Friday, October 28, 2011

[Rumah Kenangan] Persinggahan Dengan Sejuta Kenangan

[Rumah Kenangan] Persinggahan Dengan Sejuta Kenangan

Eva Syamsudin


Rumah, selayaknya adalah tempat berteduh

Bagi manusia yang berjuang dalam peluh

Membangun cinta, hidup dalam kasih

Menata diri, merangkak dan menuai benih

Perjuangan….

Wujud dari sebuah harapan …

Bersama,

Teriring ikhtiar, tawakal dan doa,

 

 

Serpong, 2002-2005

Boss kecil di rumah Serpong

Tiga tahun kami menempati rumah mungil itu, 72/98m2, 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, ruang tengah yang sengaja kami luruskan sampai belakang, dapur, serta tempat cuci dan jemur di bagian belakang. Sedikit taman kecil di depan kami sisakan untuk tempat kami bersenda dikala lelah.

Banyak kisah yang terjadi dalam kehidupan rumah tangga kami di rumah kecil itu. Suka, duka, kepedihan, kegelisahan, kebahagiaan, kecemburuan, kekhawatiran dan beribu perasaan lain yang mengiringi keseharian kami. Itulah sebuah perjalanan…

Rutinitas harus mempercayakan Putri hanya kepada dua orang asisten di pagi hari, tiada sanak saudara, hanya bermodal harapan pertolongan dari tetangga jika ternyata ada sesuatu yang terjadi kepada keluarga kami. Pasrah, dengan keyakinan bahwa hanya kepada Allah kami memohon perlindungan. Tak jarang aku berjalan dengan meneteskan air mata teriring suara tangisan Putri di kejauhan. Kenangan terberat bagi setiap ibu .

Lalu lahirlah Ghifari, kemudian Maisaan, menambah kesemarakan dan keramaian rumah kami. Rumah kecil itu sudah tidak mampu menampung 7 kepala di dalamnya. Sementara kami selalu kebingungan setiap orangtua kami datang, diantara kegembiraan mendapat kunjungan, ada kesedihan karena kami tidak dapat memberikan pelayanan terbaik bagi mereka. Kala mereka ingin menginap, maka kami harus menyulap ruang tengah menjadi kamar tidur bersama, tidur di bawah dengan suara kipas angin menderu yang tidak dapat mengurangi panasnya malam udara Serpong. Walau mereka berkata tidak mengapa, tetap ada rasa bersalah karena tidak bisa memberikan yang terbaik bagi mereka.

Kondisi kamar kami lebih parah, tempat tidur besar berisi aku, putri dan maisaan yang masih bayi, di bawah terdapat dua kasur ukuran single membentang berlainan arah untuk Suami dan Ghi. Dua lemari besar berada di sisi lain bersebrangan dengan tempat tidur. Kamar yang tidak luas itu sudah tidak layak disebut tempat istirahat, terlalu banyak isi dibanding wadah.

Kamar lainnya pun begitu, berisi tempat tidur tingkat untuk kedua pembantu kami, dua lemari kecil serta meja setrika yang semakin menjadikan kamar berukuran kecil itu semakin terlihat kecil. Tapi hanya itu kemampuan kami, harus menerima apa adanya, seraya memikirkan langkah ke depannya.

Sampai akhirnya kami harus memutuskan bahwa kehidupan ini harus berubah. Kami harus pindah…

Kami mulai merencanakan, menghitung, berdiskusi, mencari, dan segenap usaha dilakukan untuk mewujudkan impian kami, rumah baru dengan kondisi yang layak. Pada akhirnya, dengan pertimbangan yang sangat matang, kami memutuskan akan pindah ke Bogor .

Selamat tinggal Amarapura, selamat tinggal kenangan indah rumah kecil kami…

 

Destarata, 2005-2006

 


Dalam masa pembangunan bakal rumah kami di Bogor, kami mendapatkan begitu banyak kemudahan dari Allah. Rencana untuk menyewa rumah sementara, terbantukan dengan tawaran menempati rumah kosong milik sahabat dari kakak. Rumah besar di komplek perumahan elite tidak jauh dari lokasi perumahan kami. Biaya sewa yang kami anggarkan, akhirnya kami pergunakan untuk mengecat ulang rumah singgah ini dan membeli beberapa perlengkapan rumah.

Rumah Destarata ini memiliki luas sekitar 150m2, terdiri dari 3 kamar tidur dan 1 kamar pembantu, 2 kamar mandi, ruang tamu, ruang keluarga yang besar, dapur, dan garasi cukup untuk 2 kendaraan.  Kondisi rumah itu sebetulnya sudah kurang layak, rumah asli dari developer yang belum sempat diperbaiki. Banyak titik-titik kebocoran dari atap, dan kami hanya mampu membenahi seadanya, setidaknya kami bertahan dengan apa adanya kondisi rumah ini. Antisipasi kami hanya menyiapkan  bak dan ember di beberapa titik bocor tersebut di kala hujan.  

Sepuluh bulan kami menempati rumah ini, cukup singkat namun begitu banyak kenangan kami dapati disini. Disini, kami memahami arti Qadarallah, bahwa sehebat apapun kami menghindar, jika Allah berkata jadi, maka jadilah, jika Allah berkehendak mengambil apa yang menjadi milikNya, maka tiada kuasa kita sebagai manusia untuk menyesalinya.

Disini, aku kedapatan hamil walau kondisi sedang menggunakan alat kontrasepsi, pada awalnya kami cemas dengan kondisi ini, namun kami segera sadar bahwa anak adalah rizki,  kami bersuka cita atasnya.

Disini, kami tertatih-tatih mengumpulkan uang untuk pembangunan rumah kami, mengatur rizki yang ada sehingga bisa memenuhi semua kebutuhan.

Disini, kami menerima makna kehilangan, saat bayi dalam kandunganku ternyata meninggal diusia 4 bulan. Aku harus menjalani curratage, pemeriksaan berulang kali untuk mengetahui lokasi IUD yang tertinggal, dan akhirnya harus menjalani operasi pengangkatan  IUD yang ternyata berada di dalam rongga perut.

Disini, kami belajar makna sabar, menghadapi asisten yang berulang kali melakukan salah, berbuat sekehendaknya, pergi tanpa pamit dan membiarkan kami dalam masalah baru.

Disini, kami mengenal hidup sehat, belajar makna RUM (Rational Using of Medicine), berkat Dr.Eka yang membuka pola pikir kami akan makna sehat.

Disini, kami mulai mendalami kehidupan religi kami, belajar lebih dalam tentang Aqidah, Ibadah, fiqih, membenahi kekosongan dan keraguan jiwa dengan lebih mendekatkan diri pada Illahi.

Disini, aku melihat perkembangan anak-anak dengan lebih jelas, melihat mereka tertawa, bermain dalam kebebasan. Sakit pertama Ghi, langkah pertama Ican, gigi tanggal pertamanya Putri, dan perkembangan lainnya.

Sepuluh bulan yang singkat, menjadi jembatan bagi kami menuju rumah impian kami, yang akan membuka lembaran baru diri kami, dengan kisah baru, perjalanan baru, tantangan baru, dan akhirnya anak baru… J

 

Tasmania, 2006

Rumah Tasmania, saat pembangunan 2006


Bismillah, dengan berlindung kepada Allah Subhanallahuwatta’ala, kami akhirnya menempati rumah baru kami, rumah yang akan menemani kami dan anak-anak mengarungi perjalanan baru.

Rumah ini akan memberi kenangan baru bagi kami, hari demi hari, tantangan demi tantangan, dalam perbaikan jiwa dan raga, berusaha menjadi manusia yang selalu dalam RahmatNya.


Masa lalu adalah kenangan,

Proses pembelajaran,

Masa pendewasaan,

Waktu pemikiran,

Melewati tantangan,

Berat menjadi ringan,

Bersama…..

Dalam sebuah Rumah Tangga.

 

Diikutkan dalam lomba Rumah Kenangan yang diadakan oleh Mba Intan.

58 comments:

  1. wahhh.... Deadline makin deket nih....

    ReplyDelete
  2. Senang deh bacanya, terasa emosinya, kenangannya.
    Semoga menang mb eva

    ReplyDelete
  3. Kereeennnn... Tulisannya santun n enak dibacanya... EYD nya lulus nih....

    ReplyDelete
  4. artinya selama berumahtangga sudah 3 kali pindah rumah ya.. itu sahabat kakanya baik sekali.. semoga barokah ya rumahnya.. jadi tempat dimana kita pulang..

    ReplyDelete
  5. Dimana pun kita tinggal pasti memberi kenangan tersendiri ya mba eva....mantep puisinya mba

    ReplyDelete
  6. mba, tulisannya keren bangeeet... ^^b

    ReplyDelete
  7. 3 rumah dengan 3 cerita berbeda...
    penuh keharuan baca cerita pertama, rumah serpong itu...serasa berkaca pd tempat tinggal dulu. senang kedatangan tamu, tp bingung ketika ada yg menginap

    ReplyDelete
  8. subhanallah....banyak unik ya, bun disetiap rumah yg berbeda. kakak putri tambah sayang sama bunda pastinya.... "assalamu'alaikum dede.."

    ReplyDelete
  9. Tiap rumah memang pasti memiliki kenangan masing2 ya mbak :-)

    ReplyDelete
  10. MAaf, tuan rumahnya msh di dokter gigi, silahkan mampir dulu yaaa, minum2, makan2 seadanya, ngobrolnya tar malem yak.
    :)

    ReplyDelete
  11. hiks.... jd ingat kenangan di rumah itu

    ReplyDelete
  12. hayo hayo, msh ada 2 hari lagi ,kerjakan

    ReplyDelete
  13. masih banyak kenangannya, tp takut ngebosenin kalau diceritain semua.. hehhee

    ReplyDelete
  14. nah masalah ini ga ngerti deh, pokoke nulis aja dulu deh, selebihnya gimana juri ajah.. hihihi
    *kedapkedipberharapdapatLM

    ReplyDelete
  15. pindahan sih udah 5 kali, cimanggis pd awal nikah, depok saat putri 1-2 th. trus serpong, destarata dan sekarang ini deh.kalo diceritain semua, bisa puanjaaanggg.

    ReplyDelete
  16. melihat kebelakang, menjadikan kita penuh rasa syukur, ternyata kita berhasil melewati suatu tahapan perjuangan. masih akan banyak cobaan dalam kehidupan, stidaknya kita terus mencoba yg terbaik

    ReplyDelete
  17. melihat kebelakang, menjadikan kita penuh rasa syukur, ternyata kita berhasil melewati suatu tahapan perjuangan. masih akan banyak cobaan dalam kehidupan, stidaknya kita terus mencoba yg terbaik

    ReplyDelete
  18. iya mba, setiap saat adalah kenangan, yg bisa diambil pelajaran dari nya

    ReplyDelete
  19. hiks...kok jadi melow gini, hiks..jadi ingat cerita keluarga kecil kami berawal dari rumah kontrakan satu pintu di sebuah gang sempit didaerah kayumanis Jakarta...

    ReplyDelete
  20. ah masa sih, masih berantakan banget ya

    ReplyDelete
  21. hayo mba, kalo ke bogor, mampir2 lagi yuk

    ReplyDelete
  22. sebetulnya 5 mba, cuma kebanyakan nanti kalo diceritain semua.. hehhe
    iya mba, masalah tamu itu kadang bingung banget, akhirnya ya menggelar kasur deh di ruang tengah

    ReplyDelete
  23. iya na, tiap tempat ada kenangannya sendiri, yg paling berkesan yang di Destarata, benar2 batu loncatan bagi kami

    ReplyDelete
  24. Ini nih calon juaranya, menurut prediksi saya. BTW Rumah Destarata lokasinya di Indraprasta kan ya? Yang Tasmania apa di Bukit Sentul? Saya belum pernah ke situ soalnya, jadi penasaran. Semoga berjaya di rumah milik sendiri ini.

    ReplyDelete
  25. iya, kan setiap hari yg di lalui membawa satu lembar kisah dalam perjalanan hidup.

    ReplyDelete
  26. kenangan yg indah aja yang dikenang yaa... yg buruk jd pelajaran

    ReplyDelete
  27. wah critain dong mba, seru pastinya, walau pahit tp ada kenangan tersendiri

    ReplyDelete
  28. destarata di perum indraprasta 2 bun, belakangnya livingg room di pandu raya itu loh. Nah kalo tasmania, belakangnya destarata, dipisah oleh kali kecil.
    kapan2 mampir ya bun

    ReplyDelete
  29. Oh, di belakangnya Destarata, oya insya Allah kapan-kapan ya kak. Kepengin juga deh.

    ReplyDelete
  30. ini spiral itu ya mbak?

    aduuuh jd takut mau pasang itu....knp bisa geser2 gt sih mbak?

    ReplyDelete
  31. wah mbak eva masih menyimpan semua cerita kenangan tiap rumah dengan rapi ya..:)

    ReplyDelete
  32. iya.. penyebab nya ya ga tau, pdhal lapisan rahim itu kan tebal, nah gmn caranya itu iud bisa nembus dan masuk ke rongga perut. saat currate jg diusahakan utk ambil skalian, tp ga ketemu, stlh di rontgen , ya emang udah bukan di rahim lagi.. ;(

    ReplyDelete
  33. kalau kenangan kan mmg akan abadi dlm ingatan, cuma sayangnya, aku jarang banget moto2 rumah, jd ya rumah serpong, destarata ga punya foto wujudnya .. hiks

    ReplyDelete
  34. wahhh keren...insya allah menang nih mba :)
    aku baru bikin draft jadi minder pas baca tulisan ini

    ReplyDelete
  35. tulis aja mia, kan berbagi cerita, mslh menang kalah sih ya itu bonus...

    ReplyDelete
  36. wah.. keren ini tulisannya...smoga menang ya Mbak

    ReplyDelete
  37. Wow, rumah Tasmania-nya cakepppppppp, rumah impianku banget niy, Mbak :-p
    Kapan ya bisa punya rumah sendiri? :-D

    ReplyDelete
  38. wuaaaaaaaaaaa saya ketinggalan jurnal ini
    rumah Tasmanianya bagus
    pengen main kesana ah

    ReplyDelete
  39. aku jg blm mampir ke tulisan arni, nnt ahhh
    hayo mampir ke tasmania yuk, skrg sih brantakan euy, udah bnyk gompel2 rumahnya ;(

    ReplyDelete
  40. Perjalannan menuju rumah ini jg puannjaaang ima, insyaAllah akan ada waktunya kok, semangat !!

    ReplyDelete
  41. mauuuuuuuuuuuuu
    kapan kita ngumpul2 di tasmania?

    ReplyDelete
  42. Rumahnya bagus Mbak. Nampak enak..dan tulisannya juga enak..sedap dibaca. :)

    ReplyDelete
  43. mba eva mmg jago merangkai kata...enak mengalir kalimatnya. hope to be the winner hehhe

    ReplyDelete
  44. kalo ke bogor, kabar2i ya, mampir atuh

    ReplyDelete
  45. wah susah buat nembus para penulis kawakan euy....

    ReplyDelete
  46. makasih ya sudah partisipasi..... langsung locked ya...

    ReplyDelete
  47. siap mba .. makasih jg udah ngadain lomba ini , smoga lomba2 berikutnya semakin sukses..

    ReplyDelete
  48. Tulisan mbak eva tuh selalu mengharukan dan menyentuh deh..
    Kayaknya udah ga akan pindah2 lagi kan mbak?

    Smg menang yaa :)

    ReplyDelete
  49. uniq vote ini... smg menang yg mbak evaa...

    ReplyDelete
  50. insyaAllah ini rumah yang tetap, kecuali ada rejeki lagi trus pindah ke menteng.. yaaa mana tau... hihihii

    ReplyDelete
  51. walau aku ga vote tapi aku kasih yg lebih baik yah =
    semoga rumahnya membawa berkah bagi mba eva dan keluarga, anak2 sehat dan awet jodoh yaaaa :)

    ReplyDelete