apa yang kita lakukan, sbaiknya tetap teguh, tp ya pertama kudu intropeksi dulu lah

    ReplyDelete
  37. kayaknya sih kasus temenku itu, dari satu menjadi banyak, pengaruh lahhh

    ReplyDelete
  38. semua mmg tergantung masalah, dan apa yang kita pikirkan belum tentu begitu kenyataan yang sebenarnya... temanku sih ga crita@ amat, krn itu aku cuma meraba dari kumpulan statusnya

    ReplyDelete
  39. betul, jd bahan pertimbangan yg bagus ya

    ReplyDelete
  40. spertinya gitu mba... at least aku sdh kasih pendapatku ke dia , kudu intropeksi untukmengetahui kondisi apa sebenarnya

    ReplyDelete
  41. baru baca komen2 diatas.. kalu emang pegawe baru dan merasa terancam gegara senioritas, kayanya kudu adaptasi sama budaya kantor deh.. say hello sama senior disana.. gaul dikit.. kerja tetap asik.. toh yang dituntut kantor bukan senioritas tapi prestasi kerja, cuma itu "tahu" budaya kantornya dulu..

    ga enak kan mbak kalu kudu menyenangkan semua orang.. cape sendiri.. stres sendiri..

    ReplyDelete
  42. Susahnya tinggal di Indonesia, segelintir orang yang ngerepotin masalah orang lain, lantas dipikirin kemudian mengorbankan diri buat segelintir orang itu...

    ReplyDelete
  43. Kayaknya Pak Mario Teguh akan komentar..
    Ikhlas itu adalah keteguhan kita dalam mempertahankan prinsip..
    Jadi ngapain Mundur..???
    Bohong ding, ini koment ku ..:-)

    ReplyDelete
  44. Benar Bunda Eva ttg intropeksi, dng intropeksi maka saya ambil langkah aman ;)
    Karena biasanya hanya karena beda pendapat, misalnya tentang susu anak, obat2an anak juga pendidikan anak.
    Pemikiran saya mencelat sendiri, dan bahkan atasan saya sendiri (di kantor yg dulu) mengatakan : kalau cari ide ke dinar, biasanya dia ini pemikirannya out of the box.
    Ya begitulah, daripada memaksakan pendapat saya yg di luar kebiasaan maka cari amannya tapi tetap bertemanlah walau ga selalu harus geng gong utk makan siang dll, teman lain jg ada.

    ReplyDelete
  45. Terggantung konteksnya
    Hihi maap blm baca komen semuanya mb, pake hp susahhhh xixixx pulang ke rumah inet mati semua belom dibayar wkwkwkkk ditinggal lama gak keurus keciyan deee

    ReplyDelete
  46. Oot : udah sampai rumah cici Ari ? (Panggilan disesuaikan :D)

    ReplyDelete
  47. kalau saya sih...tergantung tipe kepribadiannya, ada yang 'suka' berbenturan, tapi ada yang sengaja 'menjauhinya', kalau tipe terakhir, nggak masalah, dengan mundur ia mengamankan diri sendiri daripada terluka lebih dalam lagi...

    ReplyDelete
  48. numpang nyimak ya mb Eva .....
    baca status di atas kalau gak ngerti ini ngomongin posisi di kerjaan atau di pertemanan, tanggapannya bisa sangat berbeda.
    saya setuju sama pendapat mas Syamsul, karena saya menilai diri saya sbg tipe yg tidak suka berbenturan.
    jika ketemu orang2 agresif dan suka nabrak, saya lebih milih menghindari, mungkin bagi orang lain dianggap mundur, sebenarnya saya nyari jalan lain yg minim benturan :)

    ReplyDelete
  49. Thanks buat sharingnya, jadi pembelajaran juga ...

    ReplyDelete