Wednesday, September 15, 2010

Lebaran: Mencari sesuatu yang berbeda

Tahun ini adalah tahun kami memulai sesuatu yang baru, kehidupan yang jauh dari tahun tahun sebelumnya, kehidupan yang kami buat dari keputusan besar kami dalam merubah cara hidup kami, kehidupan yang juga melibatkan begitu banyak rasa, suka, cita , sedih dan duka yang tergodok dalam belanga bernama cinta. Ya , cinta kepada sang pemilik raga, cinta kepada ALLAH semata .

Cobaan menguji ke tawakal-an kami, cobaan atas kepercayaan diri kami, cobaan atas keyakinan bahwa jalan ini adalah jalan yang terbaik bagi kami, yang mudah2an Allah meridhai dan mempermudah jalan perjuangan kami.

Berat, pastilah berat, dari yang memiiliki 2 sumber mata air, sekarang harus mencari sendiri dimana mata air itu berada. Dari kehidupan dengan rutinitas 5.30 to 7.30 sekarang menjadi semau ku mau bangun dan tidur jam berapa . Dari yang menjadi penunggu tanggal 25 menjadi penunggu konsumen dan berharap ada rizki untuk hari ini, dan dari seorang yang memiliki jatah THR menjadi seorang yang berkewajiban memberi THR kepada orang lain.

Namun semua itu berbasis pada keyakinan, kesabaran
, ketabahan dan doa... Doa dan dukungan dari semua yang memahami kami adalah penguat bagi kami. Kami berjalan, tertatih dan terkadang tersandung, namun kami berusaha bertahan dan bangkit, semua demi keyakinan dan mencari satu kata bernama Tawakal.

Alhamdulillah, anak anak mengerti dengan sangat baik, karena ini adalah salah satu keinginan mereka juga, konsekwensi sudah mereka pahami, dan kami menjalani sebagai satu team yang harus solid, bertahan dengan keyakinan.

Menghadapi puasa dan Lebaran tentu menjadi perjuangan sendiri bagi kami, namun sejalan waktu yang telah berlalu , pola pikir kami yang mungkin dulunya lebih memikirkan materi sudah mulai bergeser , dan itu sangat membantu kami untuk bertahan. Tida
k ada menu berbuka yang mewah , kami tetap bisa berbuka dengan menu seadanya. Tidak ada lauk pauk yang lengkap, kami masih bisa makan dengan sekedar sirup dan sayur bening ala kadarnya. Dan hikmah puasa tetap dapat kami rasakan, karena smua rasa haus dan lapar telah tergantikan dengan tegukan awal penuh nikmat didampingi ucapan syukur kepada pemberi Rizki...  Yaa... kami toh tetap bertahan...

Alhamdulillah kami tidak pernah membiasakan anak anak unutk mendapat baju baru setiap lebaran, jadi mereka sampai sekarangpun tidak mengerti akan kebiasaan itu, bagi mereka baju baru akan ada bila memang di butuhkan, sepatu baru akan ada jika sepatu lama sudah rusak atau usang, tas baru akan ada bila tas lama sudah tidak dapat di pakai lagi dan semua hal yang seperti itu, jadi apa yang menjadi kebiasaan orang lain, bagi kami tidak ada masalah, karena memang kami tidak pernah membiasakannya.

Saat teman teman ramai membicarakan THR, sempat aku sedikit bersedih , ya tahun lalu aku menantikan jatah ini, karena sebagian dana THR bisa aku simpan untuk dana sekolah anak anak, sebagian lagi unutk berbagi sesama dan membelikan sesuatu unutk anak anak. Tapi tahun ini, semua itu tidak ada, dan aku harus berjuang untuk mencarikan jatah THR bagi karyawanku. Namun dikala kesedihan itu timbul, aku diingatkan Allah akan begitu besarnya rizki yang telah kami terima, Allah mengingatkan aku lewat sakit yang aku derita, dan betapa malunya aku yang selalu mengeluh namun sedikit meluangkan waktu untukNYA. Otakku di penuhi kembali oleh materi dan materi, padahal bukan itu tujuan sesungguhnya. Aku bersimpuh dan memohon ampun atas pikiran burukku. Dan kembali Allah menunjukkan cintaNYA, piutang yang sudah aku pasrahkan ternyata kembali, dan toko ku mulai banyak yang mengunjunginya.. Alhamdulillah ya Allah ...  Dan semua bentuk pemikiran akan materi aku simpan dalam bagian terdalam pikiranku... aku mau hidup dengan nyaman, dengan berusaha sekuatnya untuk mencari Ridha NYA, itu saja.... selebihnya biarkan Allah mengatur besarnya rizki kami, karena kami yakin DIA akan memberi yang terbaik bagi kami.
Lebaran tiba, pakaian anak2 ambil saja jatah dari toko, mba'Putri pengen kembaran ama mak-nya, mas Ghi, bang Ican ambil stelan baju koko , bapak
 ambil baju koko juga yang masih sisa di hari terakhir toko buka, nah de' Fadhl karena ga ada ukuran baju koko, akhirnya terpaksa beli deh , kasian dia selalu kebagian bekas kakaknya, dan emang sih yang ukuran dia sekarang ini, bajunya ga ada yang muat. Dah lengkap, pakaian terbaik untuk Shalat Ied sudah ada, siap menyambut Hari Raya dengan apa adanya..

Kue ... dulu waktu masih kerja, wuiii dompet rasanya bocor banget deh kalo urusan kue2an. Ada teman jual kuker ini, beli... ada yang nawarin bolu ini , beli... ada yg jual coklat beli, ada yang jual rendang, sumpia, sake (sagu keju), ciskek, dan kek kek lainnya, pasti aku beli , yaa ada yang alasan butuh, ada yang ga enak ama yang jual, ada ya
ng karena kasian ama yang jual, ada yang karena mau ngasih mamah, mo ngirim tante, mo buat tetangga, pokoke boros banget buat belanja yang namanya kue (eh baju juga sih dulu). 
Sekarang ?? mikir mikir banget, perlu atau ga , ngeliat situasi, toh anak anak ga doyan amat ama kuker, nanya mereka perlu ga bikin kuker (kalo beli mahal beeng), dan mereka bilang ga perlu, kasian ibu, syukurlah... Eh Alhamdulillah mamah (ibu ku
) bikin kuker, jadilah anak nya nyang ini melirik lirik sambil nyenggol tim pemasak kue di rumah mamah buat menyisihkan sebagian hasil karya kukernya buat ponakan di Bogor ... hehhee (anak sableng, bukannya ngasih malah minta... hehehe)
Tapi dasar aku doyan jajan ya, akhirnya ga kuat kalo di rumah ga ada hidangan sama sekali (kuker hibah dari mamah dah ludes duluan ama bocah) , akhirnya pergilah ke tempat grosir kue kering tradisional. Belanja banyak banget cuma abis 200
rb .. dapat berjenis jenis makanan tradisional kering, dari sumpia yang cuma 6rb perak, kue gabus manis, kripik singkong, kripik pisang, dan macam macam lagi yang aku sendiri kagak apal namanya. Pokoke kue2 kriuk gitu deh. Jadi kalo ke rumah, menu nya bakal beda deh ama rumah rumah lain, makanan kering tradisional yang garing dan enyak deh ... nastar , kastengel kan udah bosen yak .. hehehe mampir makanya ke Tasmania... 

Dah siap deh ... rencana selanjutnya adalah shalat Ied dimana, cari cari info akhirnya di putuskan ke Kebun Raya Bogor, karena katanya lumayan bagus khatibnya , jadilah kami merubah kebiasaan kami shalat di Jakarta menjadi shalat di Bogor dan selanjutnya langsung ke Jakarta untuk kumpul di keluarga besar. ALhamdulillah mereka mengerti dan semua berjalan dengan baik. 
Langit hari  Ied di Kebun Raya

Hari H , pagi2 dah menyiapkan semua , mandi , dan menyiapkan bekal untuk shalat di lapangan rumput, tikar plastik, sajadah, dan tidak lupa cemilan buat Fadhl supaya ga bosen dan rusuh saat ikut Shalat. Berangkat ke Kebun Raya jam 6, dan karena jaraknya cuma seuprit, 10 menit jg nyampe, ternyata masih sedikit orang, terpaksa parkir didalam walau udah tau konsekwensinya bakalan pulang lebih lama karena antri mobil, ya sud lah...
Ambil posisi di pinggir , gelar tikar, siapin perlengkapan cemilan buat membungkam si cerewet, sambil ga lupa takbir lah... sesekali celingukan nyari teman atau siapa aja yang dikenal. Lama lama teman2 kajian muncul, tp mereka ambil posisi di belakang , ga bisa gabung , jadinya cuma senyum senyum aja. Beragam kegiatan dilakukan oleh jamaah, dari yang sibuk beresin bedak, beresin mukena, BBM an, foto foto an,  ngerayu anak , nyari tempat, ketiwi ketiwi, ngobrol , dan macam2 lah .. aku kembali mengingat diri untuk tetap terdiam dan hanya memikirkan diriku dan ibadahku. Namun dalam hati aku berharap, smoga saat shalat nanti aku  bisa merapatkan shaft ku dan bisa shalat dengan khusyuk.
Suasana shalat tidak seperti yang aku harapkan, tapi ya sudahlah, berusaha konsentrasi dengan apa yang aku mau saja, dzikir dalam hati disertai takbir yang tergumam dalam bibir ku, sesekali bersenda dengan Fadhl dan mengingat kan putri untuk bertakbir. 
Jam 7 Shalat di mulai, dan kekhawatiranku terbukti, ibu ibu itu begitu bertahan di sajadah mewahnya, tidak mau bergeming untuk merapatkan shaft nya.. hiks, aku terbengong , terpaku pada keinginan yang tidak dapat terlaksana, sebelahku tidak mau bergeser, pdahal dia tidak shalat karena memangku anaknya yang tertidur. Aku bergerak kesana kemari berusaha mengisi kekosongan, namun itu menjadi pemandangan aneh karena tiada yang lain yang mengikuti, ajakanku hanya menjadi hembusan angin, dan aku menyerah.
Sembari menangis , aku merapatkan diriku hanya pada Putri , berharap pengertian dari Allah dan menyesali kejadian ini. Ya sudahlah ... tahun depan atau Iedul Adha aku tidak akan mengulangi hal yang sama.. aku lebih baik mencari teman2ku dan bersama mereka yang aku yakin akan menjalani ibadah dengan semestinya. 
Khutbah di mulai, sekali lagi diluar dari harapanku, tapi ya sudahlah... hanya bisa memaklumi...

Selesai Shalat, kami semua berjalan di tengah rumput, mencoba menghirup udara lebaran, lepas sudah Ramadhan, dan saatnya berbuka... Menguji diri dan jiwa kami apakah semangat Ramadhan masih terbawa di 11 bulan mendatang . 
Diperjalanan menuju parkir mobil, terlihat sesuatu yang kinclong, wanita putih sekali bekerudung ala kadarnya, berpakaian putih mewah dengan dandanan full, penasaran kami dekati (eh ini mah karena skalian jalan ke parkir), hohoho ternyata Syahrini .. hehehe bening banget boooo.... reaksi aku dan putri sama, itu dia dandan dari jam berapa yak... hahahaha..  Ah sebodo lah.... jadi intermezzo aja 

Pukul 10  kami baru tiba di rumah mamah .. dan Soto Banjar... here we come.... nyummy banget dah masakan mamah. Lanjut ke rumah adik nya nenek , dan ketupat sayur betawi jadi pengganjal kedua kalinya, mantappppp....


====================================

Sesuatu yang berbeda .... 
Kami yang menginginkan
Kami yang menjalani 
Kami yang menghadapi
Dan Kami yang memahami 
Berat, ringan, itu cuma kapasitas
Suka duka, itu cuma rasa
Tertawa , menangis, itu cuma ungkapan
Namun yang aku tahu
Tidak semua ingin harus terlaksana
apa yang aku ingin harus aku cari dengan usaha
Tiada kata puas jika kamu mencari kepuasan
Tapi ada rasa syukur jika kamu mencari keridhaan

Terus berjalan, menapaki hari yang aku sendiri tak tahu seperti apa nanti
Biarlah berjalan apa adanya
Dan aku sebagai pengendara akan melaju dengan jalur yang jelas
Dengan Allah sebagai pelindung dan Alqur'an Hadist sbg pemandu




48 comments:

  1. Sederhana tapi tetap bermakna dan bahagia ya mba...

    ReplyDelete
  2. "reaksi aku dan putri sama, itu dia dandan dari jam berapa yak... hahahaha.. "......

    samaaaaa..aku juga berpikiran begituuuuu....aku pikir cuman aku aja lohhhhhhh........

    ReplyDelete
  3. kuker.....taun ini nggak ada yang beli jugaaaa........bikin sendiri dan dikasih...*banggasetengahmatiterhadapdirisendiri*

    ReplyDelete
  4. ceritanya inspiratif mbak eva... alhamdulillah memang harus bisa menahan diri atas semua ya... hijrah mbak eva dari kerja kantoran ke kerja rumahan, insyaAllah berkah ya..

    btw.. bagian yang intermezzo ini bikin dian senyum lebar..hehehe kalau udah biasa makeup mungkin 1/2 jam cukuplah mbak.. wkaakkak *dibahas...hehehe

    eh ini tulisannya diikutkan ke tulisan lebarannya mbak tin gak mbak eva ?

    ReplyDelete
  5. Mbaaa, toss dong baju lebaran ambil dari warung sendiri hehehe..
    Suasana sholat ied di jkt ma daerah emg beda mba. Di tempat ibuku, semarang, jarang ada mukena, sejadah mewah, yg ada empet2an karna tenpat terbatas bangeeet :(. Malah terhindar dari shaft yg kosong ya mba. Tapi rebutan tempatnya itu yg gak nahan :( bikin bete

    ReplyDelete
  6. byk makna lebaran ini ya. suka deh ga hambur2 konsumsi makan enak saat ramadan, ga perlu baju baru saat lebaran, byk maknanya dg apa adanya, yg penting mengejar fitrahnya.
    woaah msh ada yg solat ga merapetkan baris? kudu ditegorlah. soal syahrini mah udah dandan dr taon lalu kali ya. kog ga difoto sih.
    asik bener tuh lebaran dg soto banjar. semoga byk berkah ya mbak dg berbagi thr sekarang.

    ReplyDelete
  7. mbak evaaaa....very nice share...betapa banyak yg masih harus aku maknai dalam hidupku...

    ReplyDelete
  8. Salut buat semuanya terutama anak2 yg penuh pengertian..lebaran jd penuh makna

    ReplyDelete
  9. Makasih sudah berbagi cerita yg manis ini, mbak Eva...

    Bikin adem hatiku pas mbaca... :-)

    ReplyDelete
  10. alhamdulillah di mesjid deket rumah udah mulai rapet. tinggal auliya yg saya tarik-tarik mendekat yg protes, "Kan sajadah aku di sana? Terus buat apa dong sajadahnya?"

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah wi ... sedih tapi nikmat

    ReplyDelete
  12. hooh, kinclong dan dandan full loh, walau ga medok .

    ReplyDelete
  13. bangga dong, bisa irit dan mengasah kemampuan bikin kue

    ReplyDelete
  14. iya ya, mungkin krn dah ahli, penata riasnya bs cepet nyelesaian project make up menjelang shalat ... hehehe...

    ReplyDelete
  15. ga say, aku baru jd kontaknya mba Tin, pdhal sering liat id nya di reply teman2 yang sama... hehehe. Gpp ini share aja versiku

    ReplyDelete
  16. sbltlnya ga make baju baru sih mrk gpp, cuma nyindir doang, kok di toko pada beli baju koko, aku ga punya yang baru, akhirnya ambil jatah deh masing2

    ReplyDelete
  17. malu lah motoin die, tar ke geeran ... hihihi...
    di mobil aku bahas sih ama putri (dasar cewe ya), nyesel jg napa ga moto , eh bapaknya malah melotot, ya udah , nyerah deh

    ReplyDelete
  18. soto banjar menu wajib, minimal ga bs ke sana, soto nya cukup lah mengobati rasa rindu ke Banjarmasin

    ReplyDelete
  19. Setiap perjalanan hidup memiliki makna, kita wajib menerima itu dan menyadari akan hal itu. Perlahan, semua akan bisa

    ReplyDelete
  20. hehehe , mungkin ada sedikit pemaksaan, tp insya Allah mereka akan terbiasa

    ReplyDelete
  21. Hanya sedikit curahan yang smoga bisa di ambil maknanya.. malu juga sebetulnya, tapi biarlah aku urai melalui kata apa yang kami lalui

    ReplyDelete
  22. kalo di mesjid dkt rumah mah rapet, tp krn ini lapangan dan beragam orang kali ya, jd susah banget untuk membiasakan itu

    ReplyDelete
  23. suka sedih kalau melihat orang2 yang tidak mau merapatkan barisan shalatnya....

    ReplyDelete
  24. itu dia, aku sampai nangis , bingung , nengok kanan kiri, belakang, ga ada yg bergeming ... hiks

    ReplyDelete
  25. Lebaran yg maknanya sgt dalam.
    Very inspiring.. TFS.

    ReplyDelete
  26. curhatan yg punya sejuta makna, Mbak. Terima kasih ya sudah berbagi cerita.Lebaran tahun ini tentu lebih berkesan buat Mbak Eva n family.
    Btw...itu si syahrini sholat Ied jg masih dandan tebel kek di panggung hihihi

    ReplyDelete
  27. Episode baru... sesuatu yang berbeda
    saya menjalankannya dua tahun lalu
    dan tahun ini saya buat dengan cara berbeda pula
    perenungan atas nikmat itu lumayan sulit
    ternyata kita masih kurang bersyukur

    tfs mbak...

    ReplyDelete
  28. Kmrn pas lebaran jg gitu mba, shaf kemana2, tapi pas diumumin pada mau merapatkan shaf. Aku sholat di mesjid UI. Ceramahnya ttg perekonomian, yg bawain dekan FEUI, nampak sperti menyampaikan materi kuliah, tapi it was good speech

    ReplyDelete
  29. justru yang aku rasakan, ketika keinginan untuk berlebih-lebihan di hari lebaran kemarin di tekan sedalam-dalamnya, semua pintu rejeki dan nikmat tiada putus yang aku dapatkan mbak...Subhanallah, rejeki memang datang dari arah yang tak pernah kita duga...makasih ya mbak eva, dah berbagi cerita lebarannya

    ReplyDelete
  30. firman? beneran tuh jadi khotib.. baru tahu..

    ReplyDelete
  31. hebat kan, anak2 jadi belajar prihatin.. juga berempati.. semoga selalu bermakna setelah lebaran..

    ReplyDelete
  32. jadi ga ada ketupat ya diganti soto banjar..

    ReplyDelete
  33. inshaallah mbak, nanti ku pertimbangkan ya.. tapi memang ku pengen banget berterimakasih sama kontak tintin selama ini.. kisah ini inspiratif loh.. seneng bacanya..

    ReplyDelete
  34. hihihi si Syahrini dandanna pasti lama.. hm.. ngiler lihat tulisan 'soto banjar' T_T thanks for sharing, Mbak.. banyak pelajaran yang bisa kuambil dari sini :) izin copas boleh ngga, Mbak?

    ReplyDelete
  35. ga apa2 kok mba Tin, tenang aja.. makasih ya udah jadi kontak ku juga :)

    ReplyDelete
  36. Alhamdulillah.. mudah2an tiap adegan kehidupan bisa kita maknai dengan baik

    ReplyDelete
  37. betul mas, terkadang ditengah kesadaran akan wajibnya bersyukur, sering tergoda untuk mengeluh..

    ReplyDelete
  38. betul rin, tiada yang bisa menyangka, yang penting kita selalu ikhtiar dan pasrah dengan kehendak yang kuasa

    ReplyDelete
  39. Doyan soto banjar juga kah ?? emang mantap ya, seger ....

    ReplyDelete
  40. hehehe... ga medok sih, cuma ya dandan kaya di panggung lah, soalnya kan sambil di wawancara gitu, jd kudu prepare kali ya.. (hehehe seneng jg bahas cewe cakep)

    ReplyDelete
  41. mbakeva yang cantik.. ini ku link ke update tetamu istimewa ya.. sangat berkesan loh ceritanya, inspiratif.. pernah ku cerita ke adik soal mbak tuh, perubahannya itu mirip kisah adik juga..

    ReplyDelete
  42. wahhh. jadi malu :)
    Makasih ya udah di Link :D

    ReplyDelete
  43. sholat Ied di lapangan parkir Pertamina Cilacap tahun ini bisa jadi contoh mb Eva
    ada panitia (bagian perempuan, panitianya perempuan) yg cerewet ngatur shaf biar rapat. bahkan ada ibu2 pejabat yg ditegur juga karena gak mau bergeser. jempol deh.
    barisan juga rapi, bagian depan dipastikan penuh, yg ibu2 bawa anak kecil ditempatkan di pinggir, biar tidak mengganggu jamaah lain.

    ReplyDelete
  44. Wah enak banget tuh ... harusnya semua jamaah bisa atur diri sendiri ya

    ReplyDelete
  45. aneh pun sadar solat itu kudu repat shafnya kog malah sengajah kasih sajadah lebar2 gitu.. bener2 jempol deh buat panitia yang ga peduli status..

    tapi seringnya kalu lebaran ku solatnya bareng keluarga lengkap satu shaf loh di semarang kalu kumpul di alun2.. campur2 gitu cowo cewe, datangnya selalu mepet2, kan jauh kalu dari ungaran ke alun2 semarang.. jadinya begitu sampe udah mo solat ied aja..

    ReplyDelete