Friday, July 20, 2012

Belajar Kehilangan

Sejak tanggal 15 Juli kemarin, resmi sudah putri menetap di sekolah barunya, Tashfia Boarding School. Menuntut ilmu jauh dari kami, keputusan berat, namun buka keputusan sesaat yang kami buat bersama.

Sejak putri kelas 4, kami sudah memikirkan mau kemana arah tujuan kami dalam mendidik anak2,  seiring dengan perubahan orientasi kehidupan kami,  dengan tegas kami memutuskan untuk memilih jalur pembekalan agama bagi mereka. Kami ingin memberikan tiang2 bangunan yang kuat atas pondasi yang sudah kami usahakan tertanam pada diri anak2. Namun pondasi itu harus bisa lebih kokoh dengan bantuan tenaga profesional yang lebih mengerti bagaimana menjadikan suatu bangunan diri kokoh dan tegar serta mampu dipertanggungjawabkan pada sang Khalik

Pilihan terbaik untuk semua itu adalah menyantrikan putri, banyak manfaat yang akan kami peroleh dari situ. penanaman aqidah, tahfizul qur'an,  pemahaman makna surah Al'qur'an, pemahaman hadist, belajar kemandirian, belajar pergaulan dan memahami bagaimana bersosialisasi tanpa ada kami di sebelah nya. 

Semakin dekat waktu perpisahan itu, kami sudah menyiapkan mental kami , kami ingatkan bahwa kami harus ikhlas, seikhlas2nya, karena tujuan kami adalah tujuan kebaikan, demi dia, demi kami, demi agama. Sampai saatnya tiba, tidak ada tetesan air mata, setidaknya kami berusaha tegar di depan nya. Tersenyum, berusaha memberikan dan menunjukkan cinta terbesar kami padanya, meyakinkan bahwa apa yang kami lakukan adalah karena kami mencintainya karena Allah.

Namun, bohong besar jika aku tidak merasa sedih , bohong kalau aku bilang bahwa aku kuat, aku lemah dalam nafsu beralas rindu. Tangisan tak tertahan tatkala baru kuhempaskan tubuhku di ranjang setelah mengantarnya pergi. Dan di tengah malam sepi, tak kusangka, kudengar pula isakan perlahan dari kamar putri, dan kulihat suamiku terpengkur di atas sajadahnya. Kami merindumu dalam diam......

Seharusnya sedih ini tidak boleh berlarut2 ya, karena kami sedang dalam proses belajar kehilangan. Mempraktekkan bahwa anak adalah titipan Allah, yang suatu saat akan diambilNya. Saat ini kami hanya terpisah sementara , masih ada jalan untuk bertemu kembali, masih ada cara untuk memeluknya, menunjukkan cinta kami secara nyata. Dia masih ada dalam genggaman, walau genggaman ini mulai melonggar dan perlahan bisa kami urai agar keikhlasan itu lebih lunak dan tidak ada sakit saat genggaman itu harus terlepas.

Ternyata memang lebih berat orangtua nya ya, mungkin anaknya merasa biasa2 saja, tapi kami begitu galau . Terasa sangat berbeda di rumah tanpa satu anak,  mau kemana2 juga terasa kosong, mau masak macem2 juga kok ga semangat, mungkin karena selama ini yang selalu nerima apa aja yang aku masak , ya putri saja, dia tidak pernah komplen, dengan apapun yang aku lakukan.  Ibu rindu sekali nak ... 
Masih sangat butuh waktu, masih butuh rasa sabar ...  Ini adalah perjalan kehidupan baru kami.... Hanya kepadaNya kami memohon dan berlindung, kutitipkan anakku dalam penjagaanMu Y a Allah...  Doa kami selalu menyertai keseharianmu, ibu bapak selalu ada nak... 


Alhamdulillah , besok hari minggu kami bisa menjenguknya, beribu perasaan berkecamuk dalam diri ini, tunggu bunda ya nak.....