Aku merenung ... membuka lembaran tulisan dalam rumah mayaku ini, dan aku membuka kembali keinginan dan target ditahun berjalan ini . Aku tidak melakukan review pertengahan tahun, aku terlalu asyik menjalani hari dengan apa adanya, menata diri yang telah berubah menjadi sosok berbeda. Menjalani kehidupan baru yang menjadi impianku, seorang ibu rumah tangga .
Ditemani Transformer dan Iron Man di dua stasiun TV malam ini, aku mencoba menuangkan apa yang telah aku capai tahun ini. Membuka kembali hasrat yang ada , merangkai lembaran hari yang terlampaui , perlahan... memaknai... mengingat ... bahwa masih ada asa yang tersirat .
Resolusi ku tahun ini bisa di lihat di SINI , berkonsentrasi pada keputusanku untuk berhenti bekerja dan lebih meluangkan waktu bersama anak-anak. Berusaha meluruskan niat , berjuang nekat dengan satu tekad, mencari ridha Allah .
Anak-anak
Inginku di tahun ini menyerahkan diriku untuk mereka, menambal lubang kerinduan dalam diri mereka dengan bentuk nyata diriku. Bukan mereka yang harus menantiku di setiap malamnya, namun diriku harus menantikan mereka disetiap kepulangan mereka menuntut ilmu. Aku merasakan betapa hampanya diri , sepi menunggu orang yang dicinta sedang berjuang diluar sana, tak jarang di awal aku berada di rumah , aku merasa nelangsa, bukan karena kesepian, tapi rasa bersalah karena telah membiarkan anak-anaku merasakan suatu perasaan tak menentu, menunggu.. menanti bundanya kembali kerumah, mencurahkan kembali cintanya kepada mereka.
Kecupan tangan satu persatu dari mereka, berpamitan , berangkat berjuang di sekolah. Dulu, kecupan tangan itu aku lakukan , namun merekalah yang melepasku.. dengan tatapan sedih, tatapan pasrah, tatapan terpaksa mengikhlaskan, karena inilah pilihan yang masih harus terpaksa dijalani. Aku iringi kepergian mereka dengan senyum, seraya berucap cinta ku yang tulus dan betapa sayangku pada mereka. Berjuanglah nak, timba ilmu sedalam-dalamnya, ambil bekalmu disana, ibu mendoa di sini, dan ibu akan ada disini saat kalian pulang nanti.
Satu persatu mereka kembali, jam 1, jam 3, jam 5 ... Alhamdulillah, semua cintaku telah kembali kepelukanku. Aku bersyukur mereka telah berhaslil menjalani hari di sekolah mereka. Kini tugas kembali kepada pangkuanku, memberi contoh kepada mereka, tidak mengada-ada, apa adanya, penuh emosi, berusaha sabar, berdamai dengan amarah, berkawan dengan letih dan gundah. AKu masih terus mencoba, bahkan hingga kini aku masih menata diri, menjadi ibu yang lebih baik bagi mereka.
Mereka terlalu banyak berkorban, dan kini akulah yang sepatutnya berkorban, adaptasi di awalku berada ditengah mereka tidak ada kesulitan, tugasku yang mencari ritme kehidupan hingga aku bisa melaksanakan semua tugas dengan rapi, mengurus mereka, rumah, dan mencari rizki lewat pintu yang baru aku langkahi.
Bisnis Yang Turun Naik
Keluarga nekat, suami istri tanpa pekerjaan tetap, hanya mengandalkan usaha dagang yang baru dalam tahap online . Gila… sebagian berkata itu, namun apa yang kami lakukan sudah melalui pemikiran panjang. Dan pasrah pada jalan Allah , tawakal menjalani hari, usaha mencari maisyah dengan cara yang sesuai dengan ajaran agama, itu yang kami cari. Kami yakin, Allah akan selalu bersama kami, tidak akan pernah meninggalkan umatNYa yang berjalan sesuai tuntunanNYA.
Berat, tentu saja, belajar secara otodidak, merangkai jaringan, membenahi target dan langkah demi usaha kami. Kami membagi tugas, suamiku khusus membenahi website, aku berhubungan dengan memasarkan dan bertransaksi. Lambat, aku akui itu, karena keterbatasanku, tidak mengapa, aku terus mencoba dan mencoba.
Bulan April, aku mencoba meluaskan sayap dengan nekat menyewa toko , ya, sebetulnya ini keputusan mendadak , namun aku mencoba menjalaninya sebagai suatu ikhtiar, berharap bahwa ada suatu jalan bagiku untuk lebih berkembang, lebih maju dan besar, Alhamdulillah, walau tidak signifikan, namun adalah kontribusi dari keberadaan toko itu kepada kemajuan Ummughi Shop.
Namun, ternyata keberadaan toko ini , kembali membelah diriku, anak-anaku kembali kehilangan diriku, tak jarang mereka harus di ungsikan ke rumah bude nya , lantaran aku belum selesai mengurus sesuatunya di toko. Walau tidak terucap, namun aku bisa melihat tatapan kecewa mereka, dan tamparan terkerasku adalah dikala mereka berucap antara mereka, bahwa mereka tidak suka pulang bukan kerumah mereka.
Ya Allah… aku kembali tidak konsisten dengan tujuanku, aku kembali mengabaikan mereka, mereka kembali mendapatkan sisa senyumku yang telah terkikis oleh lelah diri dan jiwa. Mereka kembali harus memaklumi suatu yang tidak sepatutnya mereka bebani. Mereka kembali harus mendengar perkataan lelahku, menyingkir karena tidak mau menggangguku, menjauh karena tidak ingin menyinggungku. Ya, kembali aku telah menjadi ibu yang bukan ini mauku. Aku ada dekat mereka, namun aku sulit dijangkau oleh mereka.
Akhir tahun ini, aku telah putuskan, aku akan kembali ke rumah, bersama mereka , meluangkan waktuku untuk mereka. Menjadikan mereka yang utama, aku tidak ingin menghilangkan waktu singkat bersama mereka. Janjiku (insya Allah), aku akan bekerja di depan komputer hanya saat mereka tidak ada, atau dikala mereka ada kesibukan lain. Selebihnya, aku ingin berada bersama mereka, tanpa kesuh, tanpa amarah… mudah2an terlaksana.
Toko, aku kembalikan ke rumah, aku yakin jika memang Allah akan memberi rizki padaku, dimanapun itu , maka rizki itu akan tetap menghampiri. Kini tinggal usahaku, menebar iklan tanpa mendzalimi orang lain, bekerja sama dengan lebih baik lagi kepada supplier, dan mencoba mencari celah baru untuk usaha baru.
Aku dan Jiwaku
Aku akui bahwa masih belum maksimal usahaku dalam memperdalam urusan agama. Waktuku masih untuk dunia, aku sadari itu, dan aku malu karenanya. Niatku menghapal juz 30 pun belum terlaksana, kesadaran akan kesalahan…. Sungguh menyedihkan. Ya, aku sedih akan diriku sendiri, niaku belum di barengi oleh tekad dan usaha.
Aku hanya selalu berharap, Allah selalu memberi hidayah padaku, tetap membuatku kuat dan erat berpegang pada aqidah yang benar. Tidak tergoda oleh dunia dengan beraneka tingkahnya. Ya , doaku selalu agar aku tetap diberi kekuatan iman, hanya kepada Allah.
Ada hal yang membuatku tenang di tahun ini, keluargaku mulai memahami apa yang aku yakini, mereka tidak menggangguku, menerima alasan terselubungku atas acara-acara yang masih mereka lakukan, mereka memaklumi ketidak beradaanku , caraku, didikanku, yang tidak sama lagi dengan mereka. Aku menghargai mereka, dan mereka pun berhasil meruntuhkan egoisme, kekerasan diri , dan menerima aku dengan apa adanya. Aku begitu mencintai keluargaku, dan berharap semoga Allah membukakan pintu hidayah selalu kepada kami semua. Amiin .
Niatku berumrah tahun ini belum terlaksana, tdak mengapa, karena inilah takdir Allah, jika belum siap, maka masih samar lah kapan diriku akan kembali ketanahNYA. Biarlah aku mengikuti alurNYA, sepanjang niatku terus hanya untukNYA
Lainnya
Ternyata aku belum berani mengkhitan Fadhl, entah mengapa, padahal kakak-kakaknya di khitan umur 3 tahun , namun sampai saat ini Fadhl berumur 3,5 th, aku masih belum memberanikan diri untuk membawanya berkhitan. Mudah2an dia wal 2011 aku bsa memberanikan diri menunaikan kewajibanku terhadap anak putraku.
Tahun ini , seiring niatku untuk konsentrasi dirumah, aku mulai tergelitik untuk serius menulis. Pertengahan tahun , aku mulai mengikuti lomba demi lomba menulis, pemicuku adalah Dian Onasis yang begitu baik memberi jalan dan informasi mengenai audisi naskah dan lomba. Belum begitu besar harapanku , selain berlatih dan berlatih , menghaluskan rangkaian kata, menuangkan ide yang berkeliaran dalam benak.
Di Bulan Oktober, satu naskahku, berhasil diterima sebagai naskah antologi, belum sempurna, namun bagiku ini laksana pecah telur, membangkitkan semangat dan menjadi pemicu untuk ku agar lebih baik lagi.
Di Bulan Desember, 2 naskahku, kembali diterima, satu naskah puisi untuk charity korban bencana, dan satu lagi berupa buku inspiratif terbitan Leutika yang berhasil lolos Audisi Weekly Notes Be Positive. Perbandingan antara naskah terkirim dan naskah diterima, masih belum imbang, namun bagiku ini semua adalah pengalaman, dan aku harus mensyukurinya dan berbenah diri lagi unutk menjadi lebih baik.
Awal Desember kemarin, aku beranikan kembali mengikuti Workshop menulis praktis, harapanku, aku bisa memahami dengan lebih mendalam proses pembuatan sebuah buku, pencetus ide, penulis, menuangkan tulisan, editing , naik cetak, dan munculnya sebuah buku. Berkenalan dalam suatu komunitas baru, yang semoga bisa menjadi langkah baruku kedepan .
Masih banyak harapanku di tahun depan, karena harapan adalah suatu hal yang harus dikejar, dengan kebaikan, dengan tujuan mulia , menjadi lebih baik….


"




.













