Monday, October 31, 2011
Hujan
Friday, October 28, 2011
[Rumah Kenangan] Persinggahan Dengan Sejuta Kenangan
[Rumah Kenangan] Persinggahan Dengan Sejuta Kenangan
Eva Syamsudin
Rumah, selayaknya adalah tempat berteduh
Bagi manusia yang berjuang dalam peluh
Membangun cinta, hidup dalam kasih
Menata diri, merangkak dan menuai benih
Perjuangan….
Wujud dari sebuah harapan …
Bersama,
Teriring ikhtiar, tawakal dan doa,
Serpong, 2002-2005
Boss kecil di rumah Serpong
Tiga tahun kami menempati rumah mungil itu, 72/98m2, 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, ruang tengah yang sengaja kami luruskan sampai belakang, dapur, serta tempat cuci dan jemur di bagian belakang. Sedikit taman kecil di depan kami sisakan untuk tempat kami bersenda dikala lelah.
Banyak kisah yang terjadi dalam kehidupan rumah tangga kami di rumah kecil itu. Suka, duka, kepedihan, kegelisahan, kebahagiaan, kecemburuan, kekhawatiran dan beribu perasaan lain yang mengiringi keseharian kami. Itulah sebuah perjalanan…
Rutinitas harus mempercayakan Putri hanya kepada dua orang asisten di pagi hari, tiada sanak saudara, hanya bermodal harapan pertolongan dari tetangga jika ternyata ada sesuatu yang terjadi kepada keluarga kami. Pasrah, dengan keyakinan bahwa hanya kepada Allah kami memohon perlindungan. Tak jarang aku berjalan dengan meneteskan air mata teriring suara tangisan Putri di kejauhan. Kenangan terberat bagi setiap ibu .
Lalu lahirlah Ghifari, kemudian Maisaan, menambah kesemarakan dan keramaian rumah kami. Rumah kecil itu sudah tidak mampu menampung 7 kepala di dalamnya. Sementara kami selalu kebingungan setiap orangtua kami datang, diantara kegembiraan mendapat kunjungan, ada kesedihan karena kami tidak dapat memberikan pelayanan terbaik bagi mereka. Kala mereka ingin menginap, maka kami harus menyulap ruang tengah menjadi kamar tidur bersama, tidur di bawah dengan suara kipas angin menderu yang tidak dapat mengurangi panasnya malam udara Serpong. Walau mereka berkata tidak mengapa, tetap ada rasa bersalah karena tidak bisa memberikan yang terbaik bagi mereka.
Kondisi kamar kami lebih parah, tempat tidur besar berisi aku, putri dan maisaan yang masih bayi, di bawah terdapat dua kasur ukuran single membentang berlainan arah untuk Suami dan Ghi. Dua lemari besar berada di sisi lain bersebrangan dengan tempat tidur. Kamar yang tidak luas itu sudah tidak layak disebut tempat istirahat, terlalu banyak isi dibanding wadah.
Kamar lainnya pun begitu, berisi tempat tidur tingkat untuk kedua pembantu kami, dua lemari kecil serta meja setrika yang semakin menjadikan kamar berukuran kecil itu semakin terlihat kecil. Tapi hanya itu kemampuan kami, harus menerima apa adanya, seraya memikirkan langkah ke depannya.
Sampai akhirnya kami harus memutuskan bahwa kehidupan ini harus berubah. Kami harus pindah…
Kami mulai merencanakan, menghitung, berdiskusi, mencari, dan segenap usaha dilakukan untuk mewujudkan impian kami, rumah baru dengan kondisi yang layak. Pada akhirnya, dengan pertimbangan yang sangat matang, kami memutuskan akan pindah ke Bogor .
Selamat tinggal Amarapura, selamat tinggal kenangan indah rumah kecil kami…
Destarata, 2005-2006
Dalam masa pembangunan bakal rumah kami di Bogor, kami mendapatkan begitu banyak kemudahan dari Allah. Rencana untuk menyewa rumah sementara, terbantukan dengan tawaran menempati rumah kosong milik sahabat dari kakak. Rumah besar di komplek perumahan elite tidak jauh dari lokasi perumahan kami. Biaya sewa yang kami anggarkan, akhirnya kami pergunakan untuk mengecat ulang rumah singgah ini dan membeli beberapa perlengkapan rumah.
Rumah Destarata ini memiliki luas sekitar 150m2, terdiri dari 3 kamar tidur dan 1 kamar pembantu, 2 kamar mandi, ruang tamu, ruang keluarga yang besar, dapur, dan garasi cukup untuk 2 kendaraan. Kondisi rumah itu sebetulnya sudah kurang layak, rumah asli dari developer yang belum sempat diperbaiki. Banyak titik-titik kebocoran dari atap, dan kami hanya mampu membenahi seadanya, setidaknya kami bertahan dengan apa adanya kondisi rumah ini. Antisipasi kami hanya menyiapkan bak dan ember di beberapa titik bocor tersebut di kala hujan.
Sepuluh bulan kami menempati rumah ini, cukup singkat namun begitu banyak kenangan kami dapati disini. Disini, kami memahami arti Qadarallah, bahwa sehebat apapun kami menghindar, jika Allah berkata jadi, maka jadilah, jika Allah berkehendak mengambil apa yang menjadi milikNya, maka tiada kuasa kita sebagai manusia untuk menyesalinya.
Disini, aku kedapatan hamil walau kondisi sedang menggunakan alat kontrasepsi, pada awalnya kami cemas dengan kondisi ini, namun kami segera sadar bahwa anak adalah rizki, kami bersuka cita atasnya.
Disini, kami tertatih-tatih mengumpulkan uang untuk pembangunan rumah kami, mengatur rizki yang ada sehingga bisa memenuhi semua kebutuhan.
Disini, kami menerima makna kehilangan, saat bayi dalam kandunganku ternyata meninggal diusia 4 bulan. Aku harus menjalani curratage, pemeriksaan berulang kali untuk mengetahui lokasi IUD yang tertinggal, dan akhirnya harus menjalani operasi pengangkatan IUD yang ternyata berada di dalam rongga perut.
Disini, kami belajar makna sabar, menghadapi asisten yang berulang kali melakukan salah, berbuat sekehendaknya, pergi tanpa pamit dan membiarkan kami dalam masalah baru.
Disini, kami mengenal hidup sehat, belajar makna RUM (Rational Using of Medicine), berkat Dr.Eka yang membuka pola pikir kami akan makna sehat.
Disini, kami mulai mendalami kehidupan religi kami, belajar lebih dalam tentang Aqidah, Ibadah, fiqih, membenahi kekosongan dan keraguan jiwa dengan lebih mendekatkan diri pada Illahi.
Disini, aku melihat perkembangan anak-anak dengan lebih jelas, melihat mereka tertawa, bermain dalam kebebasan. Sakit pertama Ghi, langkah pertama Ican, gigi tanggal pertamanya Putri, dan perkembangan lainnya.
Sepuluh bulan yang singkat, menjadi jembatan bagi kami menuju rumah impian kami, yang akan membuka lembaran baru diri kami, dengan kisah baru, perjalanan baru, tantangan baru, dan akhirnya anak baru… J
Tasmania, 2006

Rumah Tasmania, saat pembangunan 2006
Bismillah, dengan berlindung kepada Allah Subhanallahuwatta’ala, kami akhirnya menempati rumah baru kami, rumah yang akan menemani kami dan anak-anak mengarungi perjalanan baru.
Rumah ini akan memberi kenangan baru bagi kami, hari demi hari, tantangan demi tantangan, dalam perbaikan jiwa dan raga, berusaha menjadi manusia yang selalu dalam RahmatNya.
Masa lalu adalah kenangan,
Proses pembelajaran,
Masa pendewasaan,
Waktu pemikiran,
Melewati tantangan,
Berat menjadi ringan,
Bersama…..
Dalam sebuah Rumah Tangga.
Diikutkan dalam lomba Rumah Kenangan yang diadakan oleh Mba Intan.
Wednesday, October 26, 2011
[ Bongkar file ] Photo studio
Tuesday, October 25, 2011
Waktu
Monday, October 24, 2011
Sunday, October 16, 2011
Sekedar diri ini




