Sejak putri kelas 4, kami sudah memikirkan mau kemana arah tujuan kami dalam mendidik anak2, seiring dengan perubahan orientasi kehidupan kami, dengan tegas kami memutuskan untuk memilih jalur pembekalan agama bagi mereka. Kami ingin memberikan tiang2 bangunan yang kuat atas pondasi yang sudah kami usahakan tertanam pada diri anak2. Namun pondasi itu harus bisa lebih kokoh dengan bantuan tenaga profesional yang lebih mengerti bagaimana menjadikan suatu bangunan diri kokoh dan tegar serta mampu dipertanggungjawabkan pada sang Khalik
Pilihan terbaik untuk semua itu adalah menyantrikan putri, banyak manfaat yang akan kami peroleh dari situ. penanaman aqidah, tahfizul qur'an, pemahaman makna surah Al'qur'an, pemahaman hadist, belajar kemandirian, belajar pergaulan dan memahami bagaimana bersosialisasi tanpa ada kami di sebelah nya.
Semakin dekat waktu perpisahan itu, kami sudah menyiapkan mental kami , kami ingatkan bahwa kami harus ikhlas, seikhlas2nya, karena tujuan kami adalah tujuan kebaikan, demi dia, demi kami, demi agama. Sampai saatnya tiba, tidak ada tetesan air mata, setidaknya kami berusaha tegar di depan nya. Tersenyum, berusaha memberikan dan menunjukkan cinta terbesar kami padanya, meyakinkan bahwa apa yang kami lakukan adalah karena kami mencintainya karena Allah.
Namun, bohong besar jika aku tidak merasa sedih , bohong kalau aku bilang bahwa aku kuat, aku lemah dalam nafsu beralas rindu. Tangisan tak tertahan tatkala baru kuhempaskan tubuhku di ranjang setelah mengantarnya pergi. Dan di tengah malam sepi, tak kusangka, kudengar pula isakan perlahan dari kamar putri, dan kulihat suamiku terpengkur di atas sajadahnya. Kami merindumu dalam diam......
Seharusnya sedih ini tidak boleh berlarut2 ya, karena kami sedang dalam proses belajar kehilangan. Mempraktekkan bahwa anak adalah titipan Allah, yang suatu saat akan diambilNya. Saat ini kami hanya terpisah sementara , masih ada jalan untuk bertemu kembali, masih ada cara untuk memeluknya, menunjukkan cinta kami secara nyata. Dia masih ada dalam genggaman, walau genggaman ini mulai melonggar dan perlahan bisa kami urai agar keikhlasan itu lebih lunak dan tidak ada sakit saat genggaman itu harus terlepas.
Ternyata memang lebih berat orangtua nya ya, mungkin anaknya merasa biasa2 saja, tapi kami begitu galau . Terasa sangat berbeda di rumah tanpa satu anak, mau kemana2 juga terasa kosong, mau masak macem2 juga kok ga semangat, mungkin karena selama ini yang selalu nerima apa aja yang aku masak , ya putri saja, dia tidak pernah komplen, dengan apapun yang aku lakukan. Ibu rindu sekali nak ...
Masih sangat butuh waktu, masih butuh rasa sabar ... Ini adalah perjalan kehidupan baru kami.... Hanya kepadaNya kami memohon dan berlindung, kutitipkan anakku dalam penjagaanMu Y a Allah... Doa kami selalu menyertai keseharianmu, ibu bapak selalu ada nak...
Alhamdulillah , besok hari minggu kami bisa menjenguknya, beribu perasaan berkecamuk dalam diri ini, tunggu bunda ya nak.....
di daerah mana bun putrinya?
ReplyDeleteBekasi aja kok, Alhamdulillah deket, jadi masih bisa terpantau .
ReplyDeleteSemoga putri selalu jd anak yg sholehah, amin
ReplyDeleteOh, ikut seneng, deket di situ aja. Biarpun jauh lama-lama terbiasa juga kok. Keponakan saya dulu tinggal di Bandung, sekarang di Semarang, anaknya disekolahkan di Jalaksana, Kuningan. Perempuan juga seumuran mbak Putri sekarang ini. Tahun-tahun pertama bolak-balik ditengokin, sekarang udah dilepas sama sekali.
ReplyDeletePilihan yang tepat dan bijak lho menyekolahkan anak di lembaga pendidikan agama. Soalnya ngeri ya pergaulan sekarang ini, itu saya habis baca aturan di sekolah umum di Yogya yang ditulis jeng Shanti jadi geleng-geleng kepala.
semoga menjadi anak sholeh...
ReplyDeletemasih bisa ktemu rutin kan mbak?
Bisa merasakan keharuannya, ..mana anak perempuan satu2nya lg ya..btw skrg aku lg di botani square bogor..
ReplyDeletegak peduli berapa jumlah anaknya, ketika salah satunya harus keluar dari rumah dan jarang ketemu, rasa rindu mendera begitu hebatnya ya mbak :)
ReplyDeletesama-sama saling beradaptasi, Putri belajar mandiri, ibuk-bapaknya juga belajar melepas :)
sabar ya mbak ....semoga proses adaptasinya gak sampai berlarut2 dalam kesedihan
sepertinya mengajari anak dewasa itu justru akan sangat terasa di sisi orang tua.. saya belum mengalami menyantrikan anak.. tetapi mungkin bisa saya analogikan ketika anak harus disapih.. dan mungkin 10 kali itu rasanya ya
ReplyDeleteMakasih sharingnya mba
ReplyDeleteYg ditinggalkan biasanya lbh sedih ya mbak,tp buat masa depan putri yg terbaik,mbak Eva pasti bisa
ReplyDeletewaaaaah, putri sudah mulai boarding school-nya ya mbak eva?
ReplyDeletemudah2an bisa dapat ilmu bermanfaat disana, dan bunda di rumah gak sedih terus yaaa! :-)
itu juga salah satu alasan saya bun, banyak sdit di bogor ini, tp kok ya pergaulannya bikin saya mengurut dada. Saya sadar, di boarding school pun tidak menjadikannya steril, tapi menurut kami msh menjadi pilihan terbaik bagi kami. insya Allah...
ReplyDeleteaamiin.. makasih ya ni
ReplyDeletejadwal ketemu tiap ahad boleh jenguk tp tdk boleh menginap, boleh plg kerumah dan nginap tiap awal bulan. Masih Alhamdulillah karena dekat , jd bisa rutin nengok dia, kebayang yang skolahnya di luar kota, haduuh bisa galau parah nih saya
ReplyDeletehiks iya mba nung, biasanya ada yg bantu nyapu , nyuci piring dll, skrg sepiiii banget.
ReplyDeletewah lg jalan2 ya, aku msh ga nafsu keluar rumah...msh bth waktu penyesuaian
insya Allah msh menata hati, kata teman2 yang merasakan hal yg sama, biasanya minggu2 pertama sangat berat, setelahnya akan terbiasa, bahkan anak katanya malah keberatan kalo di tengok terus, hehehee udah punya kehidupan sendiri katanya
ReplyDeletebener banget mas , berat banget, karena tanggung jawabnya bukan hny jangka waktu pendek, tp sampai pertanggungjawaban ke pencipta. Harus benar2 hati2 dan berjuang...
ReplyDeletesama2... sekedar curahan hati ibu yang merindu putrinya
ReplyDeletebener banget teh, dia mungkin sudah sibuk dg teman2nya, disini yang terasa banget perbedaannya, karena kosong satu
ReplyDeletesudah say, minggu kemarin, bertepatan dengan hari pertama dia menjadi wanita dewasa. benar2 perubahan dan pelepasan yang berat deh....
ReplyDeleteMudah2an, orangtua dan anak2nya, diberikan kekuatan oleh Allah ta'ala, aamiin...
ReplyDeleteselamat memasuki dunia dewasa, putri cantikkkkkkk
ReplyDelete*peluk mb eva*
..Huhuhuuu... Aku juga udh pikirin pesantren buat adil n hamzah abis sd nih...
ReplyDeletePengalaman yang sama, satu tahun yg lalu. Setiap sedih/rindu bukankah sudah sepakat nyantri di mahad u kebaikan diri anak, ia belajar mandiri, hafiz dan murotallnya terjaga. Di rumah pasti kalah dg game. Semangat y bunda, 2-3 yad Insya Allah sdh terbiasa.
ReplyDeletesabat m.eva, putri ga kenapanapa kog di asrama.. pasti baik2 saja.. toh tiap minggu bisa dikunjungi..
ReplyDelete*yang lagi kangen ponakan..
Memang kasusnya berbeda ya Mbak, tp apa yg Mbak Eva rasakan persis seperti yg aku rasakan di hari2 awal berjauh2an dengan suami. Beraaaat sekali. Mau ngapa2in gak semangat, mau makan gak enak, mau pergi2 gak tenang. Berat sekali memang berjauhan dengan seseorang yg selama ini ada disamping kita, baik itu anak ataupun suami :D
ReplyDeleteTapi sekarang sih sudah mulai terbiasa. Ya galau2 sih ada, tp gak separah di hari2 awal. اِ نْ شَآ ءَ اللّهُ nanti langkah Mba Eva akan semakin ringan seiring waktu. آمِيْنَ يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ .
bisanya dijenguk seminggu sekali ya? boleh nggak ujug ujug kita dateng gitu.....:-)
ReplyDeleteSemoga Putri dan Bapak Ibu sama-sama diberi kesabaran, insya Allah. Hebat, 3 anakku ga ada yg mau boarding :)
ReplyDeleteaamiin, ya Allah... kuat insya Allah
ReplyDeleteMakasih tante ari..
ReplyDeletealhamdulillah putri sudah mnjadi gadis dewasa
dr sekarang siapin mental, gileee berat bener. pdhal msh bisa sesekali liat.
ReplyDeleteiya kok mba, kami sama2 meluruskan kembali niat kami, yaitu tholabul ilmi, jd saat kelemahan kami datang, kami sama2 mengingatkan ilmu dan ilmu....
ReplyDeleteskrg krn msh dlm tahap adaptasi kali ya, jd msh berat banget
iya, alhamdulillah tiap minggu boleh diajak jalan, walau cuma beberapa jam, stidaknya kami bisa puas ngobrol dan bercerita. Tgl 9 ini udah mulai libur lagikok, insya Allah kuat
ReplyDeleteiya wi.. terpisah dr orang yg kita cintai itu beraaatttt banget. tapi ya gitu lah, kita memang selayaknya tidak mencintai secara berlebih, sll mengingat bhw ini hnylah titipan yg sewaktu2 bisa di ambil pemiliknya. Ini jadi tahapan pembelajaran yang berat namun harus kami jalani.
ReplyDeletesorry ya blm bs mampir2, nnt kapan2 minta tlg kirimin makanan ya buat putri...
bisa sih ujug2 dateng, tp cuma setor muka doang...
ReplyDeleteaamiin, makasih mba mia, kami msh dlm tahap adaptasi, smg istiqamah dan kuat
ReplyDeletebisa ngebayangin perasaan Putri dan kedua orang tuanya... aku udah ngalamin setahun lalu aja, sekarang kalo abis jenguk masih gimanaaa gitu rasanya. Sekarang aja kalo lagi buka puasa atau sahur, adik2nya Aisyah suka bilang.."Kakak makan apa ya Mi di asrama..."...
ReplyDeleteEmang bener, situasi kayak gini adalah tahap belajar bukan cuma buat anaknya tapi orang tuanya juga....
subhanallah... seneng bisa punya temen yang mengalami hal yang sama...
ReplyDeleteKehilangan sesaat pun sunggu berat ya mba...
smg kita tetap bisa meluruskan niat kita untuk mendidik anak2 kita dg pendidikan yg terbaik ya
kebayang deh rasanya :( auliya mah udah gak mau aja disuruh mondok, karena ada sepupunya mondok di solo, orang tuanya di banjar. cerita di pondok ngapain. gak mau deh dia :|
ReplyDeletebtw pilihan untuk sekolah di boarding schooll itu memang pilihan putri mba?
ReplyDeletekebayang deh gimana rasanya, mba sama putri kan dah kaya' sahabat ya, apalagi putri anak pertama dan satu2nya cewek, kebayang deh rasa "lonely"nya, serasa aku yg ngalamin
Mbak Eva, Putri boleh pulang ke rumah berapa bulan sekali ? Aku jg sedang mencari boarding school buat anakku sejak dia klas 5 (sekarang klas 6). Ada referensi mbak, buat anak2 laki2. Sudah ada yg ditaksir dan anak juga senang, tp kok mahilll...he..he.... Jadi yg mundur dech..
ReplyDeletepilihan kami smeua may.. aku ga bisa ungkapkan rasanya kaya gimana, kayaknya memang butuh waktu penyesuaian, apalagi slama ini aku mmg cenderung melindungi dia.
ReplyDeleteTapi aku yakin dia akan bertahan...
pulang sebulan sekali, libur 3 hari. tiap minggu boleh jenguk dari jam 10 smp 5 sore.
ReplyDeletebuat ikhwan coba ibnu thaimiyah katanya bagus dan ga mahal. kalo ibnu hajar emang mahal, al bina (bekasi-karawang) bagus jg , harga skitar 15 jt
jaman jasmine baru lahir gue sempat berniat ntar jasmine masuk pesantren atau boarding school. Makin dia gede, makin ga tega, makin ga pengin nglepas... Jasmine masuk SD aja gue mellow...huhuhu...
ReplyDeletesekarang sih akhirnya gue prefer masuk sekolah biasa, ntar kuliah baru siap gue lepas, terserah di kota mana aja. Secepet2nya SMA deh...ini juga pikir2 dulu.. hehehe...
semoga putri belajar menjadi remaja mandiri..
ReplyDeletetapi emang bener ya..apalagi kalo anak cewek..lebih berat ngelepasnya