Selasa pagi, cucian sudah direndam siap menyerap butiran tenaga yang katanya akan membersihkan sendiri pakaian pakaian itu. Ah biarlah, tuntaskan dulu bekal anak-anak, sayur asem plus kaki naga goreng dan bakwan tahu. Tiga termos makan telah siap tersaji, sekarang membereskan fadhl untuk bersiap ikut mengantar mas dan abang sekolah.

Melangkahkan kaki, membawa tiga bocah lelakiku menuju sekolahnya, senang melihat mereka bersemangat, walau enggan membawa termos bekal mereka, berlari berkejaran dengan adiknya, memicu jalan yang seolah singkat menuju tempat angkutan umum. Aku tersenyum ... Inilah semangat hidupku, melihat mereka tertawa, bercanda seolah tiada beban yang bermakna dalam batin mereka . Sesekali mereka menengok kebelakang, melihatku berjalan pelan membawa satu ransel dan 2 termos makanan mereka. Sekilas mereka tersenyum dan kembali berlari seraya berteriak dan bergurau
'iihhh bunda kaya apa aja, bawaannya banyak bener sih, hihihihi'
Belum sempat aku membalas, mereka kembali berlari dan berkejaran. Ah, sudahlah, berat ransel ini tidak sebanding dengan keakraban mereka, lupakan saat-saat mereka bertengkar, saling meledek, rebutan mainan, memaksakan kehendak hingga berakhir dengan deraian air mata atau sekedar teriakan amarah. Pemandangan di depan mataku ini begitu indah, walau hanya sebentar.

Perjalanan yang mengesankan, jalan kaki menuju angkutan, naik kendaraan yang hanya sebentar dilanjut dengan berjalan kembali. Mengatur susunan siapa memegang siapa, menyebrang, menaiki angkutan dengan tiga bocah kecil bukan suatu yang mudah, terkadang salah satu harus berdiri lantaran pagi-pagi cukup sulit menemui kendaraan kosong. Mengeluhkan mereka ? sama sekali tidak, mereka tetap tersenyum dan sang adik yang selalu aktif bicara, tidak hentinya berkomentar tentang kondisi sekitar. Dan aku, dengan bawaan yang begitu banyak, hanya sanggup menata nafas agar bisa menjalani ini dengan tenang.
Sesekali dalam perjalanan akhir, kami berpapasan dengan mobil jemputan dari teman-temannya, mereka berteriak memanggil nama anak-anakku, terlihat maisaan dan ghifari saling meledek karena dipanggil oleh para akhwat. Lucu, melihat bagaimana anak-anakku sudah memiliki rasa enggan untuk bercampur dan bergaul dengan akhwat. Syukurlah ....
Tibalah kami di sekolah, satu persatu mencium tanganku seraya aku menyerahkan termos makan siang mereka. Tak lupa dalam hati aku ucapkan doa terindah untuk mereka, tuntutlah ilmu wahai anakku, jadilah pejuang islam yang benar, pahami dan benamkan dengan sebaik-baiknya tentang aqidahku, perbaiki akhlakmu, dan jadilah manusia yang berguna untuk agama dan orangtua.

Aku biarkan diriku mengistirahatkan letihku, seraya kupandangi mereka dan teman-temannya mengisi waktu sebelum tanda sekolah dimulai. Apa lagi yang mereka lakukan selain bermain bola bersama. Dilapangan beton dengan kontur yang tidak rata, tanpa alas kaki, mereka bermain seolah tidak merasakan sakit pada telapak kaki mereka, semua tertawa dan semangat berlari berkejaran menendang si bola plastik.
Wahhh aku rasa aku menemukan jawaban atas cepat sobeknya celana mereka, serta bagaimana telapak kaki mereka begitu keras dan banyak luka disana. Hih... hanya bisa menarik nafas, ya lakukanlah apa yang kalian ingin lakukan, lewati masa kecilmu dengan duniamu. Yang bisa ibu lakukan hanya menambah perlahan celana-celana sobek-mu, menyikat kotoran yang melekat pada pakaian seragammu, dan berusaha memberi kalian makanan yang layak untuk mengganti energi mu.

Dan, bel telah berbunyi, semua mulai kembali kedalam kelas, aku lambaikan tanganku pada mereka, sekali lagi dengan doa tersembunyi dari dalam hati... Selamat berjuang nak ....
Aku dan Fadhl....
kembali menelusuri jalan menuju rumah....
Masih banyak yang harus aku kerjakan....
Mendidik bocah kecilku dengan caraku, dengan keseharian dan penjelasan, entahlah apa itu cukup baginya, yang aku tahu, baru itu yang aku mampu ...
"eh, ade kecil dari mana " seorang ibu di dalam angkutan menegur Fadhl yang asyik bercerita
"dari anter mas abang sekolah"
"loh, ade sendiri ga sekolah? umurnya berapa ? "
"ade sekolah kok, di rumah ama ibu, ya bu ya....."
Aku hanya bisa tersenyum ....
Entahlah .....
Bogor, AKhir September 2011
Aiiih indahnya cerita ini mbak, aku jadi ikut mengayunkan langkah jg rasanya saat membacanya
ReplyDeleteIndah dan menyenangkan sekali ya..
baru sempet nulis, ga bisa panjang2, susah banget nyuri waktu buat nulis dan bercerita ;)
ReplyDeletekaki naga goreng itu apa, mbak?
ReplyDeletekaki naga goreng? kaki ayam? apa cangkang kepiting ya?
ReplyDeleteindahnya masa anak2.. kaya obat ya melihat mereka.. tiap hari mas dan abang selalu diantar? putri sendiri?
ReplyDeleteJadi inget ritual nganter anak-anak saya setiap hari ke SD Pengadilan. Biasanya para ibu anak-anak kelas 1 dan 2 nggak pulang, tapi belanja di pasar sambil nunggu mereka belajar. Waktu itu nggak terasa sudah lama berlalu, dan alhamdulillah kita tidak mengorbankan waktu dengan sia-sia. Mereka menikmati kedekatan dengan kita di masa dewasanya. Itu yang saya alami dengan anak-anak saya sekarang.
ReplyDeleteSelamat nganter ke sekolah ya bu, tetap doakan yang terbaik bagi mereka!
Fadhl makin pinter ya.....
ReplyDeletehehehe kaya nuget gitu , beli jadi tinggal goreng
ReplyDeletekayaknya campuran udang dan ikan deh, dibentuk kaya dragon leg, ada pegangan lidinya gitu , makanan instan, lg rada males ..
ReplyDeleteputri ama jemputan, krn skolahnya lebih jauh. biasanya sih ama bapaknya, cuma kadang kalau bapajnya ngajar pagi, ya jd aku yg antar, kalau pulangnya ama supir nya kakak naek motor.
ReplyDeleteskrg anak kelas 1 pulang jam 2 bun, yang kelas 3 plg ba'da ashar.. saya jd hanya antar, pulangnya mereka dijemput ama supirnya kakak naek motor.
ReplyDeleteiya bun , biar cape, tp kadang banyak yang kita lihat dari perkembangan mereka
makin segalanya deh ... hehehe
ReplyDeletembak, hati saya menghangat baca cerita ini :)))
ReplyDeletenyentuh bgt buat saya, makasihh sekali udah sharing ya mba :)
@nita ... Trimakasih ya sudah berkenan membaca dan sdikit membuat hangat..
ReplyDeleteSedikit perjalanan keseharian, ditulis dg bahasa sederhana ditengah keriuhan bocah kecil ini .. :)
Bundaaa...keseharian bunda skrng udah aq rasain n menjadi bagianku....alhamdulillah, senanggg skali rasanya diberi kesempatan berikutnya menjadi irt....trimakasih ya allah....
ReplyDeleteAntar jemput anak itu menyenangkan...apalagi begitu dapat laporan, 'bunda...bekal kaka tadi abis...' wuaaa...puasss rasanya....
wahh tingginya hampir samaaa...Fadhl cepet bener tingginya...
ReplyDeleterajin euy, bikinin bekal buat anak-anak sekolah. kalo fay sih untungnya ada katering di sekolah. hehehe, jadi ibunya gak repot... *ibu pemalas...
ReplyDeleteromantisnya, jalan bersama 3 anak lelaki, jd larut sama cerita Eva
ReplyDeletemasya Allah itu main bola ga pake sepatu
so sweet..:)
ReplyDeleteHuaa seru banget mba :)
ReplyDeletebetul banget, dengar laporan makanan bekal habis, rasanya semua cape di pagi hari itu lenyap, berganti dg bahagia dan smeangat ..
ReplyDelete@mba niez iya, mereka bertiga skrg dah balapan tingginya
ReplyDeletekepaksa mba, catering sih ada, tp lumayan mahal dan isi nya banyak banget, takut mubazir .
ReplyDeleteitu dia mba, pd kuat banget, makanya kakinya tuh baret2 di telapaknya
ReplyDeletesemanis kisah teh dina berkisah tentang anak2
ReplyDeleteperjalanan anak2 sll seru ...
ReplyDelete