Tuesday, December 27, 2011

Menghafal

Sayup-sayup terdengar suara anak-anakku yang sedang mengumandangkan ayat-ayat suci Al-Qur'an di kala kesenjangan waktu mereka. Aku terdiam di peraduan, menatap nanar langit kamar yang tiba-tiba merefleksikan kehidupanku di masa lampau. Letih diri yang berjibaku dengan keseharian semakin meletihkan hati dan memaksa butiran air mata menetes perlahan tanpa bisa tertahan.

Ya Allah, apakah aku termasuk makhluk munafik dihadapanMu, tatkala aku mengumandangkan kewajiban kepada anak-anakku untuk bisa menguasai ayat-ayatMu, namun diri sendiri terpaku pada titik yang masih enggan untuk melangkah lebih dari apa yang sudah ada. 

Pelan... perlahan... aku senandungkan ayat-ayat pendek milikMu, aku tercekat pada surat yang masih tergolong pendek dan bahkan belum mencapai 10 surat terakhirMU. Aku lemas, aku malu... Ternyata selama ini aku telah sombong, angkuh pada diriku sendiri. Astaghfirullah...

oo000oo
Hanya kepadaNyalah aku memohon perlindungan, Hanya kepadaNyalah aku memohon ampunan, Mudahkan jalanku untuk meniti jalan kebenaran, mentadabburi ayat-ayat indahMu, dengan kemampuan minimku... Aku berjanji ya Allah....

oo000oo

"Bu, mau ikut ga belajar ngaji di tempat bu Ustadz, anaknya mau bantu kita untuk belajar lagi dari awal"

SMS singkat di pagi itu seolah menjadi jawaban atas keinginanku yang kurang didukung oleh motivasi dan keteguhan diri. Tanpa berpikir panjang aku mengiyakan dan dengan semangat tinggi, tak sabar aku menanti waktu yang ditetapkan.

oo000oo

Begitulah, perjuangan dimulai, gadis muda itu dengan ikhlas mau meluangkan waktunya untuk kami-kami, ibu-ibu yang memiliki keinginan sama, untuk belajar, sedikit demi sedikit, membenahi diri yang masih terlalu banyak cacat dalam ibadah yang dijalani. 

Pelajaran pertama adalah mengucap hapalan dari permulaan, isyhhh malu sekali, tatkala ternyata dalam mengucap ta'awuz pun kami sudah salah. Dlanjut dengan Al Fatihah yang ternyata sangat tidak sempurna selama ini kami lafazkan. Ada perasaan bahagia, malu, sedih, tapi berusaha kami tutupi dengan semangat bahwa tiada kata terlambat untuk belajar dan membenahi diri. Kami sadar kesalahan yang telah nyaris mendarah daging akan sulit untuk diperbaiki, namun sulit bukan berarti tidak bisa, kami yakin bisa. Setapak demi setapak akan kami lewati untuk meraih kebenaran.

Setelah hapalan Qur;an, beralih ke hapalan doa dan dzikir... sekali lagi banyak doa dan dzikir yang salah kami terapkan, dan kami memulai lagi dari awal, tidak mengapa.... 

Membenahi memang lebih sulit ketimbang memulai, kami benar-benar harus merefresh ingatan kami, menyingkirkan bacaan yang tidak sesuai sunnah dan mulai mengisi ingatan kami dengan bacaan yang benar dan shahih. Kendala utama mungkin adalah masalah usia, otak kami yang sudah tidak terbiasa menghapal, dihari pertama itu terasa panas, tenggorokan kami kering, kepala kami berat. Merangkai satu kalimat hapalan doa, menjadi tugas yang berat bagi kami. Lalu kami saling menatap, dan tertawa terbahak kecil, ternyata kami merasakan hal sama.... Hihihiii...

Mungkin selama ini kami memang kurang mengasah memori kami dengan benar, mungkin selama ini kami terlalu sering dilenakan oleh pengaruh nikmat dunia, sehingga kami lebih sering lalai yang kemudian memalaskan diri ini untuk sekedar mengulang kalam illahi dengan hati dan merekamnya dalam diri. Berat... berat sekali.... namun harus... dan harusssss....

Hafalanku kali ini baru sempurna sampai surat Al-Quraisy, tidak mengapa... mungkin akan dicibirkan oleh sebagian besar teman disini, tapi memang itulah kenyataannya. Selama ini aku menganggap diri hapal nyaris banyak surat di juz 30, namun saat di test, bahkan surat Al-Quraisy pun butuh waktu 2 kali pertemuan untuk dinyatakan sempurna. Jadi yaaa... memang begitulah kemampuanku saat ini. 

Aku tidak malu, aku hanya berusaha untuk maju, menghafal, menghafal, menghafal.... walau lambat laksana kura-kura, namun aku yakin, tatkala otak mulai terbiasa untuk melakukan sesuatu yang rutin, maka dia akan lebih mudah untuk beradaptasi. Insya Allah...

Guruku di rumah adalah anak-anakku, aku tidak malu untuk dikoreksi bacaanku, mengingat mereka memiliki hapalan yang lebih sempurna daripadaku. Aku bersyukur, karena mereka bersedia dan menjadikan ajang hafal menghafal ini sebagai suatu kegiatan baru yang saling mendukung

oo000oo

Tulisan ini hanya untuk menjadi penyemangat diriku, deklarasi bahwa aku harus terus semangat belajar dan tidak mundur. Tulisan ini menjadi cambuk tentang keinginanku, yang harus kubuka disaat aku lelah dan malas. Semoga aku bisa istiqamah dengan keinginanku, perlahan namun maju... InsyaAllah...



23 comments:

  1. aduh jadi malu, dian belum maju2 sedikitpun mbak eva..:(((

    ReplyDelete
  2. Saya salut kak Eva akan ketekunan keluarga kak Eva mempelajari agama. Terus terang, saya, membaca pun masih dieja, semoga kita mendapat kemudahan dalam mempelajari isi Qur'an ya kak. Salam dan peluk hangat untuk anak-anak beriman dan berbudi baik yang dititipkan Allah ke tangan kak Eva dan suami.

    ReplyDelete
  3. Subhanallah...

    Kagum sama keluarga mbk Eva...

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah dah dapat tempat ngaji ya, semoga tetap istiqomah.. Uniq sementara lagi nyari tempat ngaji, tp belum dapat..

    ReplyDelete
  5. Bener belajar tahsin/tajwid yg benar harus putus urat malu dulu..karena yg sudah kita anggap benar, ternyata salah semua..salut akan semangatnya

    ReplyDelete
  6. subhanallah.. iya yuk mba, kita harus belajar lagi..

    ReplyDelete
  7. Tetap semangat mba:-) di pln gambir ada pengajian tahsin tiap sabtu pagi. Kemarin sempat ikut, mulai dari tahap dasar, hehe. Skrg udh ke tahap lanjut, tp mandek gara2 udh 4kali absen, malu udh ketinggalan bnyk:-(

    ReplyDelete
  8. yok belajar lagi, biar majunya dikit, stidaknya tdk mundur

    ReplyDelete
  9. slama masih ada umur, mari usahakan terus belajar. Sayapun masih sangat jauh dari benar, tapi kalau tdk memulai, akan tidak maju2 dong.
    Salam pula utk bunda Julie dan keluarga, smg sll dalam lindungan dan keberkahan Allah

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah... tidak ada yang perlu di kagumkan, msh begitu bnyk kekurangan kami, saya pun hny ingin berbagi saja, smg Allah menjauhkan saya dari ujub dan riya

    ReplyDelete
  11. dari dulu ngerayu dia untuk ngajar, tp ga mau terus, Alhamdulillah skrg dia mau. Enak banget, karena ga banyak yg ikutan, jadinya bisa konsen belajarnya.
    dan ternyata mengajak orang utk belajar itu cukup susah, bnyk ibu2 disini yang entah gengsi entah malu, enggan utk belajar lagi, pdhal kita2 juga yg belajar sama2 dari nol lagi

    ReplyDelete
  12. bener mba, ini beneran dari 0, iqra nya pun dari iqra 1, biar ketauan cara pengucapan yang benarnya. Saya aja iqra 1 baru sampe halaman 16 .. hehhehee....

    ReplyDelete
  13. hayuuu mulai dari yang sederhana, ngaji

    ReplyDelete
  14. pdhal jangan pake malu, aku kmrn ijin 2 kali, berasa telat banget, tp kalo diikutin malu mah bakal terus ketinggalan, cuek aja, toh yg belajar kita. Hayu ah belajar lagi, eh tapi mungkin ani lbh lancar ketimbang saya .;0

    ReplyDelete
  15. Aku ga ada apa2nya mba, sebelum masuk kan ada placement test, aku dpt tingkat dasar, hehe

    ReplyDelete
  16. Waaaaaaaaaaaaaah emak2 ga mau kalah..
    Nuhun mbak semangatnyaaa...

    ReplyDelete
  17. saya jd ikut tersemangati...

    menghapal al quran butuh perjuangan. kadang cm semangat di depan aja.....kayak saya xixixi...

    ReplyDelete
  18. jadi ngiri punya anak2 sebagai guru ngaji..

    ReplyDelete