Friday, May 20, 2011

Rehat ....

Mau rehat sejenak ... entah berapa lama, banyak yang mau diungkap, tapi kok ya masih belum bisa menyusun kata. Mungkin masih mengumpulkan fakta dan berharap pemikiran buruk tidak terwujud.

Sudahlah... bye bye lomba-lomba menulis yang berhadiah menggiurkan..

Mau konsentrasi ke bocah2 yang hmmm kayaknya ada sesuatu yang kudu di luruskan lagi . tapi tenangggg saya masih ngintip dan mungkin meninggalkan jejak kaki eh tulisan kok. 

Have a nice long weekend, semoga sehat sehat selalu bersama orang-orang tercinta.

Don't miss me so much yak ... *pletak !!!!


Monday, May 16, 2011

[Ultah Cambai : Kisah Nyata Ditolak] Jangan Lihat dari Tinggi

[Ultah Cambai : Kisah Nyata Ditolak] Jangan Lihat Tinggiku

Eva Syamsudin


Bila mengingat masalah penolakan, jadi teringat kisah-kisah  lucu tentang penolakan yang pernah aku rasa. Sebetulnya penolakan sederhana saja, dan seharusnya tidak perlu dipikirkan atau dikenang. Namun dari pengalaman itu aku bisa mengambil hikmah bahwa kuranglah pantas untuk menilai seseorang bahkan menolak keberadaan seseorang atas dasar kekurangan fisiknya.

Perawakanku  dapat dibilang dibawah standar, aku bertubuh gempal  dan tidak tinggi saat kecil. Walau tidak masuk kategori tinggi dibawah normal, tapi yang tidak seberapa ini cukup membuatku sedikit minder dan berusaha bergaul secara aman.  Alhamdulillah memang tidak ada masalah dalam hal pertemanan, karena aku tidak pernah membatasi untuk bisa berteman dengan siapa saja. Tapi yang jelas, aku selalu risih bila harus mendengakkan kepala untuk bisa berbicara dengan salah satu gacoanku yang punya tinggi diatas standar, walau dia sendiri  tidak mempermasalahkannya, tapi aku menyerah saja,  terlalu melelahkan.

Beda hal nya dengan peraturan baku, tinggi badan menjadi acuan dan syarat bisa bergabungnya kita dengan suatu tempat. Kapabilitas, usia, bahkan senyum manis tidak dapat meluluskan keinginan untuk bisa bergabung. Dan disinilah penolakan yang cukup menyedihkan aku alami.

Penolakan pertama saat aku berusia 9 tahun. Saat itu Nini (sebutan untuk Nenek) sedang di rawat di Rumah Sakit, aku menemani Mamah menjenguk Nini. Dengan percaya diri, aku dan mamah melewati Pos Satpam dengan tidak ada pikiran macam-macam, berjalan santai dan tiba-tiba…..

“Bu, ibu.. permisi, itu anaknya jangan dibawa masuk”

“Memang kenapa pa ? “ Mamah tampak heran dengan panggilan Satpam tersebut

“Ibu memang tidak membaca peraturan ? “

“Yang mana Pa ? Sekarang kan sudah waktunya jam besuk, lalu saya salah apa, sudahlah pa, saya mau mengurus orangtua saya, tidak ada waktu untuk berdebat” terlihat mamah mulai emosi menanggapi ucapan Satpam itu

“Ini, anak ibu tidak boleh masuk, usia minimal 9 tahun, baca tidak bu aturan itu?“

Waddooh itu Satpam melototin aku, jelas aku tersinggung. Aku balik membelalakkan mata sipitku seraya meletakkan kedua tangan di pinggang dan berteriak di depan  Satpam itu.

“Om Satpam, dengar ya, aku itu sudah 9 tahun, aku sudah kelas 3 SD, aku sudah bisa membaca . Enak aja aku dibilang masih kecil”

Ternyata pak Satpam tetap tidak percaya, dia menarik tanganku dan tetap mencegah mamah melewati pintu jaga.

“Pa, anak saya sudah 9 tahun, apa yang dibilang dia tadi itu benar” Mamah dengan sedikit tersenyum berusaha membela aku

“Om Satpam ga percaya banget sih, nih ya, aku sudah bisa baca. DILARANG MEROKOK ,  SELAIN PETUGAS DILARANG MASUK,  WAKTU JAM BESUK, PAGI  JAM 11 – 13 , SORE JAM 18 – 19 “

“Tuh, aku sudah bisa baca kan, dan tau ga om, itu salah loh, masa jam 11 dibilangnya pagi, itu udah siang loh… yang payah itu om sih”

Pa Satpam cuma nyengir dan mulai melepaskan genggamannya dariku.

“Hmmm bu, apa benar anak ibu sudah 9 tahun, soalnya kok badannya kecil, hmmm tidak tinggi maksud saya, hmmm tidak standar, hmmmmmmm ….. “

Mamah terlihat mulai membelalakkan matanya, mulai kesal dengan tingkah  Satpam itu.

“Pa, coba bapak belajar etika dulu ya, jangan menilai orang dari fisiknya, saya tidak akan melanggar peraturan, jadi jangan habiskan waktu saya disini”

Tanpa menoleh untuk kedua kalinya, mamah dengan sigap, menggandengku dan berjalan cepat meninggalkan Satpam. Aku tersenyum menang walau tetap kesal.

Lima meter dari situ, aku membalikkan tubuhku, menatap pa Satpam dan  dengan berteriak aku berkata

“PAK SATPAM  … NANTI TULISANNYA DIBENERIN YAAA… BADAN BESAR TAPI GA LIAT KESALAHAN  TULISAN, PERCUMA DONG, DANNNN DILARANG MEROKOK TUH BACA GAK…  !!!!”

Puas sekali aku berkata itu…..

Dan hasilnya, sebuah cubitan pedas nemplok di pinggangku yang padat 


===

Di ikutkan dalam Lomba Ultah Cambai di SINI 

Tuesday, May 10, 2011

Butuh Eksistensi atau Tiada Jati Diri ?

Hanya sekedar berbagi kisah, satu cerita lama yang hari ini sepertinya akan terulang. Bukan menimpa diriku, tapi berada di sekitarku. Bukan merugikan diriku, tapi membuat orang lain dan banyak lagi yang terkuras fisik dan raga akibatnya. Bukan masalah materi, tapi karena ada pelecehan kejujuran disana....

Bagi diriku pribadi, kejujuran adalah satu hal yang utama untuk membina pertemanan, di dunia maya apalagi di dunia nyata. Satu kali orang itu menyakitiku dalam bentuk kebohongan, maka terus terang aku akan mengeryitkan wajah untuk sekedar mendengar pembicaraannya lagi. Bukan, bukan merasa bahwa diriku adalah orang yang suci dan tidak pernah berdusta, tapi karena aku memang berusaha untuk meninggikan kejujuran dan mencegah niatan menutupi sesuatu untuk sesuatu.

Ya, dia balik kembali, dengan kedok berbeda, dengan ciri yang berusaha dibedakan, tapi aku tahu bahwa dirinya adalah sama. Susunan Puzzle siapakah dirinya memang masih banyak yang bolong, tapi setidaknya 'waktu' telah membantu menguak kebenaran dan mengisi sendiri kepingan yang tercecer. Dan aku tersenyum sinis... masih tak mengerti apa maksud dirinya dengan permainan skenarionya.

Dia adalah seseorang di dunia maya, yang memiliki karakter nyaris sempurna, empati dan simpati yang tiada tara, penyejuk dan pemerhati yang tiada dua. Wanita hebat yang mungkin tak kuasa untuk ditandingi perjuangannya. 
Namun .... semua itu hanya kedok ... dia tiada .... dia telah menipu semua, menipu perasaan cinta, menipu kurasan airmata. Dan aku hanya tertawa ... untunggggg aku tidak terlibat didalamnya, kecuali urusan niaga yang habis saat akad dan pertukaran selesai.

Kini, dia datang kembali, dan aku kembali tertawa, hanya berusaha mengingatkan teman2 untuk tidak terperangkap di kubangan yang sama. Bohong adalah tetap bohong, Menipu jati diri tetap saja menipu, dan manusia jenis ini akan asyik dengan permaianannya, berada diatas pujaan kesempurnaan tokoh yang dimainkannya. Mau nyemplung jugakah ????

==============

Terkadang aku tidak mengerti mengapa seseorang membutuhkan topeng untuk tampil di muka umum. Mengapa tidak menampilkan dirinya, apa adanya. Tidak percaya diri ?  Butuh pelampiasan ?  Ya ya ya ... mungkin saja. Namun seandainya dia adalah manusia beriman, tidakkah dia menyayangi dirinya, menerima apa adanya dirinya, seburuk dan setidak sempurna apapun diri, setidaknya itulah diri. Mau menjadi lebih baik, ya belajar, belajar berempati, belajar menjadi sosok yang mencintai dan memberi kasih dari dalam hati, bukan dengan perwakilan topeng yang selalu di pinjamnya dari daya khayalnya.

Bermain di dunia maya, semakin menguatkan dirinya untuk mengembangkan imajinasinya. Susun tokoh, karakter, jalan cerita. Add contact yang tampangnya lugu dan memiliki koneksi bagus. Posting tulisan2 indah, terkadang miliknya, terkadang quote dari siapapun,  mulailah dirinya menaiki tangga perhatian. 
Terus membina pertemanan dengan perhatian berlebih, melibatkan emosi para pemain, semua terlena.... waaahhh si 'dia' memang anak yang baik, sholehah, nyaris sempurna. Then... cerita berulang .... slappppp.... dia mati, dengan kisah dramatis, meninggalkan para pemain yang bersedih secara berlebih, membelanya mati-matian tentang keberadaan dan keeksistensiannya. Namun, adalah yang terlihat nyata ??? NONE ... dia terbang bersama angin, tertawa atas keberhasilan naskah yang dijalaninya. Tanpa bersalah... kisah TAMAT...

========

Mau Eksis ... jadilah diri sendiri ... Tidak perlu eksistensi berlebih bila hanya ingin sekedar pujian, tidak perlu menjadi seorang yang sempurna untuk dicintai oleh sahabat. Tidak perlu menjadi orang lain jika ingin menjadi orang berarti.

Jadilah diri sendiri .... siapapun dirimu, setidaknya itulah dirimu, tiada yang terluka dan yang jelas kamu tidak menebar dosa...


Bogor, 11 May 2011
Masih tertegun dengan bangkitnya makhluk maya bertopeng


Gambar ambil dari SINI 

Thursday, May 5, 2011

Mengajarkan konsep Berbagi

"Bu, aku rasa, aku ingin berbagi.... ibu boleh kok cicip kue ade, ade ga akan marah kok, beneran.. kan ade udah mengerti dengan berbagi"

oo000oo

Mengajarkan konsep berbagi ternyata bukan hal mudah, untuk tahapan umur Fadhl yang akan menginjak 4 tahun, dia sedang dalam tahap ego. Susah sekali membuat dia mau berbagi sesuatu dengan saudara atau ibu bapaknya. Walau cerminan perilaku sudah diterapkan, namun sepertinya  tahapan ini tetap harus dilalui dia. Sadar sekali saya tentang hal ini, karena itu kami berusaha membuat dia menjalaninya dengan apa adanya, sementara kami semua tetap berusaha konsisten memberi pengarahan tentang konsep berbagi.

Ingin memiliki sendiri ini, berlaku untuk makanan, mainan, kasih sayang ataupun channel televisi. Semuanya ingin dikuasai sendiri olehnya, beruntung bahwa kakak2nya sudah mengerti dan lebih mengalah, walau tetap menyerah dan sedikit membentak jika si adek kelewatan pelitnya. Nah kalau sudah begini, emak harus turun tangan, angkat si adek, dan mulai kembali mengingatkan tentang konsep berbagi. Yaaaa terkadang mempan, namun tidak jarang berakhir dengan ngambek dan marah ga karuan. Bila sudah dalam kondisi seperti ini, emak tidak bisa membela dia lagi, terpaksa memberi hukuman.

Kadang dia curang, untuk makanan misalnya, sudah diberi masing-masing jatahnya, dia makan begitu cepat, sedangkan kakak2nya makan terkadang tukar2an dan saling menikmati, hasilnya, dia  lebih cepat habis dan marah karena dia merasa tidak mendapatkan makanan yang sama dengan kakak2nya. Jadilah dia merayu kakaknya untuk sedikit memberi dengan tatapan memelas dan mengkondisikan bahwa dialah satu2nya yang sedang tidak makan camilan. Taktik yang curang yaaaa...

Begitupun saat dia ingin menguasai emaknya, padahal semenjak pagi emaknya adalah hak otoritas dia, belajar bersama, main bersama, melakukan kegiatan berdua, tidur, ketawa2,  ya udahlah, emaknya total punya dia. Wajar dong kalau saat kakak2nya pulang sekolah juga pengen diladeni oleh emaknya, pengen gelendotan, becanda2 dll . Nah ini tetap ga boleh, emaknya hanya punya dia, jelas aja yang lain komplen, dan emaknya jg ga mau ikutin dia dong. Biasanya berakhir dengan dia marah dan cemebrut ke emaknya. Sebodo..  biasanya kami acuhkan seraya mengingatkan bahwa emak adalah milik bersama. 

Beberapa hari ini ego nya dia sedang memuncak, karena itu kami semua sepakat untuk sering meneriakkan kata "BERBAGI !!!" , kami jadikan itu slogan kebersamaan, sehingga dia selalu ingat bahwa dia tidak bisa memiliki seusatu sendiri, tetapi harus berbagi. 
Berhasilkah ???
Hmmm kadang ya, kadang tidak, masih angot-angotan. Masih memaklumi dengan pembatasan yang tegas. 

Terakhir adalah kemarin, saat sore sepulang sekolah, sebetulnya adalah jatah Mas Ghi untuk nonton bola (LPI or ISL lah), itu sudah kesepakatan. Dengan egois, Fadhl tetap memegang remote dan melarang mas nya nonton bola. Sebentar mas nya ngalah dan bersedia nonton kartun, tapi karena dia bosan dan merasa ini adalah jatahnya dia, mas mulai marah. Emak mulai bertindak, angkat ade, dan menyerahkan remote ke mas. Ade marah dan mulai lagi dengan mukul2 emak. Mulai beradu tatapan, dia dengan muka ngambek, mata melotot, nafas mendesuh (hihihi apa ya namanya, ekspresi marah lah), emak memegang bahunya, berusaha  tetap menatap matanya serata terus mengucapkan ibu sayang ade , dan ade harus ingat konsep berbagi. 
Dia masuk kamar, banting2 bantal guling (padahal sudah lama dia tidak begini), mulai lagi pendekatan, tidak mempan, 10 menit masih begitu, enough.... Angkat ade, taruh di ayunan teras belakang tempat 'time out'  buat dia. 
"Bila ade sudah tenang dan paham akan kesalahan ade, baru ade boleh masuk rumah, hampiri ibu dan peluk ibu. Mengerti ?? " 
No respon pastinyaaa... dia tetap cemberut di ayunannya dan emak tutup pintu belakang , dan melanjutkan kegiatan.

Tidak sampai 5 menit, dia muncul bukan dari pintu belakang, tapi dari pintu samping tempat working area (area cuci strika), dengan senyum 'geleuh' nyamperin emak sambil memeluk seakan tidak pernah ada kejadian heboh sebelumnya.. hmmmmm anak-anak.... this is your world, with your act, with your heart.

Pelajaran kami tentang konsep berbagi mungkin masih panjang, tapi kami terus berharap, apa yang kami tanamkan akan dapat terpatri indah dalam pikirannya, bahwa kita sebagai manusia yang hidup bersama , tidak bisa hanya mengedepankan kemauan kita sendiri. Ada sesuatu yang  harus dibagi kepada orang lain;  ilmu, harta, pengalaman, kemampuan, tenaga dan apapun yang kita bisa, tentu saja berbagi kebaikan ya, karena yang buruk mah sebaiknya di buang aja, tidak usah di bagi2. :) . 
KIta hidup tidak abadi, kepada siapa kita akan meminta pertolongan dunia kecuali kepada mereka yang baik kepada kita. Dan untuk itu kita pun wajib menjadi orang  baik, dengan selalu mengingat tentang konsep berbagi ....


=====
Sayang foto waktu dia ngambek ga ada euy, pdhal pernah moto wkt dia kena hukuman 'time out' tapi dicari ga ketemu .. hihihi

Bogor, 06 Mei 2011
Masih dalam kondisi Gastritis parah  :(