Thursday, August 19, 2010

[Pindah Rumah] Dari mobil pribadi sampe Truk


Sudah menjadi prinsipku bahwa aku harus hidup mandiri, sejak kecil hal itu sudah tertanam dalam diriku.  Hal itu pulalah yang harus aku tekankan kepada pasangan hidupku, bahwa kehidupan rumah tangga adalah suatu kehidupan baru yang mengharuskan kita mandiri, memulai perjalanan dari titik terbaru , dengan keputusan hidup di lakukan berdua walau tidak mengesampingkan pengaruh keluarga besar didalamnya.

Saat aku masih belum memutuskan menikah, aku sudah mempersiapkan segalanya. Dengan gaji magang, aku nekat untuk membeli rumah walau DP masih minjam sama ayah tercinta yang selalu mendukung segala keputusan ku. Cari rumah dengan budget minim lumayan susah, dan akhirnya pilihan ke sebuah perumahan baru daerah Serpong, tepatnya di dekat Puspitek . Sebetulnya ga kebayang juga sih punya rumah jauh begitu, tapi ya kok sreg aja , jadi aku ambil lah rumah disitu walau masih dalam tahap pembangunan, toh aku belum akan menempatinya juga.

Setelah menikah , rumah Serpong belum layak kami huni karena perumahannya masih terlalu sepi dan orangtuaku belum memberi ijin kami untuk tinggal sendirian gitu didaerah terpencil. Kami setuju , dan  ternyata kami mendapatkan rumah kontrak hibahan kakak nya suami di daerah Cimanggis, tepatnya Perumahan Bukit Cengkeh. Rumah yang luas untuk ditempati kami berdua.

Pindahan dari rumah mamah ke rumah Bukit Cengkeh kayak pindahannya anak kost. Cuma bawa 2 koper, 1 kasur besar, lemari plastik, karpet lipet, dan printilan2 dapur ala kadarnya. Simpel banget kan ... ya maklumlah, masih benar benar perdana. Pindahan nya juga Cuma pakai mobil ayah , si Espass merah. Untungnya dirumah itu masih disisakan kursi tamu besar, meja rias, sama kursi teras. Lumayanlah, jadi kalau ada tamu , ga mesti mendampar.

Tidak sampai satu tahun , aku hamil, dan karena aku flek terus, dokter menyarankan agar aku tidak terlalu lelah, mengingat lokasi kantor di Melawai, tiap hari harus berangkat subuh, naik omprengan lanjut naik bis ke Melawai, dan perjalanan pulang naik metro mini, lanjut naik angkot, dan ojek cukup menguras tenaga dan waktu . Akhirnya disepakati kami untuk pindah sementara ke rumah mamah di Kemanggisan.

 

Pindahan dari Bukit Cengkeh ke Kemanggisan ternyata mobil Espass sudah tidak muat, karena di perjalanan hidup kami mulai mengisi sedikit demi sedikit rumah tangga kami. Walaupun ga juga sampai nyewa truk, tapi kami mencicil pindahan itu tetap dengan minibus tercinta itu. Masih 2 koper pakaian , 1 kasur besar plus satu kasur lipat, lemari plastik  karpet lipat, meja pendek besar, TV, Radio, kompor gas  (tabung gas masih dapet pinjaman soalnya.. J ) , dan perabotan dapur lainnya.

Setelah melahirkan Putri, aku harus dinas keluar kota yang tidak memungkinkan bagiku untuk meninggalkan Putri dengan hanya bersama pembantu, jadilah kami bertahan di rumah mamah sampai waktunya tepat untuk kembali menata rumah tangga kami di rumah sendiri. Saat Putri 1 tahun, kondisi pekerjaan ku mulai stabil, kami kembali pindah ke kontrakan daerah Depok, di Jl Mawar, margonda, kontrakan yang lumayan mahal saat itu di tahun 2001 seharga 7 jt/th . Sebetulnya aku enggan di situ , tapi karena ini pilihan mertua dan kakak ipar, jadilah terpaksa mengikuti., disamping itu memang rumahnya besar sih, dan ada kebun di belakang rumah, jadi lumayan buat  santai santai.

 

Pindahan dari Kemangisan – Depok masih menggunakan mobil pribadi, karena perabotan masih belum banyak . Kami tidak mengorganisir bawaan kami , Cuma dipisahkan baju baju dalam koper dan karton yang sudah ditulis milik siapa , karena Cuma bertiga ya jadi Cuma aku, abang, dan Putri. Box tidur putri, printilan dapur masuk dalam satu kardus besar, kasur kecil, kotak mainan Putri, buku buku , dan pernak pernik kecil lainnya. Kami akhirnya harus membeli satu set tempat tidur , satu set kursi tamu, satu set kursi makan , lemari makan serta lemari TV , karena masa sih rumah melompong gitu . Ya, di rumah ini lah kami mulai mengisi kehidupan kami dengan barang barang.

Cukup satu tahun kami disana , akhirnya kami mulai siap untuk menempati rumah Serpong. Kondisi perumahan sudah mulai ramai, aku sudah siap fisik dan mental untuk berjuang bekerja jarak jauh, dan kendaraan kesana sudah mulai ramai.  Depok – Tangerang, kami siap berjuang di sana.

Pindahan kali ini barulah kami menyewa truk untuk membantu pindahan nya. Karena barang barang sudah sangat banyak . Seperti biasa, baju baju sudah dipisah milik siapa dan ditulis di masing masing karton, seprai, mukena, sajadah, dan sejenis nya dalam satu box juga, begitu juga untuk buku buku, peralatan dapur, mainan putri, sepatu sepatu, dan satu kotak campuran. Box yang bisa masuk ke mobil pribadi langsung di bawa ke Serpong, sementara Truk diisi dengan barang barang besar. Aku dan Putri beserta asisten naik di kendaraan  Espass ayah, sedangkan abang bawa motor Tiger 2000 milik kami.... Alhamdulillah perjalanan cukup satu kali trip..

Setiba di Serpong , lumayan bingung juga, karena dari rumah luas 150m2, masuk ke rumah luas Cuma 68cm2 .Dari rumah 3 kamar , ke rumah 2 kamar kecil, dari rumah punya ruang tamu terpisah sendiri, ke rumah yang antara ruang tamu , ruang keluarga, ruang makan tidak ada sekat . Pusing juga mengatur perabotan, tapi tenang ... yang jelas box belum kami utak atik, kami mengatur barang besarnya dahulu.  Tempat tidur besar, lemari pakaian, meja rias , masuk dulu ke kamar utama, temapt tidur kecil, lemari plastik masuk kamar satunya. Meja makan, lemari makan, masuk belakang,  kompor gas dan box perabotan dapur kumpulkan di dapur dulu, begitu juga kulkas, langsung masuk posisi. Tinggal kursi tamu, langsung disusun, dan sketsel menjadi pemisah ruang tamu dan ruang santai. Selesai deh... tinggal keluarin barang barang dari kotak kotak yang sudah tertulis isinya.

 

3 tahun kami tinggal di Serpong, disana lahirlah Ghifari   dan Maisaan. Rumah tidak membesar, sedangkan anak nya nambah terus , kondisi sudah tidak sehat, sudah terlalu full dan tidak nyaman untuk tinggal disana. Secara lingkungan kami suka, hanya masalah sempit nya aja sih. Rencana mau membeli tanah di sebelah, tapi ternyata sudah dibeli orang lain dan dia tidak berkenan menjual kepada kami. Mau meningkatkan rumah, kondisi tidak memungkinkan, karena kondisi rumah dasar kualitasnya kurang bagus, sehingga kami kurang yakin apa rumahnya sanggup untuk menampung beban . Ingin bongkar semua, kok ya biayanya besar sekali dan agak repot lah. Akhirnya terbersit ide untuk pindah rumah, setelah berdiskusi dengan keluarga besar, diputuskan kami membeli tanah di Bogor, kenapa mesti di Bogor, karena kakak ku juga tinggal disana, jadi lumayan mempermudah komunikasi kami, mamah dan ayah jadi mudah bila hendak berkunjung, dan bila aku ada masalah dengan ART, setidaknya aku ada bantuan dari kakakku unutk mengawasi anak anakku. Ya kamipun memutuskan unutk bergaul dengan kota hujan Bogor....

 

Pindahan kali ini lebih heboh lagi, karena penghuninya sudah sangat banyak, tapi intinya tetap sama. Jauh jauh hari dari hari kepindahan, kami sudah masukkan barang yang tidak dipakai harian ke dalam box, tulis isi karton itu. Baju baju kami sisakan unutk satu minggu,  selebihnya masuk box, peralatan dapur, sepatu sendal, barang pecah belah di bungkus koran dulu baru masuk karton yang sudah ditulis barang pecah belah, jangan dibanting. Dalam proses pemisahan ini, sekalian kami sortir barang yang sudah tidak terpakai, jadi sekalian berberes lah intinya .

Saat proses pindahan, truk ternyata harus bolak balik Serpong-Bogor sampai 3 kali .. hihihihi perabotannya banyak euy, karena sekarang udah nambah mesin cuci, lemari pakaian, meja belajar, komputer, sepeda anak2 , aquarium , dll . Pindahan mulai pukul 8 malam, sampai selesai jam 4 dini hari . Aku dan anak anak ikut rombongan pertama naik mobil ayah , selanjutnya kami tidur di rumah kakak, dan pindahannya di lanjutkan oleh suami aja.

Karena kami pindah ke rumah sementara dulu, kami tidak membongkar seluruh bawaan kami. Ya rumah tetap kami saat itu masih di bangun, lokasi dekat , jadi kami bisa memantau pembangunannya.  Barang barang utama kami pasang, dan disini kami menambah furniture berupa tempat tidur utama , yang lama kami masukkan ke kamar tamu,  tempat tidur untuk Putri sendiri beserta lemari anak nya. Selebihnya, kami buka yang diperlukan saja. Karena setiap Box sudah kami tulis isi nya, maka ini cukup memudahkan kami dalam meletakkan barang barang nya dimana .

Rumah Tasmania

Hampir satu tahun kami di Destarata, dan akhirnya rumah idaman kami selesai , kembali kami pindahan, karena Cuma di belakang rumah, kami tidak sewa truk, tapi cukup colt buntung untuk bawa perabotan besar. Perabotan kecil yang masih dalam box kami bawa sedikit demi sedikit menggunakan mobil. Beberapa barang malah tidak kami packing lagi, tinggal gotong gotong aja, jadi ga terlalu repot lagi setelahnya. Proses pindahan lumayan cepat , ya karena Cuma pindah deket aja.

 

Ya, di rumah ini lah, Tasmania, kami sekarang tinggal, insya Allah tempat terakhir kami, tempat untuk membesarkan anak anak kami, tempat aku kehilangan putra ke 4 ku, dan tempat aku melahirkan si bontot Fadhl. Tempat aku mendapat kehidupan yang lebih baru, dengan pola pikir baru, dengan orientasi baru, dengan semangat baru. Perjuangan panjang masih terbentang, di setiap detiknya ada pelajaran berharga untuk dipetik maknanya. Semoga perjalanan hidup kami selalu dalam keberkahanNYA, dalam lindunganNYA...

 

Tips Pindah Rumah ala Eva:

1 Pastikan tanggal kepindahan beserta jam , survey dulu jasa pengangkutan barang, siapkan ijin pindahan dari RT setempat.

2. Minta ijin pula dengan RT tempat yang baru, laporkan  bahwa kita akan pindah tanggal sekian, hal ini untuk mempermudah saat kendaraan kita memasuki lokasi.

3. Persiapkan diri dan keluarga anda secara fisik dan mental. Ceritakan mengapa harus pindah, dan ajak semua berperan serta dalam parking

4. Pilah dan pisahkan barang barang sesuai lokasi atau fungsinya. Masukkan dalam Box , jangan lupa tulis isi box tersebut dengan spidol besar. Untuk barang pecah belah tulis juga untuk tidak dibanting/ditumpuk.

5. Saat tiba ditempat baru, tempatkan box box itu ditempatnya, tidak perlu di buka saat itu, yang penting barang sudah berada pada posisi yang diinginkan.

6. Libatkan anak anak dalam packing dan bongkar muatan. Biarkan mereka menyusun sendiri kamarnya, dan minta pendapat mereka pula dalam dekorasi rumah baru.

7. Berdoa dan berharap kebaikan .... Semoga rumah baru akan mendapat keberkahan dari Allah... Jangan lupa minta restu orangtua atas setiap keputusan..

 

 

 

Disertakan dalam Lomba Pindah Rumah yang di selenggarakan oleh Rinda di SINI

35 comments:

  1. wewwww... aku lagi mikir2 soal ini nih mbaaa...
    xixixixxx...
    barangku banyak bangettttt huhuhu

    ReplyDelete
  2. hehehe...well organized bgt mbak, jd teringat pas aku pindah2an :)

    ReplyDelete
  3. Rumahnya kereeeen mba!! Klo liat temen2 pindahan ke rumah baru, rumahnya sendiri gini mupeng, cuma masih sayang sama rumah dinas wahahaha..
    Bener mba pindahan kudu well organized, suami pernah bantuin ipar yg pindahan, truk udah datang barang belon dipacking semuaa!! Hwaaaa

    ReplyDelete
  4. makasih mbak eva untuk keikutsertaannya...
    kebayang ribetnya ya, boyongan sama anak2... o ya, anak2 diberi box sendiri2 untuk barang2nya nggak, mbak?

    ReplyDelete
  5. yang diserpong diapain mbak rumahnya ? dijualkah ?

    hemmmm lumayan capek juga pindahan ada 4 anak ya > hehehe

    ReplyDelete
  6. pengalaman yg seru, kl inget pindah2 itu cuapeknya...
    tapi gimana lagi hidup di Jakarta mesti selalu menyesuaikan...

    ReplyDelete
  7. Waaa makasih tipsnya mba. Aku ada rencana pindah kontrakan akhir thn ini. Agak pusing jg krn barang2ku lumayan banyak. Btw rumahnya baguuus mbaaa. Halamannya luas pula! Tampak nyaman deh..

    ReplyDelete
  8. rumahnya bgoes mbak..
    Terimakasih tipsnya..

    ReplyDelete
  9. bagus rumahnya;-)...
    jadi inget masa2 pindah rumah....dulu waktu pindahan rumah dari kontrakan di jakpus ke rumah sendiri di tangerang barangku belum banyak..maklum kami berdua sama2 perantauan.dan waktu itu aku hamil 7 bln, urusan pindah rumah kami kerjakan sendiri..waktu itu blm punya pembantu dan ga ada saudara...krn suamiku kasian liat aku hamil tua angkat2barang, akhirnya kami manggil beberapa tukang ojek untuk bantuin angkat barang..bener2 pengalaman yg tak terlupakan, tp puas..krn kami berdua memulainya bener2 dari NOL untuk keluraga kecil kami...* maaf ya kok malah nyampah,hehehe

    ReplyDelete
  10. Rumahnya bagus Va, btw itu deket pager putih2 apaan ya..

    ReplyDelete
  11. nampak nyaman rumahnya mbak ^_^
    iya jadi inget pindahan rumah, sekarang malah pengen pindah lagi tapi belum ketemu yg cucok :D

    ReplyDelete
  12. banyak ya Mbak pengalaman pindah2nya. Ngebayanginnya capek tuh :-)
    Rumahnya nyaman ya. Kapan ya bisa mampir...

    ReplyDelete
  13. putih2 yang mana ya ? jd merhatiin fotonya.itu rmh wkt blm selesai, msh agak gersang..

    ReplyDelete
  14. yaaa nyantai aja say.. kalo travel aja bisa rapi, apalagi pindahan... justru pas pindahan gini, jd ajang beberes perabotan tuh.

    ReplyDelete
  15. kalo ga di atur kaya gitu, bakal cape... ini jg sbtlnya ga rapi2 amat, tp stidaknya emang lebih gampang ngaturnya pas pindahan

    ReplyDelete
  16. kalo model kaya gini jadinya cape banget da, krn pas nyampe ditujuan jg bakal bingung ngatur2nya

    ReplyDelete
  17. ga juga sih, yang terakhir pindahan, anak2 di pegang neneknya, jd biasa aja sih.
    Untuk barang2, iya, mereka punya box masing2 , tp kalo mainan di jadiin satu , di pisah mainan kertas/soft dan die casting

    ReplyDelete
  18. yang di serpong dijual buat nambah biaya pembangunan rumah BOgor say ..
    waktu itu jual cuma 60jt loh.. hehee

    ReplyDelete
  19. iyalah capek pastinya.. tp dibuat santai aja, jgn jadi beban kudu beres 1 hari , bakal tepar...
    Dulu ga sanggup beli rmh di Jakarta, mahal dan cape macet kalokemana2

    ReplyDelete
  20. makasih mas, ga nargetin apa2 kok, skalian berbagi pengalaman aja

    ReplyDelete
  21. hayoo met pindahan ya ... siap2 berburu kotak karton yaaa...
    Alhamdulillah atas pujiannya, halaman nya lumayanlah buat ngumpulin pohon... hehehe

    ReplyDelete
  22. trimakasih juga, mudah2an n bermanfaat

    ReplyDelete
  23. Rit, itulah perjuangan .... walau berat, tp kan memiliki kepuasan sendiri.. blm lagi perjuangan seputar ART dsb ....

    ReplyDelete
  24. kenapa pindah say, mudah2an dapat yang cocok ya. Cari rumah memang ga bisa buru2, banyak hal yang harus dipikirkan. Kalau udah ada anak apalagi, hrs mikir lingkungan yang aman buat mereka

    ReplyDelete
  25. iyalah, kan udah 12 th, dan di perjalanan selalu berusaha mencari yang ternyaman.. mudah2an di rumah terakhir ini bisa awet samapi kami tua .
    Hayo mampir, dittunggu kehadirannya, sangat terbuka buat siapa saja

    ReplyDelete
  26. iya benar sekali mba Eva.
    Iya, mau cari lingkungan yang lebih nyaman juga aman.
    sekarang sudah nyaman, tapi mau cari yang ada track untuk jogging dan sepeda'an :D

    ReplyDelete
  27. pindahan satu orang aja udah repot, apalagi banyak orang ya, mba.. :)

    ReplyDelete
  28. Huaaa pengalaman skali pindahan rumahnya euy...
    Gue pindahan kemarin ribet sampai bolak balik ambil untung deket...

    Btw gue suka rumahnya euy....keren n nyaman....doakan gue bisa dapet rumah kek gitu ya...biar 2i nyaman...

    ReplyDelete
  29. @rita : bukannya skrg udah rumah sendiri say ?

    ReplyDelete
  30. selalu seru ya Va, kalau pindahan. btw, kntrakan Mawar mahal juga ya, kami thn 1998-1999 di gang Fatimah masih dapet 2,5 juta/thn dgn 2 kamar.

    ReplyDelete
  31. waktu itu 3 kamar, dan emang luas banget, depan ada pohon rambutan, belakang banyak pohon pisang, lumayan lah bisa panen berkali berkali pisang ... hehehhe

    ReplyDelete
  32. waw, gede bener 3 kamar, patutlah harganya , apalagi dengan bonus pohon pisang dan rambutan, yummy

    ReplyDelete
  33. hooh mba... sbtlnya aku ga mau, tp dicariin ama kk ipar, ya udah deh, walau bete krn kudu ngrogoh kocek lebih dalam ... hmmm banyak cerita sedih di sana sbtlnya

    ReplyDelete